"Kebetulan aku punya paha yang cukup kuat untuk memangku tubuh kecilmu. Kemarilah jika berkenan, Tuan Peter yang terhormat."
Itulah kata-kata terakhir Minho sebelum ia berdiri sambil fokus melakukan pekerjaannya di komputer. Sedangkan Jisung sedang duduk nyaman di kursi kerja Minho dan mengobati lukanya.
Jangan tanyakan apa yang Jisung lakukan sehingga kini Minho yang berdiri dan Jisung menguasai kursi kerjanya.
"Aku selesai." Jisung mengemasi kembali obat-obatan yang ia gunakan ke dalam kotak obat dan berdiri melewati Minho.
Sebelum keluar dari ruangan Minho, ia mendekati si pemilik ruangan hingga kini keduanya bertatapan intens. "Dengar ini. Sekali lagi kau mengucapkan hal aneh seperti tadi maka aku pastikan mulut ini akan menelan peluru dariku. Mengerti, Tuan Lee?" ucapnya sambil menatap bibir Minho.
Mendengar itu Minho sedikit merinding karena ingatannya memutar kejadian tadi malam, dimana ia melihat bagaimana Jisung membunuh korbannya dengan menembak bola matanya karena memperhatikan setiap lekuk tubuh Jisung secara terang-terangan.
"Baiklah, aku mengerti. Berdoa saja semoga mulutku tak melesatkan kata-kata kurang ajar seperti tadi pada orang di hadapanku ini." Jawab Minho santai, masih dengan menatap Jisung dengan intens. Bahkan seperti menantang, matanya sesekali melirik bibir mungil itu.
Jisung menjauhkan wajahnya dan keluar dari ruangan Minho dengan cepat.
Ia kembali ke kamarnya dan langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur lalu menutup wajahnya dengan bantal. "Dasar Lee Minho sialan. Kenapa pula ia menawarkan pangkuan? dan juga kenapa aku merasa malu mendengarnya?!" ucapnya yang kini mengusak kasar rambutnya.
•••
Jisung dan Minho kini sedang berada di ruang tamu. Minho meminta dirinya untuk turun, ingin membahas hal penting katanya.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Jisung to the poin. Ia duduk di sofa yang berbeda dengan Minho pastinya, jelas Jisung tidak mau berdekatan dengan orang berotak kotor itu.
Minho saat ini sedang fokus membaca beberapa lembar kertas yang entah apa isinya. Wajahnya tertekuk serius dengan kedua alis yang menyatu dan jidatnya yang terekspos begitu saja karena rambutnya yang ia buat naik ke atas.
Sangat tampan.
"Aku ingin kau bekerja sama denganku, Jisung." Satu kalimat terucap dari kedua belah bibir Minho berhasil membuat Jisung mendelik tak suka mendengarnya.
"Apa maksudmu?" tanya Jisung dengan nada yang sangat kentara bahwa ia tidak setuju dengan penuturan Minho. "Kenapa? kau tidak mau?" tanya Minho yang kini mengalihkan perhatiannya pada Jisung.
"Jelas tidak, Haha. Jangan berharap aku akan sukarela bekerja sama denganmu. Aku lebih suka bergerak sendiri." jawab Jisung sambil mengalihkan pandangannya kemana pun asal tidak menatap Minho yang menatapnya begitu lekat.
"Begitu ya." jawab Minho pelan lalu menghela nafas dan mengemasi kertas-kertas yang sejak tadi ia baca.
"Namun sayangnya aku bukan memberikan penawaran ataupun ajakan. Ini perintah dan kau tidak bisa menolaknya." sambungnya.
Jisung menoleh tidak terima, apa-apaan?!
Jisung bukanlah anak buah atau bawahan tetap seseorang. Ia hanya akan bekerja dengan uang."Kau pikir kau siapa yang berani memberikanku perintah?" tanya Jisung menantang. Minho menampilkan smirk nya menatap Jisung remeh.
"Sepertinya aku lupa memberitahu mu, saat ini kau menjadi buronan dari kerabat korban-korbanmu yang terdahulu. Dan kau pasti tau jelas siapa saja yang sudah kau renggut nyawanya, bukan?" jawab Minho.
Jisung menatap laki-laki di hadapannya dengan santai. Ia membiarkan Minho mengatakan semua hal yang sudah Jisung ketahui tanpa mencari tau.
"Dan aku sarankan kau bekerjasama denganku, dengan begitu kau akan aman. Jangan lupa aku yang menyelamatkanmu dan kau harus balas budi. Ketahuilah dimana kau berada dan kepada siapa kau harus berhati nurani." Lanjut Minho yang kini berdiri dari duduknya.
Jisung mengerti. Secara tidak langsung Minho sedang mengancam keselamatannya, ia bermaksud bahwa jika Jisung lepas dari dirinya maka ia akan mati.
Oh ayolah, sudah dua tahun ia hidup menjadi buronan setiap harinya. Dan Jisung masih hidup sampai sekarang. Jisung bisa saja keluar dari rumah ini sekarang dan memilih berhadapan langsung dengan orang-orang yang ingin membunuhnya.
Namun tampaknya bermain dengan Minho cukup menyenangkan. Iya kan?
Jisung ikut berdiri dari duduknya. Ia berjalan mendekati Minho dan sedikit melongak untuk menatap laki-laki yang lebih tinggi dari dirinya.
"Aku sungguh muak denganmu, Minho. Sebenarnya aku bisa saja membunuhmu sekarang. Tapi kurasa tidak akan kulakukan sebelum aku menguasai seluruh hartamu." ucap Jisung asal. Ia sama sekali tidak tertarik dengan harta Minho, hanya saja ia ingin menggoda lekaki itu.
Minho tersenyum dan mendekatkan mulutnya ke telinga Jisung. "Tidak perlu, kau bisa memilikinya sekarang juga jika kau mau menuruti kemauanku dan menjadi anak baik." bisiknya.
Jisung menjauhi tubuhnya dengan tatapan kesal. Minho benar-benar gila, pikirnya.
Jisung tampak berfikir sejenak. Sebenarnya tidak ada ruginya jika ia bekerjasama dengan Minho, hanya saja ia merasa kurang yakin. Minho di hadapannya saat ini hanya seperti laki-laki aneh yang sialnya menjadi pemilik rumah yang ia tempati sekarang.
"Baiklah. Kita akan bekerjasama, tapi jangan pernah mengatur diriku. Aku tidak suka diatur." jawab Jisung menatap Minho sengit. "Aku tidak yakin. Asal kau tau aku sangat suka mengatur ini dan itu bahkan hal yang tidak penting sekalipun. Maka jadilah anak baik dan menurut padaku."
Jawaban Minho berhasil membuat kekesalan Jisung meningkat sehingga lekaki yang lebih pendek itu menggigit bisep Minho dengan kuat dan meninggalkan bekas sebelum ia berlari ke kamarnya.
"Sialan kau Han Jisung!" Minho meringis memegang ototnya yang Jisung gigit. Tak disangka-sangka seorang ahli dalam membunuh lebih memilih menggigit bisep daripada menyerang menggunakan pukulan.
"Tunggu waktunya, akan ku buat kau memohon padaku anak nakal."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵗʰᵉSPY'SSASSIN • MINSUNG
FanfictionBagaimana jika seorang pembunuh bayaran dan seorang mata-mata dipertemukan dalam sebuah misi yang saling berhubungan? Dan berakhir dengan menetap di satu rumah yang sama. Warning! - B × B⚠︎ - Bahasa semi baku - Kata kasar - Sorry for typo. start: 16...