Terang dalam gelap

1K 117 9
                                    

"Gimana keadaan ibu aku a' ? Gimana keadaan ayah ?" Tanya ara dengan mimik wajah penuh kekhawatiran namun sudah jauh lebih tenang kepada kakak sepupunya yang tengah menyetir itu.

"Kamu tenang aja ra, aa' ngerti kamu pasti kepikiran, tapi dalam keadaan kaya gini, kamu mending berdoa supaya semuanya baik baik aja" Ujar sepupunya yang seusia kakaknya dari balik kemudi.

"Tapi mereka gak papa kan? Mereka baik baik aja kan?"

"Aa' gak tau.. Aa' sendiri sebenernya udah sampe lebih dulu di rumah tante erni pas subuh bareng istri sama anak aa', tapi siang tadi, tiba tiba teteh kamu nelpon kalau mobil ayah kamu kecelakaan, dan aa diminta jemput kamu" Jelas sepupunya kemudian kembali fokus mengemudi di antara rintikan air hujan yang mulai deras

"Ya allah.." Ucap Ara dengan suara yang lemah, tubuhnya yang lunglai jatuh bersandar ke kursi belakang mobil.

Chika yang paham betul kekhawatiran Ara, mengundang tubuh Ara untuk bersandar kepadanya, ia merangkul tubuh Ara dengan erat, memperkuat genggamannya pada tangan Ara yang gemetar dan dingin, "semua baik baik aja ra... Ayah sama ibu kamu pasti baik baik aja, ayo berdoa yang terbaik buat mereka... Aku, sepupu kamu, kakak kamu, kita semua ada disamping kamu, ayo kita hadapin ini sama sama" Ucap chika ditelinga Ara dengan raut wajah sendunya.

**

Setelah melewati perjalanan yang sulit karena macet dan hujan, Chika dan Arapun tiba di rumah sakit tempat orang tua Ara dirawat.
Meski tak banyak bicara, Chika berharap dengan tetap berada di sampingnya, setidaknya ia bisa memberikan dukungan moral yang dibutuhkan supaya Ara tetap kuat di tengah situasi tak terduga ini. Mereka masuk ke dalam rumah sakit untuk menemui kakaknya, sementara sepupu lelakinya harus memarkirkan mobil terlebih dahulu.

"Anti, dimana sekarang ?" Tanya Ara melalui telepon

"Kamu udah sampe ?"

"Udah"

"Yaudah kamu naik aja ke lantai 2, nanti ikutin koridor sampe ujung, terus belok kiri, anti disitu"

Ara menutup teleponnya lalu mengambil tangan Chika, "ayo kak" Ujarnya pelan mengajaknya untuk jalan lebih cepat, dalam hatinya, sebenarnya Ara tengah merasa takut dan kebingungan, tapi dia berusaha menenangkan diri dengan menggenggam tangan Chika lebih kuat.

Beberapa saat berlalu, iapun sampai dilokasi, ia melangkah dengan hati yang berdebar,kakaknya tengah berdiri dengan ekspresi cemas yang memperkuat kekhawatiran di wajahnya

"Ti.." Ucap ara sedikit berlari lalu memeluk kakaknya dengan erat," ibu sama ayah gimana?"

Kakaknya menggeleng pelan, tanda bahwa ia sendiripun tak tahu bagaimana sebenarnya keadaan kedua orang tuanya.

Mata Ara mencuri pandang ke perban yang menempel di tangan kanan kakaknya, "anti luka? Anti kenapa?"

"Gak papa dek, ini tadi cuma kena serpihan kaca, gak usah khawatir"

Pandangan kakak Arapun berpindah menuju seseorang yang tengah bersama adiknya saat ini, "Chika?"

"I... Iya ka.." Jawabnya sedikit membungkukan badan dan tersenyum pelan

"Makasih banget ya udah nemenin ara, bahkan ngantar sampe sini"

"Iya kak, kebetulan aku juga lagi sama ara tadi" Jawab Chika, ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan kakaknya Ara, namun sayangnya dalam keadaan yang tidak begitu bagus seperti sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chikara : After StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang