Halo semua! Sebelum lanjut ke cerita utama, aku ingin berbagi Special Chapter: Halloween Edition! Aku berharap kalian menyukainya!
Daaannnnn, tentu saja, setiap special chapter yang kutulis tidak akan memengaruhi alur cerita utama. Jadi, jika kalian merasa chapter ini tidak sesuai selera, daripada menuliskan komentar yang kurang mengenakkan, lebih baik beri tanggapan positif, atau… jika benar-benar ingin mencemooh, kalian bisa melakukannya setelah mentraktirku satu cendol untuk hari yang panas ini 😉 (link ada di bio!).
cukup untuk bacotan ku, Happy Reading!
*・゚゚・*:.。..。.:*゚:*:✼✿
..
.
_"Kau membuat bunga tumbuh di paru-paruku dan meskipun indah, aku tidak bisa bernapas."_
.
.
Di lapangan basket, Jaemin melesat cepat, memimpin timnya dengan gerakan lincah. Penonton bersorak, dan permainan semakin sengit. Namun, di tengah pertandingan, Jaemin tiba-tiba terbatuk-batuk, suaranya menjadi serak. Dia berhenti sebentar, mengusap bibirnya, dan terkejut saat melihat bercak darah di punggung tangannya.
Ia mencoba mengabaikan hal itu, merasa pertandingan lebih penting. Dengan cepat, Jaemin kembali berlari merebut bola dari tangan lawan.
Tetapi batuknya semakin parah, kali ini lebih keras dan menyakitkan. Beberapa kelopak berwarna kuning yang ternodai merahnya darah berguguran dari mulut Jaemin. Semua mata tertuju padanya, dan Haechan segera menghampirinya, tampak khawatir.
“Jaemin, kau baik-baik saja?” tanyanya, cemas.
Jaemin berusaha melanjutkan permainan setelah batuknya mereda, tetapi napasnya semakin berat, dan langkahnya mulai goyah. Dalam hitungan detik, pandangannya mulai kabur, dan sebelum ia menyadari apa yang terjadi, ia terjatuh ke lantai, pingsan di tengah sorak-sorai penonton yang seketika hening. Permainan dihentikan sementara, dan suasana berubah panik saat Jaemin dibawa untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
*・゚゚・*:.。..。.:*゚:*:✼✿
Di kamar rumah sakit yang sunyi, suara monitor detak jantung terdengar lembut di latar belakang. Jaemin terbangun perlahan, matanya mengerjap menyesuaikan diri dengan cahaya. Dia merasakan sedikit rasa sakit di tangan kirinya, lalu menyadari adanya selang infus yang menempel pada lengannya. Napasnya terasa berat, tetapi lebih teratur dibandingkan sebelumnya saat di lapangan.
Di samping tempat tidurnya, Haechan duduk dengan tangan sedang mengetik di layar ponselnya, sementara Jeno berdiri di dekat jendela, menatap keluar. Mereka berdua tampak cemas, dan begitu Jaemin mulai bergerak, Jeno yang pertama kali menyadarinya.
"Bagaimana keadaanmu?" Jeno bergegas menghampiri, suaranya penuh perhatian.
Jaemin berusaha duduk, tapi tubuhnya terasa lemah. "Lebih baik," jawabnya singkat. Suaranya masih terdengar serak, "bagaimana dengan pertandingannya?"
"Kita kalah. Tapi itu bukan karenamu, jangan membebani dirimu sendiri."
Jaemin mengangguk, meski wajahnya tampak kecewa, Rasa bersalah menyelinap ke dalam pikirannya.
Haechan membenarkan posisi duduknya, memandang Jaemin dengan ekspresi penasaran bercampur kekhawatiran. "Jaem, ada yang perlu kau jelaskan," katanya dengan nada serius. "Jadi, beritahu kita, siapa orang yang sangat kau dambakan itu sampai menumbuhkan tanaman cinta di organ pernapasanmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Sekolah dan Targetnya | Jaemren
FanfikceSebuah kisah "Slice of Life" yang mengeksplorasi hubungan antara Na Jaemin, seorang pembully, dan Huang Renjun, targetnya. Disclaimer! Kredit semua tokoh dalam cerita ini milik mereka sendiri dan agensi. Mohon untuk tidak disangkut pautkan cerita in...