"Lihat siapa yang aku temukan disini. Apa yang anak manis sepertimu lakukan di tempat kotor seperti ini? tempat ini tidak baik untukmu. Maka ikutlah denganku, kita akan bersenang-senang." Ucap pria tua dengan perut buncit dan perhiasan besar memenuhi tubuhnya.
"Ah, jadi menurutmu aku masih manis setelah aku menghancurkan semua rencana licikmu?" tanya pemuda dengan pakaian serba hitam dan tubuh ramping yang kini berdiri tepat di hadapan pria tua hidung belang itu.
Pria tua itu terus memperhatikan lekuk tubuhnya dan mengangguk mantap dengan tatapan mesum dan tersenyum menjijikan. "Tentu saja." jawabnya.
Peter Han tersenyum manis setelah mendengar jawaban dari targetnya malam ini, lalu dengan gerakan senyap ia mengeluarkan sebuah pistol dari belakang tubuhnya.
"Baiklah Pak tua, maka si manis inilah yang terakhir kali kau lihat sebelum kau kehilangan nyawamu." Ucapnya sebelum dua buah peluru melesat keluar dari ujung pistol dan mendarat tepat di pelipis dan bola mata pria tua di hadapannya.
DOR!!
DOR!!
Suara tembakan pistolnya bergema memenuhi sebuah ruangan di dalam gedung usang tempat pelelangan manusia. Tubuh pria tua itu langsung tersungkur ke depan begitu mendapati tembakan di mata dan kepalanya.
Peter mendekat dan berlutut mendekat kearah targetnya yang kini sedang sekarat, lalu ia mengambil foto Pak tua dan tak lupa memastikan korbannya benar-benar kehilangan nyawanya.
Ia berdiri berniat untuk pergi sebelum anak buah orang yang membayarnya membereskan kekacauan yang telah terjadi, namun sebuah suara dari arah belakang menghentikan langkahnya.
"Ternyata seperti ini cara kerja si pembunuh bayaran yang terkenal itu. Aku sedikit kagum, kau membiarkan dirinya menatap nafsu tubuhmu sebelum kau menembak bola matanya, menakjubkan."
Peter menoleh dan mendapati seorang pria tampan dengan jaket kulit hitam yang melapisi tubuh bagian atasnya dan juga ripped jeans yang membalut kaki jenjangnya.
"Siapa kau?" tanya Peter tanpa basa-basi. Ia sudah lelah mengurusi si tua bangka sialan dengan segala perilaku kejinya.
Pemuda itu berjalan perlahan mendekat ke arah Peter. Tidak berniat apa-apa, hanya ingin melihat wajah yang selama ini membuatnya penasaran dengan jelas.
"Aku bukan siapa-siapa, hanya mata-mata bayaran Tuan Mason untuk mengawasi orang yang kau bunuh tadi selama 2 bulan belakangan ini." Jawabnya yang kini berdiri tepat di hadapan Peter.
Peter menatapnya datar tanpa minat sedikitpun. Tanpa menjawab ia berbalik badan berniat pergi, namun lagi-lagi langkahnya terhenti.
"Ramah lah sedikit dengan rekan kerjamu, aku yang memberikan informasi selama ini pada Tuan Mason lalu ia berikan padamu agar kau tak begitu repot mengurusi tua bangka itu sendirian.
Dan juga, kita sama-sama orang bayaran Tuan Mason. Jadi, kau tidak berniat memperkenalkan dirimu padaku?" ucap laki-laki itu panjang lebar.
Peter jengah mendengarnya, lalu ia berbalik badan dan mendekat.
"Aku tidak peduli, dan urusi saja urusanmu." Ucapnya kemudian melenggang pergi dengan cepat. Tidak ingin laki-laki aneh itu kembali mengeluarkan suara yang memancing untuk ia bunuh seperti si tua bangka itu.
Lee Know tersenyum miring menatap kepergian Peter.
"Menarik."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵗʰᵉSPY'SSASSIN • MINSUNG
FanfictionBagaimana jika seorang pembunuh bayaran dan seorang mata-mata dipertemukan dalam sebuah misi yang saling berhubungan? Dan berakhir dengan menetap di satu rumah yang sama. Warning! - B × B⚠︎ - Bahasa semi baku - Kata kasar - Sorry for typo. start: 16...