Special Chapter (2): What if...

740 58 9
                                    

Langit sore mulai berubah warna ketika Renjun berdiri di sudut taman, memperhatikan Jaemin dan Wonyoung dari kejauhan. Mereka tampak begitu akrab, bercanda dan tertawa, seolah segalanya berjalan baik. Namun bagi Renjun, pemandangan itu menimbulkan rasa perih di hatinya. Setiap tawa Jaemin bersama Wonyoung seakan menghapus kenangan yang pernah mereka bagi bersama, sedikit demi sedikit meruntuhkan harapan yang masih ia pegang erat.

Ia sudah tahu ini akan terjadi. Dari awal, suara di kepalanya—Sistem—telah memperingatkannya.  “<Apa pun yang kau lakukan, cerita ini tidak akan berubah. Jaemin bukan untukmu.>”

Namun, waktu itu Renjun percaya bahwa ia bisa mengubah semuanya. Bahwa cinta, bila cukup kuat, dapat melawan takdir. Bahwa dia bisa menjadi bagian dari kisah Jaemin. Dan untuk sementara waktu, dia benar-benar percaya itu. Mereka bahagia. Cinta yang terjalin antara mereka berdua nyata, atau setidaknya, Renjun pikir begitu.

Tapi sekarang, di bawah langit senja ini, Renjun akhirnya sadar: cinta mereka hanya sementara, sebuah persimpangan kecil dalam jalan cerita yang lebih besar—cerita yang sudah ditetapkan.

Jaemin kembali pada Wonyoung, protagonis wanita yang memang seharusnya bersamanya. Renjun bukan bagian dari akhir bahagia ini.

Air mata jatuh perlahan di pipi Renjun, tapi ia membiarkannya. Rasa sakit di hatinya terlalu mendalam untuk sekadar dihapus dengan tangan. Ada kekosongan yang perlahan menyusup, mengisi ruang yang ditinggalkan oleh Jaemin. Semua kenangan dan kebersamaan mereka kini terasa seperti bayangan samar yang perlahan menghilang.

Sistem kembali berbicara, suaranya lembut namun dingin.

"<Aku sudah mengingatkanmu, Renjun. Semuanya sudah tertulis. Kalian tidak bisa bersama, Jaemin tidak ditakdirkan untukmu.>"

Renjun tidak membantah. Dia bahkan tidak bisa lagi merasakan amarah yang dulu sempat membara dalam dirinya ketika sistem terus mengatakan bahwa Renjun akan gagal. Hatinya sudah terlalu hancur untuk bisa memberontak. Mungkin memang dari awal dia tahu ini akan terjadi, tapi ia tetap berharap bahwa cinta mereka bisa menjadi pengecualian.

"Tapi... dia mencintaiku,"  bisik Renjun, suaranya hampir tak terdengar di tengah suara angin. Ada nada putus asa dalam kata-kata itu—seolah berharap ada sesuatu yang bisa mengubah kenyataan ini. Bahwa cinta mereka, meskipun singkat, bisa melawan takdir yang sudah ditetapkan.

“<Ya, dia mencintaimu,”  jawab Sistem, tanpa emosi.  “Tapi cinta itu tidak cukup kuat untuk melawan cerita yang telah ditulis. Jaemin dan Wonyoung adalah pasangan utama. Itu tidak akan berubah.>”

Renjun terdiam. Di dalam hatinya, ia tahu Sistem benar. Takdir cerita ini sudah ditentukan sejak awal. Namun, kenyataan itu tidak mengurangi rasa sakitnya. Fakta bahwa ia pernah merasakan cinta yang sesungguhnya, meski hanya sesaat, membuat perpisahan ini terasa lebih menyakitkan. Ia mencintai Jaemin dengan sepenuh hati, tapi pada akhirnya, itu tidak cukup.

"<Renjun," suara Sistem terdengar, mengusik keheningan. "Kau sudah diberikan kesempatan untuk mengubah alur, tetapi seperti yang sudah kukatakan, cerita ini memiliki jalannya sendiri. Sekarang, waktunya bagimu untuk kembali menjalankan peranmu.>"

Renjun mengerutkan kening, merasakan dorongan rasa sakit yang kembali muncul di hatinya. "Peranku?" tanyanya pelan, meski ia sudah tahu jawabannya.

"<Ya, peranmu," jawab Sistem dengan nada datar namun tak terbantahkan. "Kau adalah sahabat Jaemin. Itu selalu menjadi takdirmu di dalam cerita ini. Meski kau telah mencoba mengubah alur dengan cintamu, hasil akhirnya tetap tidak berubah. Jaemin akan selalu bersama Wonyoung. Dan kau, Renjun... kau akan selalu berada di sisinya, menyaksikan kisah cinta mereka berkembang.>"

Kata-kata itu terasa lebih menusuk daripada sebelumnya. Selalu menjadi sahabat Jaemin. Selalu berada di pinggiran, menyaksikan dari jauh, sementara orang yang ia cintai memberikan seluruh hatinya kepada orang lain. Bagi Renjun, itu bukan sekadar peran dalam sebuah cerita; itu adalah hukuman yang terus-menerus.

"Tapi bagaimana aku bisa melanjutkan peran itu?" tanya Renjun, suaranya terdengar lelah. "Aku sudah merasakan apa yang sebenarnya tidak boleh kurasakan. Aku mencintainya. Bagaimana aku bisa berpura-pura hanya menjadi sahabatnya setelah semua ini?"

Sistem tetap tenang, seperti biasa. "<Kau tidak perlu berpura-pura, Renjun. Cinta yang kau rasakan itu nyata, tapi peranmu di dalam cerita tidak berubah. kau adalah sahabat Jaemin, bukan pasangan hidupnya. kau akan tetap ada di sisinya, seperti yang sudah ditulis.>"

Renjun menarik napas dalam-dalam, menatap langit yang mulai gelap. Di dalam dadanya, ada perasaan hampa yang terus membesar. Ia tahu tak ada gunanya melawan. Sistem sudah memberinya kesempatan, dan meskipun cinta mereka nyata, takdir Jaemin dan Wonyoung tetap tak bisa diubah.

"Apa aku bisa memilih untuk tidak melanjutkan?" tanyanya, suaranya nyaris berbisik. "Apa aku bisa pergi dan meninggalkan cerita ini?"

Sistem terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan pertanyaan itu. "<Tidak, Renjun," jawabnya akhirnya. "kau bagian dari cerita ini. Tanpa kau, cerita tidak akan lengkap. kau harus melanjutkan peranmu—menjadi sahabat Jaemin dan menyaksikan perjalanan hidupnya.>"

Renjun merasakan perih di hatinya semakin dalam. Bagaimanapun, dia tidak bisa lari dari kenyataan ini. Sistem benar; dia adalah bagian dari cerita yang tak bisa diubah. Meski hatinya hancur, dia harus kembali menjalani peran yang sudah dituliskan untuknya.

Dengan perasaan berat, Renjun perlahan mengalihkan pandangannya dari langit dan menatap tanah di bawah kakinya. Di dalam dirinya, ada kehampaan yang semakin merayap, mengisi setiap sudut hatinya. Cinta yang pernah ia miliki, yang sempat ia harap bisa menjadi sesuatu yang berbeda, kini hanya tersisa sebagai kenangan pahit.

"Baiklah," katanya dengan suara rendah namun mantap. "Aku akan melanjutkan peranku, seperti yang kau inginkan."

Dan di bawah langit yang gelap, Renjun melangkah pergi, membawa serta rasa sakit yang akan selalu membekas di dalam hatinya.

●○●○●○●○
■□■□■□■□■

🤧

Ini what if ya, teman-teman..

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Preman Sekolah dan Targetnya | JaemrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang