Satu minggu sudah berlalu semenjak kejadian Jisung disekap oleh Daniel kala itu. Jisung juga sudah pulih total sekarang, tubuhnya tidak lagi menunjukkan bekas luka atau semacamnya karena Jisung rajin mengobatinya setiap hari.
"Kau mau kemana?" tanya Jisung yang melihat Minho mengenakan pakaian rapihnya. Minho menoleh ke arah Jisung yang sedang membuat makanan di dapur.
"Bertemu seseorang. Aku pulang larut, jaga dirimu." jawab Minho lalu melenggang pergi dan mengunci pintu rumahnya. Jisung mengangkat bahunya acuh, toh ia sudah terbiasa sendiri sejak dulu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Setelah selesai dengan masakannya, Jisung membawa makanannya menuju kamar karna ia enggan makan di meja makan sendirian. Ia hanya makan di sana bersama Minho.
Drrtt drrtt.
Jisung menoleh ke arah ponselnya yang berdering di atas nakas, lantas ia mengambil benda pipih itu dan melihat nama siapa yang tertera disana.
Ah, ternyata kenalannya.
Jisung mengangkat panggilan itu dan menempelkan ponselnya pada telinganya. Kedua orang itu berbicara dengan serius, bahkan Jisung menghentikan acara makannya untuk fokus mendengarkan ucapan dari sang kenalannya.
"Ah baiklah, aku akan mengabarimu nanti." final Jisung sebelum memutus sambungan telponnya. Tanpa berminat menghabisi makanannya terlebih dahulu, Jisung segera keluar dari kamar dan menuju ruang kerja miliknya.
Ia mendekat ke tempat ia menyimpan pistol-pistol yang ia punya, matanya menatap salah satu pistol dengan pelatuk berwarna emas.
Jisung mengambil pistol bernama S&W 500M tersebut dan memperhatikan setiap detailnya. "Apakah aku membutuhkannya malam ini? entahlah, aku akan membawanya saja." monolognya lalu membawa pistol itu. Ia akan mempersiapkan apa yang perlu ia bawa untuk malam nanti.
•••
Jisung melirik jam tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 1 malam namun Minho belum juga pulang. Ia jadi penasaran kemana laki-laki itu pergi. Jisung juga ingin keluar sekarang, ia mendapat misi. Ia sengaja menunggu hingga Minho pulang agar bisa mengatakan padanya kemana Jisung akan pergi, ia tidak ingin Minho berpikir bahwa ia diculik.
Namun karena Minho tidak kunjung pulang, akhirnya Jisung memilih pergi tanpa memberitahu Minho.
"Halo, Luca. Antarkan mobilku ke alamat yang aku kirimkan, sekarang." perintahnya pada seseorang di seberang sana yang ia hubungi lewat panggilan telepon.
Tidak lama kemudian, dua buah mobil datang. Seseorang dengan wajah tegas dan bersurai pirang keluar dari dalam mobil hitam pekat milik Jisung. Seseorang itu adalah Luca, saudara angkatnya.
"Kau darimana saja? tidak ada kabar dan tiba-tiba menghubungiku untuk mengantarkan mobilmu. Dasar tidak sopan." omel Luca yang memeluk singkat tubuh Jisung.
Jisung tertawa lalu membalas pelukan Luca. "Aku masih di Korea. Jangan khawatir. Baiklah terimakasih, aku akan pergi sekarang." balas Jisung yang berjalan mendekati mobilnya.
"Mendapat panggilan ya?" tanya Luca yang diangguki oleh Jisung. Luca mengangguk paham dan menepuk pelan pundak Jisung beberapa kali. "Baiklah, semoga berhasil. Jaga dirimu baik-baik." ucapnya sebelum masuk ke mobil yang tadi datang bersamanya.
Jisung mengangguk dan masuk ke dalam mobilnya, ia melajukan kendaraan roda empat itu ke sebuah hotel ternama di sudut kota.
Sesampainya di hotel itu, Jisung masuk ke lobby yang dijaga oleh dua orang berbadan besar yang menggunakan jas dan tanda pengenal. Ah, mereka penjaga hotel ini ternyata.
"Izinkan saya memeriksa anda terlebih dahulu, tuan." ucap salah satu diantara pada Jisung. "Aku Peter Han." jawab Jisung membuat kedua penjaga itu bertukar pandang lalu langsung membiarkan Jisung masuk tanpa memeriksanya lagi.
Jisung masuk ke dalam hotel yang sudah seperti club ini. Petinggi-petinggi kota yang sedang menikmati berisiknya musik, alkohol dan juga seks tanpa mempedulikan apapun lagi.
Jisung terus berjalan mencari ruang VVIP untuk menemui seseorang. Setelah cukup lama berjalan akhirnya Jisung menemukan ruangan yang terletak di lantai 3 hotel.
"Maaf membuatmu menunggu, Wooyoung." ucap Jisung ketika memasuki ruangan bernuansa putih abu dan terdapat seorang laki-laki cantik yang sedang duduk di sofa dengan beberapa minuman di atas meja.
"Oh, kau sudah datang rupanya. Duduklah, Han." balas Wooyoung yang mempersilahkan Jisung untuk duduk di hadapannya. Jisung menurut dan duduk di sofa yang ada di hadapan Wooyoung.
"Baiklah, seperti yang aku katakan padamu tadi siang. Aku akan memberikanmu misi yang sulit kali ini. Aku mengadakan pesta atas kenaikan sahamku yang di luar negeri, dan aku mengundang banyak petinggi-petinggi politik kota ini untuk meramaikan pestaku.
Namun tampaknya mereka menganggap ini adalah sex party karna dapat kau lihat sendiri orang-orang bodoh dibawah sana melalukan hal tidak senonoh secara terang-terangan.
Dan aku ingin kau membuat 3 orang diantaranya mendekam di penjara atas kasus ini. Aku tau kau pembunuh bayaran namun aku tidak ingin kau membunuh siapapun, hanya membuat 3 orang itu masuk ke penjara tanpa halangan apapun karena jabatan tinggi yang mereka miliki.
Aku akan mengirimkan pesan berisi nama-nama targetku padamu. Ingat, kau harus berhasil membuat mereka masuk penjara tanpa terhalang jabatan." jelas Wooyoung panjang lebar.
Jisung menatap Wooyoung lekat-lekat. Misi yang tidak masuk akal, bagaimana bisa Jisung sendirian membuat tiga orang petinggi politik masuk ke penjara tanpa halangan apapun?
"Itu sama saja kau mempertaruhkan nyawaku dasar bodoh, aku tidak mau mati konyol oleh tikus-tikus berdasi itu. Persetan dengan bayaranmu." balas Jisung lalu meneguk alkohol milik Wooyoung.
Wooyoung terkekeh geli seolah Jisung baru saja melontarkan candaan padanya.
"Ayolah Hannie, apa kau tidak ingin membantu temanmu ini? aku tau kau memiliki backing yang kuat, bahkan lebih dari aku. Jadi seharusnya hal seperti ini sangat mudah, bukan?" ujar Wooyoung lagi.Jisung memutar bola matanya malas. Ya meskipun ia memiliki backing yang cukup berpengaruh tetapi Jisung sangat tidak berminat dengan misi yang Wooyoung berikan untuknya. Meskipun sebenarnya ia sedikit tergiur dengan jumlah bayaran yang Wooyoung tawarkan padanya.
"Untuk hal seperti ini, aku tau siapa yang bisa membantumu. Lebih baik dariku untuk berurusan dengan manusia-manusia pemuja jabatan. Aku hanya senang membunuh, tidak senang bermain bersama tikus. Aku akan memberikan kontaknya padamu, kau bisa menghubunginya sekarang. Namanya Choi San."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵗʰᵉSPY'SSASSIN • MINSUNG
FanfictionBagaimana jika seorang pembunuh bayaran dan seorang mata-mata dipertemukan dalam sebuah misi yang saling berhubungan? Dan berakhir dengan menetap di satu rumah yang sama. Warning! - B × B⚠︎ - Bahasa semi baku - Kata kasar - Sorry for typo. start: 16...