Renjun kebagian membuang sampah pada piket hari ini. Dia melangkah menuju tempat pembuangan sampah besar di belakang sekolah dengan langkah berat. Sesaat setelah mensortir sampah sesuai jenisnya, Renjun mendengar suara beberapa langkah kaki mendekat dari belakang. Dia menoleh dan melihat geng Mark Lee sedang berkumpul di sekitar area itu, menyalakan merokok tanpa ada tanda-tanda kekhawatiran akan ketahuan guru.
'Mampus aku.'
Xiaojun yang tidak sengaja melihat Renjun, menepuk bahu Mark dan memberitahunya, "Itu dia, pesuruh Na Jaemin," dengan nada rendah.
Renjun menarik napas dalam-dalam. Dia sudah tahu bahwa masalah pasti akan muncul setelah kejadian di kantin, tapi tidak menyangka akan datang begitu cepat.
Sebelum Renjun sempat menyusun rencana untuk menghindari konfrontasi, Mark Lee sudah berdiri di hadapannya, menghentikan langkahnya.
"Kau Renjun, kan?" tanya Mark dengan suara mengintimidasi. Meskipun Mark datang tanpa rokoknya, baunya masih tercium dari napasnya.
Renjun merasa detak jantungnya semakin cepat. Dia ingin menjawab, tapi ketakutan melumpuhkan lidahnya. "Bu-bukan," jawabnya akhirnya, suaranya gemetar.
"Tapi name tag mu bertuliskan 'Huang Renjun', tuh," Mark menunjuk pada identitas yang terpampang jelas di seragam Renjun.
Renjun terdiam, tersandung oleh kebohongan yang gagal.
Mark menatap Renjun dengan tatapan tajam. "Aku tidak suka dibohongi, Renjun," Mark mendorong dada Renjun dengan telunjuknya beberapa kali. Renjun mengangguk dengan permintaan maaf yang lirih.
"Apa kau tahu siapa yang melukai temanku ini?"
Renjun terdiam, dia merasa napasnya tersangkut di tenggorokannya saat Mark menunjukkan bekas lebam di pipi Xiaojun. Renjun terdiam, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan, tetapi dia terlalu takut untuk berbicara.
"Kau tidak tiba-tiba bisu, kan?" tantangan Mark membuatnya semakin terpojok.
"A-aku, Aku ti-tidak tau."
"Benarkah?" Tangan Mark beralih merangkul bahu sempit renjun. "Tapi temanku bilang, kau berada disana saat dia mendapat lebam."
"Kau mengenal Na Jaemin, kan? Dia yang memukulnya." Mark menunjuk Xiaojun dengan dagunya. "Kudengar kau pesuruhnya, mau menggantikannya mendapat balasan?"
Renjun sontak menggeleng, membuat Mark menertawakainya.
"Kenapa kau setakut itu? Wajar seorang cowok mendapat pukulan sekali dua kali."
Renjun berdiri di sana, jantungnya berdebar kencang di dalam dadanya, kegelisahan menyusupi setiap serat sarafnya. Tatapan tajam Mark membuatnya merinding, dan rasa takutnya terasa seperti beban yang terlalu berat untuk dipikul.
Nyatanya, seorang Renjun hanyalah anak rumahan yang belum pernah memukul atau mendapat pukulan dari siapapun.
Renjun hanya bisa menelan ludah, terlalu takut untuk berbicara atau bergerak. Dia bisa merasakan otot-ototnya tegang, siap untuk bertahan jika Mark benar-benar akan melakukan sesuatu.
"Aku mengelilingi sekolah untuk mencarimu dan ternyata kau disini? Sedang apa kalian?"
Mendengar suara itu, tiba-tiba Renjun merasa lega.
"Na Jaemin, kau bukan pahlawan, berhentilah mencampuri urusanku."
"Mencampuri urusanmu?" Jaemin mendengus. "Yang kau ganggu itu dia, tidak akan kubiarkan siapapun menyentuhnya, apalagi itu kau." balas Jaemin dengan suara yang sama tegasnya, tidak mengalihkan pandangannya dari Mark.
"Kau terlalu posesif pada pesuruh mu, tau?" ejek Mark, mencoba memancing emosi Jaemin.
"Jangan mencampuri urusanku!" bentak Jaemin, ekspresinya semakin gelap.
"Em.. " Renjun merasa harus mengatakan sesuatu untuk menengahi mereka, tetapi sepertinya Jaemin tidak setuju.
"Tidak perlu melibatkan dirimu dalam urusan ini, Renjun." kata Jaemin dengan suara yang lebih tenang, tetapi masih penuh dengan otoritas.
Renjun berdiri di antara mereka, merasa seperti di tengah badai yang mengamuk. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, tidak ingin terlibat dalam konflik antara dua orang yang kuat itu.
*:..。o○ ○o。..:*
Chapter ini pendek cuma 500an kata, tapi aku up cepet, nanti kalo smpet aku double update.
Thankyou untuk kalian yang sudah vote dan komen 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Sekolah dan Targetnya | Jaemren
FanficSebuah kisah "Slice of Life" yang mengeksplorasi hubungan antara Na Jaemin, seorang pembully, dan Huang Renjun, targetnya. Disclaimer! Kredit semua tokoh dalam cerita ini milik mereka sendiri dan agensi. Mohon untuk tidak disangkut pautkan cerita in...