Minho kini sedang berdiri di antara sepasang kekasih yang sedang memesan makanan. Minho membawa buku kecil untuk menyatat pesanan keduanya.
"Sayang, aku bingung harus memesan apa." ucap Lucy, kekasih dari adik Tuan Ester. "Berikan kami semua menu spesial yang ada di sini." ujar Liam, adik dari Tuan Ester. Minho mengangguk lalu mengambil kembali buku menu dan menunduk hormat sebelum kembali ke belakang.
Selama berjalan menuju dapur, Minho menyimak pembicaraan antar sepasang kekasih itu melalui Airpods yang sudah ia sambungkan pada sebuah alat penyadap suara kecil yang ia tempelkan pada bagian bawah meja yang ditempati oleh Liam dan Lucy.
Tidak ada obrolan yang mencurigakan, keduanya hanya membahas pekerjaan dan keseharian masing-masing. Ketika sampai di dapur Minho memberikan kertas pesanan pada pelayan lain yang bertugas memasak.
Setelahnya Minho mendekat pada Jisung yang berada di wastafel, ia sedang mencuci piring dengan wajah malas. "Bagaimana?" tanya Jisung. Minho menggeleng pelan yang artinya tidak ada apapun yang ia temukan. "Tetap awasi sampai kita menemukan sesuatu." jawabnya.
Jisung mengangguk dan menyelesaikan cucian piringnya. Minho mengelap setiap piring yang sudah Jisung cuci hingga kering sempurna, keduanya berbincang pelan membahas soal Liam dan Lucy.
"Sebentar." ujar Minho lalu memfokuskan pendengarannya pada Airpods yang terpasang di telinganya. Jisung menatap Minho serius menunggu penjelasan dari laki-laki itu tentang apa yang ia dengar.
5 menit berlalu namun Minho belum juga membuka suara, ia masih terfokus pada suara Airpods di telinganya.
"Hei, kau disana!" seru salah seorang pelayan di dapur pada Jisung. Jisung yang bingung pun menunjuk dirinya sendiri, "Iya, kau. Kemari." jawab pelayan itu.
Jisung menurut dan menghampirinya, lalu pelayan itu memberikan dua piring dengan hidangan makanan di atasnya. "Antarkan ini, dan kembali lagi untuk mengambil yang lainnya. Cepat!" perintah pelayan tersebut.
Jisung sedikit tidak senang karena di perintahkan sesuka oleh hati pelayan tersebut, namun bagaimanapun ia sedang menjalankan misi sekarang. Dengan kesal Jisung menurut, ia keluar dari area dapur menuju ke tempat Liam dan Lucy berada.
Dapat Jisung lihat keduanya sedang berciuman, dan hal itu membuat Jisung jijik. Ingin rasanya ia melemparkan dua buah piring di tangannya ke wajah Liam dan Lucy di sana.
"Permisi." ujar Jisung berusaha sopan.
Liam melepaskan tautan bibirnya dan Lucy lalu mengangguk pada Jisung. Jisung pun meletakkan dua makanan yang ia bawa ke atas meja lalu kembali ke untuk mengambil makanan lain untuk dihidangkan.
"Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Minho yang melihat raut tidak senang Jisung. Jisung menghela nafasnya kasar, "Orang-orang itu berciuman tidak tau tempat, aku jijik melihatnya." jawab Jisung lalu mengambil dua piring makanan dan kembali ke depan meninggalkan Minho yang menertawakannya.
Setelah Jisung sampai di meja bernomor 08 dimana Liam dan Lucy berada, ia menaruh piring makanan dengan sopan dan sedikit menunduk. Saat hendak berbalik, Jisung sempat mendengar pembicaraan keduanya.
"Aku senang, kita berhasil melakukannya dan sebentar lagi kita akan menikah!" ucap Lucy dengan antusias. Jisung berjalan sepelan mungkin agar terus bisa menguping pembicaraan Liam dan Lucy.
"Iya sayang, sekarang tidak ada lagi penghalang untuk kita menikah." jawab Liam. Merasa seperti diperhatikan, Liam pun menolehkan kepalanya ke samping dan melihat Jisung yang belum beranjak dari tempatnya. Pemuda itu melangkah teramat kecil sehingga tak kunjung sampai di dapur.
"Hei, apa yang kau lakukan disana?" tanya Liam.
Jisung terperanjat mendengar suara Liam yang terkesan kasar. "Maaf Tuan, tadi aku tidak sengaja menekan tombol slow motion. Aku akan pergi sekarang." jawab Jisung disertai dengan kekehan canggung, dan jawabannya yang tidak masuk akal membuat Liam menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir.
Jisung langsung berjalan cepat kembali ke belakang dan mencari keberadaan Minho. Ia harus melaporkan apa yang ia dengar dengan cepat.
Jisung mencoba mengecek ke toilet apakah ada Minho di sana. Dan ternyata benar, Minho sedang bersandar pada wastafel toilet sambil mengotak-atik tablet di tangannya. Tablet itu sudah tersambung pada cctv restoran dan Minho sedang menonton Liam dan Lucy melalui tabletnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jisung yang masuk lalu menutup rapat pintu toilet. Minho menoleh lalu menunjuk layar tabletnya dengan dagu, "Lihatlah sendiri." balasnya.
Jisung mendekat dan melihat layar tablet Minho, layar itu memperlihatkan rekaman cctv dimana Liam dan Lucy sedang berbincang intens. "Pakai ini." Minho memberikan sebelah Airpods nya pada Jisung dan langsung dipakai oleh si manis.
"Jadi ternyata benar Liam yang membunuh ayahnya?" tanya Jisung. Minho mengangguk, "Tidak hanya Liam tetapi Lucy juga terlibat. Bahkan Liam melakukannya atas perintah Lucy, tetapi ia tidak membunuh ayahnya secara langsung melainkan menggunakan orang lain." jawab Minho.
Ah ternyata begitu. Kini Jisung paham, ternyata cinta bisa membutakan segalanya. Bahkan Liam rela membunuh ayahnya sendiri demi kekasihnya.
"Jadi maksudmu, Liam membayar orang untuk membunuh ayahnya?" ulang Jisung. Lagi-lagi Minho mengangguk. "Tetapi aku tidak tau siapa yang ia bayar untuk itu." jawab Minho.
Hal itulah yang harus mereka cari tau sekarang beserta bukti lain. Keduanya masih memperhatikan pembicaraan Liam dan Lucy.
"Aku sangat suka bagaimana cara Sim Jaguar bekerja. Semua yang ia lakukan sangat natural, aku yakin tidak akan ada yang curiga dengan kematian ayah."
"Kau benar, Sayang. Aku tau kau akan menyukainya maka dari itu aku mengenalkannya padamu."
"Kau benar-benar yang terbaik, Lucy. Aku tidak sabar untuk menikahimu."
"Hahaha, aku juga."
Begitulah obrolan sepasang kekasih itu yang membuat Jisung bungkam sejenak. Marga yang Liam sebutkan sepertinya tidak asing bagi Jisung.
"Sim Jaguar ya namanya, berarti kita harus mencari tau orang itu sekarang." ujar Minho yang menoleh pada Jisung. Raut wajahnya terlihat sangat serius, Minho yakin ia sedang memikirkan sesuatu, entah apapun itu.
"Marga Sim ya.." gumamnya.
Minho mengerutkan dahinya bingung mendengar gumaman Jisung, "Benar, Sim Jaguar. Jaguar adalah nama samaran dan Sim adalah marga aslinya. Apa kau mengenalnya?" tanya Minho.
Mendengar pernyataan tersebut Jisung langsung menatap Minho, "Apa maksud pertanyaanmu?" tanya si manis.
"Entahlah, biasanya orang-orang yang bekerja di lingkungan yang sama akan saling mengenal." jawab Minho. Benar apa yang dikatakan Minho, Jisung rasa ia mengenal orang tersebut. Feeling nya tidak pernah salah.
"Ya, aku mengenalnya. Tapi dia bukan temanku." balas Jisung lagi. Tatapan si manis itu tidak lagi sehangat sebelumnya, dapat Minho lihat tatapan itu seperti saat pertama kali keduanya berjumpa.
Sepertinya yang bersamanya saat ini adalah Peter Han, bukan Han Jisung. "Jadi, siapa dia?" tanya Minho hati-hati. Ia rasa Sim Jaguar yang mereka maksud daritadi bukanlah orang asing bagi Jisung. Jisung tersenyum samar, matanya menatap Liam lekat-lekat dari layar tablet Minho.
"Seseorang yang sangat ingin aku ajak bermain."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵗʰᵉSPY'SSASSIN • MINSUNG
FanfictionBagaimana jika seorang pembunuh bayaran dan seorang mata-mata dipertemukan dalam sebuah misi yang saling berhubungan? Dan berakhir dengan menetap di satu rumah yang sama. Warning! - B × B⚠︎ - Bahasa semi baku - Kata kasar - Sorry for typo. start: 16...