"Jadi kau membelikan semua ini untukku?" Tanya Jisung pada Minho. Jisung masih tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya sekarang.
Minho membelikannya sepuluh buah senjata baru karena Jisung pergi tanpa membawa apapun. Bahkan pisau kecil yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi juga tidak ada, karena tertancap pada leher pria botak malam itu.
Dan jangan lupakan seperangkat komputer yang kini sudah tertata rapi dalam satu ruangan beserta senjatanya.
"Benar. Rencana kita untuk bekerjasama adalah keinginanku, oleh karena itu aku akan bertanggung jawab memenuhi semua kebutuhanmu, Assassin." jawab Minho yang kini berdiri di sebelah Jisung yang sedang mengecek satu persatu senjata yang Minho belikan untuknya.
"Darimana kau tau senjata apa saja yang harus kau beli?" tanya Jisung menoleh ke arah Minho dengan tatapan bertanya.
Minho mengangkat bahunya acuh, "Entahlah. Aku hanya mengatakan aku ingin membeli sepuluh senjata termahal yang mereka jual, lalu mereka menawarkan ini semua. Dan mengatakan ada beberapa yang hanya dibuat satu buah di dunia, aku tidak ingat yang mana." jelas Minho panjang lebar.
Jujur saja, Jisung sedikit terperangah mendengarnya. Sebanyak apa harta yang dimiliki Minho? tolong jangan buat Jisung benar-benar berniat mengambil seluruh harta itu.
"Jadi, senjata itu benar-benar bagus kan? mereka tidak menipu ku 'kan?" tanya Minho memastikan. Jisung hanya mengangguk dan mencoba memasukkan beberapa peluru dalam Revolver Colt 45 Wyatt Earp dan mengarahkannya ke dahi Minho.
Pemuda itu dengan reflek mengangkat kedua tangannya. "Apa yang kau lakukan? apa kau benar-benar ingin membunuhku sekarang?" tanya Minho sedikit panik. Pasalnya raut wajah Jisung hanya datar dan membuatnya berpikir apakah Jisung serius untuk membunuhnya.
Jisung menurunkan revolvernya dan meletakkan benda itu ke atas meja, ia beralih melihat komputer. "Kau gila Jisung, jika saja tadi kau menarik pelatuk nya maka kau tidak akan bisa melihat wajah tampanku lagi." ucap Minho meracau.
Jisung mendelik mendengar kalimat menjijikan yang keluar dari mulut Minho. "Kau yang gila karena membeli semua barang ini. Hanya dengan satu pistol murah pun aku bisa membunuh 10 musuh." ujar Jisung menyombongkan diri. Terdengar berlebihan namun itulah faktanya.
Hal itu adalah salah satu pengalaman nya selama menjadi pembunuh bayaran.
"Kalau begitu, kau harus bisa membuatku takjub dengan membunuh 100 orang dengan pistol mahal ini." jawaban yang Minho berikan memang selalu diluar prediksi. Jisung hanya memutar bola matanya jengah.
"Oh ya, ruangan ini akan ku berikan padamu. Ini akan menjadi ruang kerjamu, dimana posisinya tepat di depan ruanganku."
Jisung mengangguk mengerti, ia bahkan tidak mengucapkan terimakasih atas apa yang telah Minho berikan. Dasar tupai kurang ajar. "Kapan akan memulai kerjasamanya?" tanya Jisung.
Minho yang kini sedang fokus mengatur komputer Jisung agar bisa langsung digunakan pun menoleh sekilas pada pemuda tupai di belakangnya. "Kapanpun kau mendapat panggilan." jawabnya.
Jisung mengangguk setuju, lalu ia mengangkat sebuah panggilan masuk di ponselnya. Panggilan itu berasal dari teman lamanya. Jisung keluar dari ruangan kerjanya dan mengangkat panggilan dari Hyunjin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵗʰᵉSPY'SSASSIN • MINSUNG
FanfictionBagaimana jika seorang pembunuh bayaran dan seorang mata-mata dipertemukan dalam sebuah misi yang saling berhubungan? Dan berakhir dengan menetap di satu rumah yang sama. Warning! - B × B⚠︎ - Bahasa semi baku - Kata kasar - Sorry for typo. start: 16...