"Sayang, dimana kemeja putihku?"
"Sayang, dimana dasiku?"
"Sayang!!"
Jisung menghela nafasnya kasar mendengar teriakan Minho di kamar mereka, ia meletakkan roti yang sedang ia siapkan untuk sarapan Minho dan langsung menuju ke kamar.
"Sebaiknya gunakan matamu dengan baik sebelum aku menembaknya, apa kau tidak lihat semuanya sudah aku siapkan di sini?" tanya Jisung dengan nada tidak santai.
Ia sudah menyiapkan semua yang Minho butuhkan untuk berangkat bekerja di sangkutan baju yang terletak di belakang pintu namun Minho masih saja bertanya padanya.
Minho hanya cengengesan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali. Lagi-lagi Jisung menghela nafasnya, ia mengambil kemeja putih yang sudah ia siapkan dan membantu Minho memakainya.
"Lain kali lihat lah sekelilingmu sebelum memanggilku, aku tidak mungkin keluar dari kamar sebelum mempersiapkan semua yang suamiku butuhkan." ujar Jisung sembari mengancing kemaja Minho.
Minho tersenyum manis lalu mengecup dahi Jisung dengan tulus, "Aku benar-benar tidak salah memilih pasangan hidup. Kau selalu melakukan yang terbaik, sayang." balasnya.
Jisung jelas salah tingkah dengan perlakuan suaminya, sudah satu tahun waktu pernikahan keduanya namun sifat manis Minho tidak pernah berubah sedikitpun. Jisung lanjut memasangkan dasi serta jas pada Minho sambil diiringi godaan yang terus keluar dari belah bibir Minho.
Ia tak pernah bosan untuk menggoda Jisungnya, ia masih manis dan menggemaskan, dan hal itu tidak akan pernah ada habisnya di mata Minho.
Ah ya, keduanya tidak lagi bekerja di dunia gelap. Kini Minho menjadi bos di sebuah perusahaan keluarganya. Sedangkan Jisung hanya diam di rumah dan menghabiskan harta Minho.
Awalnya ia ingin bekerja namun Minho melarangnya, ia tak mau melihat Jisung kelelahan. Ia membebaskan si manis itu untuk melakukan apapun dengan uangnya, asalkan ia tidak bekerja.
Terkadang Jisung akan keluar menghabiskan waktu bersama Lee Felix adik iparnya jika ia merasa bosan.
"Baiklah, mari kita sarapan. Aku sudah menyiapkan roti untukmu."
Jisung dan Minho jalan beriringan menuju ke lantai bawah, keduanya akan sarapan bersama sebelum Minho berangkat ke kantornya. "Hari ini kau mau makan siang dengan apa?" tanya Jisung setelah keduanya sampai di meja makan. Ia kembali melanjutkan acara menyiapkan sarapan untuk suaminya yang tertunda.
"Apa saja buatanmu aku akan memakannya, karena aku menyukainya." jawab Minho sambil memandang Jisung dengan tatapan memuja. Minho sangat menyukai bagaimana Jisung menjadi pasangan hidupnya, ia benar-benar mengambil alih dapur yang sebelumnya dikuasai Minho.
"Sebenarnya aku sedang malas memasak, aku hari ini akan keluar bersama Felix, kami ingin mencoba restoran yang baru dibuka minggu lalu." jawab Jisung sambil menyajikan roti dan susu pada suaminya.
Minho mengangguk paham lalu mengucapkan terimakasih pada kesayangannya. "Tidak masalah sayang, bagaimana jika makan siang nanti kau datang ke kantor dan kita makan siang di sana?" tawar Minho. Ia tidak pernah memaksa Jisung untuk melakukan kewajibannya sama sekali, bahkan awalnya Minho ingin membayar pembantu rumah tangga agar Jisung perlu tidak menyentuh piring kotor, pakaian kotor dan sebagainya.
Namun Jisung menolak, ia ingin menjadi istri yang baik untuk Minho. "Ide bagus, aku akan datang nanti." jawab si manis. Minho menyelesaikan sarapannya dengan cepat karena hari ini ia memiliki rapat penting.
"Aku akan pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik di rumah, segera hubungi aku jika terjadi apa-apa, kabari aku selalu. Kau mengerti sayang?" ujar Minho yang kini berdiri berhadapan dengan si manis.
Jisung tertawa mendengar ucapan Minho, lelaki itu selalu saja mewanti-wanti dirinya setiap hari. Ayolah, ia tidak lupa 'kan fakta bahwa Jisung adalah pembunuh sebelumnya?
"Tenang saja, sayang. Kau tidak lupa kan bagaimana awal kita bertemu?" balas si manis. "Aku lupa, hahaha. Tampangmu sama sekali tidak terlihat seperti pembunuh. Baiklah, aku akan pergi sekarang." jawab Minho lalu memeluk erat Jisungnya.
Tidak lupa ia layangkan banyak ciuman pada setiap inci wajah Jisung membuat submissive itu tertawa geli. Lalu Minho membawa tangannya pada pucuk kepala si manis dan berdoa.
Ini adalah rutinitas keduanya, Minho selalu berdoa untuk dirinya dan Jisung setiap pagi dan setiap ia akan keluar rumah dan meninggalkan Jisung sendirian. Minho selalu berdoa agar Jisungnya selalu bahagia dan mendapatkan kehidupan terbaiknya, ia benar-benar menyanyangi si tupai itu sepenuh hatinya.
Siapapun pasti iri pada Jisung, semua kesakitannya di masa lalu terbalaskan begitu ia bertemu dengan Minho. Jisung memejamkan matanya sampai Minho mencium bibirnya sekilas.
"Selesai." ucapnya.
Jisung tersenyum tulus lalu kembali memeluk Minho, "Baiklah, terimakasih sayang. Hati-hati di jalan, dan kabari aku jika sudah sampai. I love you." balasnya. Minho mengangguk, "I love you more than anything, Cinta kasihku." balas Minho lalu mengusap kepala Jisung sebelum keluar dari rumah menuju garasi.
Jisung terkadang bingung, bagaimana bisa ia dan Minho memiliki kehidupan seromantis ini padahal dulunya keduanya sering bertengkar. Tapi kini, hanya untuk pergi bekerja saja Minho sebegitu perhatiannya pada Jisung.
Ciuman, pelukan, ucapan cinta serta doa tidak pernah ia lewatkan sama sekali bahkan jika keduanya sedang bertengkar. Jisung masih tersenyum ketika mobil Minho tidak lagi terlihat di halaman rumahnya, memang terlihat seperti orang gila namun jangan salahkan Jisung karena ia memiliki suami yang begitu mencintainya hingga ia tidak bisa berhenti tersenyum.
"Ah, Minho benar-benar membuatku gila." monolognya sebelum kembali masuk ke rumah dengan senyum yang masih melekat di wajah manisnya.
•••
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵗʰᵉSPY'SSASSIN • MINSUNG
FanfictionBagaimana jika seorang pembunuh bayaran dan seorang mata-mata dipertemukan dalam sebuah misi yang saling berhubungan? Dan berakhir dengan menetap di satu rumah yang sama. Warning! - B × B⚠︎ - Bahasa semi baku - Kata kasar - Sorry for typo. start: 16...