Minho dan Jisung berada di rumah malam ini dan memantau kegiatan Liam dan Lucy dari jauh. Dan saat ini keduanya sedang makan malam.
Tidak ada obrolan apapun, Jisung dan Minho hanya fokus pada makanan dan pikiran mereka masing-masing. "Aku selesai." ujar Jisung lalu bangun dari duduknya untuk membawa piring kotor ke tempat pencucian.
Minho yang juga sudah selesai ikut berdiri dan menyusul langkah Jisung. "Ya! Bisakah kau menjauh?" tanya Jisung pada Minho yang sedang memeluk perutnya dan menyandarkan kepalanya pada bahu Jisung ketika si manis sedang mencuci piring kotor yang tadinya mereka gunakan.
"Tidak, memangnya kenapa?" tanya Minho santai. Pemuda bermanik tajam itu kini malah menciumi leher Jisung. Ia tersenyum bangga melihat banyak tanda kepemilikan darinya yang tidak Jisung tutupi sama sekali.
"Aku merasa seperti sedang ketempelan setan." jawab Jisung yang kini melanjutkan cuciannya, ia membiarkan Minho melalukan semua hal sesuka hatinya. "Mulutmu sepertinya perlu dihukum." balas Minho yang kini membawa wajah Jisung untuk menoleh padanya lalu mencium bibir mungil si manis.
"eumh.." lenguh Jisung ketika Minho menggigit bibir bawahnya. Jisung berusaha mendorong tubuh besar Minho untuk menjauh, oh ayolah ia sedang mencuci piring dan dengan kurang ajarnya Minho menciumnya begitu saja.
Paling tidak bawalah ia ke kamar.
"Tidakkah kau lihat aku sedang mencuci piring? jangan sampai aku membuat mulutmu menelan benda ini." ucap Jisung setelah berhasil melepaskan tautan bibirnya dan Minho. Sedangkan Minho hanya tertawa dan kembali memeluk Jisung. Menunggu si manis menyelesaikan pekerjaannya.
"Aku merindukanmu." ucap Minho tiba-tiba.
Jisung mengerutkan dahinya sambil tersenyum kecil, "Oh benarkah? bukankah kita selalu bersama setiap hari? lalu apa yang kau rindukan dariku?" tanya Jisung, ia tau Minho bukan sekedar merindukan dirinya. Ada sesuatu yang pria itu inginkan.
"Aku merindukan semua yang kau miliki, dan juga aku rindu melihatmu mendesah di bawahku." jawab Minho dengan suara beratnya tepat di telinga Jisung. Benar-benar Lee sialan Minho, bagaimana bisa ia mengatakan hal itu di saat Jisung mati-matian membuang ingatannya pada kejadian malam itu.
Jisung tak menjawab, ia sedang menyelesaikan cuciannya. Melihat Jisung yang telah selesai mencuci piring, Minho langsung memutar tubuh kecil itu agar menghadap ke arahnya. Minho tersenyum miring dengan mata sayunya sambil menatap manik Jisung yang berbinar.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Jisung berlagak tak mengerti. Minho memiringkan kepalanya dengan sebelah alis yang menukik tajam, "Aku menginginkanmu." jawab Minho sebelum menggendong tubuh Jisung seperti koala dan membawanya duduk di atas meja makan.
Jisung mengalungkan kakinya pada pinggang Minho dan membawa lengannya di bahu lebar sang dominan. Kini Jisung duduk di atas meja makan dengan Minho yang mengukungnya.
"Apa kau menyukai ini?" tanya Minho sambil menunjuk kissmark buatannya di leher putih Jisung. Jisung membuat mimik wajah seperti sedang berpikir, "Eum, entahlah." jawabnya sambil memainkan rambut Minho.
Ia sisir rambut itu menggunakan tangannya dengan lembut, tak lupa Jisung memperhatikan setiap rinci wajah Minho. Sungguh, Jisung yakin seratus persen bahwa Tuhan menciptakan manusia di hadapannya ini saat sedang berbahagia. Bagaimana bisa Minho lahir dengan pahatan wajah yang begitu sempurna?
Minho menatap teduh binar di mata Jisung ketika si manis menatap ke arahnya, entah apa yang ada di pikiran Jisungnya saat ini. Minho mencubit gemas pipi gembul Jisung, dengan perlahan Minho membawa wajahnya mendekat lalu kembali menyatukan bibirnya pada bibir Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵗʰᵉSPY'SSASSIN • MINSUNG
FanfictionBagaimana jika seorang pembunuh bayaran dan seorang mata-mata dipertemukan dalam sebuah misi yang saling berhubungan? Dan berakhir dengan menetap di satu rumah yang sama. Warning! - B × B⚠︎ - Bahasa semi baku - Kata kasar - Sorry for typo. start: 16...