XI

2.4K 249 60
                                    

Jisung bangun dari tidurnya dengan suasana hati yang tidak baik. Ia semalam bermimpi buruk setelah terbangun di tengah tidurnya. Entahlah ia tidak mengingat apa yang ia mimpikan namun hal itu membuatnya merasa tidak nyaman.

Jisung berjalan keluar kamar dan menuju ruang kerja Minho. Ia sudah hafal kebiasaan Minho, jika tidak sedang menepati janji temu maka Minho akan selalu berada di kamar dan ruang kerjanya.

Jisung masuk tanpa mengetuk pintu dan berdiri di ambang pintu menatap Minho yang menggunakan pakaian rapi. Pemuda itu memakai kemeja putih serta jas dan dasi hitamnya. Tidak lupa sebelah bagian rambutnya yang ia sisir ke atas sehingga menampakkan dahinya dan membuat dirinya terlihat jauh lebih tampan.

Ah tidak, Minho selalu tampan setiap harinya. Jisung hanya gengsi mengakui hal itu.

"Sudah bangun? ada apa? kau perlu sesuatu?" tanya Minho yang melihat Jisung hanya berdiam diri dengan wajah bangun tidurnya. Terlihat lucu tentu saja.

Jisung hanya diam dan menghampiri Minho. "Kenapa?" tanya Minho lembut, ia memperhatikan wajah Jisung yang tidak menunjukkan semangat apapun di dalamnya. Yah memang setiap hari Jisung memasang wajah datarnya namun hebatnya Minho bisa membedakan setiap wajah datar yang ia temui setiap harinya.

Jisung menggeleng sebagai jawaban. Minho menghela nafasnya, ia dibuat bingung oleh Jisung saat ini. Mau berbicara takut-takut jika ditampar lagi.

"Sedang apa?" tanya Jisung.

Minho menujuk layar komputernya dengan dagu, terlihat beberapa orang disana sedang berbicara. Jisung baru sadar Minho menggunakan earpods yang tersambung ke perangkat komputernya.

"Sedang meeting mengenai investasi." jawab Minho yang membuat Jisung mengernyit bingung. Investasi apa yang Minho maksud? Minho yang mengerti raut bingung Jisung hanya tertawa lalu memundurkan sedikit kursinya.

"Kemarilah, biar aku jelaskan." ucapnya sambil menepuk-nepuk pahanya beberapa kali. Ia hanya usil mengerjai Jisung meskipun ada rasa takut ditampar seperti waktu itu.

Namun siapa sangka jika Jisung menurut. Ia naik ke pangkuan Minho dengan menghadap laki-laki itu. Dengan cepat Minho mematikan kamera komputernya, ah waktu yang tidak tepat mendapati Jisung yang manja disaat ia sedang melakukan meeting online.

"Tumben sekali?" tanya Minho yang mengalungkan lengannya pada pinggang si manis. "Diamlah." balas Jisung lalu memeluk leher Minho dan menyandarkan tubuhnya mencari posisi nyaman. Minho tertawa lalu mengelus punggung Jisung dengan lembut.

"Jadi, investasi apa yang kau maksud?" tanya Jisung yang kini mengendus leher Minho. Wangi, ia suka. Minho selalu pandai memilih parfume yang aromanya membuat Jisung nyaman untuk selalu berdekatan dengannya.

Lagi-lagi Jisung gengsi mengakuinya.

"Aku memiliki perusahaan warisan dari ayahku, Lee's company namanya. Dan yang mengelola secara langsung adalah adikku, Lee Felix. Sedangkan aku hanya membantu sedikit yang adikku kurang mengerti tentang perusahaan, aku yang membimbingnya. Dan terkadang aku juga menggantikannya dalam melakukan pertemuan seperti sekarang." jelas Minho masih dengan memeluk pinggang kecil Jisung. Jisung mengangguk mendengar penjelasan Minho.

"Kenapa aku tidak tau kau memiliki wangi yang menenangkan?" tanya Jisung masih dengan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Minho.

"Karena kau tidak pernah memelukku." jawab Minho asal. Jisung yang kesal langsung menggigit pelan leher Minho membuat pemuda itu menggeram rendah. "Ahh.. Ji, jangan lakukan itu lagi." ujar Minho.

Jisung memundurkan tubuhnya untuk menatap Minho. Sejenak ia terpesona, sangat tampan. Jisung bisa saja kacau hanya dengan menatap wajah Minho sedekat ini. "Kenapa?" tanya Jisung polos.

Tidak, ia tidak benar-benar polos. Hanya nada bicaranya saja. Ingat bukan apa yang ia lakukan pada Daniel ketika menggodanya? tidak ada anak polos yang mahir melakukan itu.

"Tidak ada, tapi jangan lakukan itu lagi." jawab Minho lembut sambil merapikan rambut Jisung yang berantakan. Jisung terkekeh mendengar jawaban Minho, "Apa kau terpancing, huh?" tanya Jisung yang menertawakan Minho.

Minho merotasikan bola matanya. Ia merasa dikerjain sekarang. Meskipun sejujurnya memang benar. Ia merasakan miliknya yang mengeras di bawah sana.
"Minho." seru Jisung menghentikan tawanya. Minho berdeham dengan wajah bertanya-tanya, Jisung menatap wajah Minho sejenak sebelum membuka suaranya kembali.

"Ada sesuatu yang keras di bawah pantatku."

Ayolah Han sialan Jisung, tidak seharusnya kau mengatakan hal sefrontal itu di depan orang yang kau katai mesum. "Kau yang membangunkannya dasar nakal." jawab Minho kembali menaruh tangannya di pinggang Jisung lalu meremasnya.

"A-Ahh.. Ya! kenapa aku?" tanya Jisung tidak terima, kalimat itu diawali dengan lenguhan terbata karena Minho meremas pinggangnya. Minho memajukan kepalanya, membuat wajahnya dan wajah Jisung begitu dekat.

"Karena kau menggigit leherku." jawab Minho menatap Jisung semakin intens.

Jisung mendorong tubuh Minho lalu merotasikan maniknya, "Bukan aku yang salah tapi memang kau saja yang mudah horny." balasnya tanpa rasa bersalah. Tanpa membalas ucapan Jisung, Minho tersenyum miring lalu sedikit memindahkan tubuh Jisung sehingga miliknya berada tepat di belahan pantat Jisung.

"Ya! kau kurang ajar sekali." Kesal Jisung. Ia ingin pergi tapi rasanya terlalu nyaman berada di atas Minho. Nyaman dalam artian Minho memiliki paha yang kuat untuk memangkunya serta memiliki skill mengelus yang Jisung sukai.

Tapi di sisi lain ia benar-benar bisa merasakan bagaimana milik Minho mengeras di belahan pantatnya. Ught, itu terasa aneh.

"Right, then teach me baby." balas Minho lirih dengan suara rendahnya yang pertama kali Jisung dengar. Bagaimanapun Jisung itu normal, ia jelas bisa merasakan darahnya berdesir mendengar suara Minho yang err-menggoda.

Jisung tersenyum lalu kembali mengalungkan tangannya pada leher Minho dan menatap mata itu intens. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah Minho dengan kepala yang sedikit ia miringkan sehingga bibirnya tepat berada di depan bibir Minho.

"In your dream, daddy." bisiknya lalu dengan cepat turun dari pangkuan Minho dan berlari keluar dari ruangan itu dengan tawa jahatnya yang menggelegar. Mood nya berubah begitu cepat setelah berhasil mengerjai Minho.

Minho menatap Jisung tidak habis pikir lalu beralih menatap ke arah selatannya, di mana celananya menggembung dan sesuatu di dalam sana meminta untuk keluar. Ia menghela nafasnya lalu tersenyum kecil. Baiklah Han Jisung kau dalam bahaya sekarang.

"Anak nakal akan mendapat hukumannya nanti, Han Jisung."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ᵗʰᵉSPY'SSASSIN • MINSUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang