"Aku rasa aku bisa langsung bergerak sekarang, kita tidak perlu menunggu banyak bukti untuk saat ini. Karna nanti akan kita dapatkan setelah menyerang dua orang itu." ucap Jisung.
Saat ini Minho dan Jisung sedang berada di ruang kerja Minho, hari ini tepat dua hari setelah keduanya menyamar di restoran waktu itu. Setelah melakukan beberapa persiapan, Minho dan Jisung kini mengumpulkan data bukti mengenai kasus yang sedang mereka pecahkan.
"Aku rasa kita lebih terlihat sepi detektif sekarang." ujar Minho sambil tertawa. Jisung mengangguk setuju. Lalu Jisung berdiri dari duduknya diikuti Minho. "Kita pergi sekarang?" tanya Minho.
Ia melihat Jisung yang memeriksa beberapa senjata api miliknya, Minho pun menatap pemuda itu bingung. "Untuk apa membawa pistol? kita tidak perlu membunuhnya. Aku rasa stun gun saja sudah cukup." ucap Minho.
Jisung menghentikan kegiatannya sejenak, "Aku akan membawanya, kita memerlukannya." balas Jisung. Minho hanya diam tanpa membantah apapun lagi. Ia tau bahwa Jisung tau apa yang ia lakukan.
Setelahnya, kedua orang itu langsung pergi mendatangi rumah pribadi milik Liam yang alamatnya sudah diberitahukan oleh Tuan Ester.
•••
"Ada dua buah mobil di garasinya." bisik Jisung pada Minho. Mereka sudah sampai di kediaman Liam dan melihat ada dua buah mobil di garasi rumah besar itu, sedangkan menurut informasi yang Tuan Ester berikan, Liam hanya memiliki satu buah mobil. Yang artinya ada orang lain di rumah ini, kemungkinan itu Lucy atau tamu.
Minho dan Jisung berhasil masuk setelah menghancurkan pintu garasi dan menyelinap masuk ke dalam rumah melalui pintu yang langsung menuju ke ruang tamu.
Minho mengangguk membenarkan lalu mengambil foto plat mobil itu.
S 1502 JY
Diam-diam Jisung tersenyum miring melihat plat mobil tersebut. Baiklah Sim Jaguar, Peter Han akan mengikuti permainanmu. Perlahan Minho membuka pintu yang langsung menuju ke ruang tamu milik Liam.
Minho dan Jisung masuk ke dalam rumah Liam dan dapat keduanya lihat Liam dan Lucy sedang bercumbu di atas sofa. Jisung meringis, ayolah ia sudah muak melihat dua umat itu.
Minho dan Jisung berdiri tepat di ambang pintu dan dengan santai menonton adegan dewasa yang dua orang di hadapan mereka lakukan.
"Ugh, aku benar-benar muak." ujar Jisung pelan. Minho menoleh dan terkekeh pelan, lalu ia mengusak pucuk surai Jisung gemas dan mengecup singkat bibir manis milik si tupai.
"Ya! Kurang ajar sekali." Jisung memukul dada Minho pelan. Tanpa keduanya sadari, adegan yang Liam dan Lucy lalukan sudah selesai dan kini sepasang kekasih itu terkejut akan kedatangan orang asing di rumahnya.
"Siapa kalian?! Apa yang kalian lakukan di rumahku?!" teriak Liam kepada Minho dan Jisung. Ia membawa Lucy ke belakang tubuhnya, jaga-jaga jika Minho dan Jisung berniat melukai mereka berdua.
"Apakah ciuman kalian sudah selesai?" tanya Minho santai. Ia maju mendekat bersama Jisung membuat Liam dan Lucy mundur perlahan. "Siapa kalian?! Bagaimana kalian bisa masuk?!" teriak Lucy yang panik.
Jisung mendecih, "Santai saja, tidak perlu berteriak." balasnya. Jisung mengedarkan pandangannya, ia mencari keberadaan seseorang. Ia yakin 100% bahwa di rumah ini terdapat orang lain selain Liam dan Lucy.
"Dimana orang itu?" tanya Jisung. Ia melihat ke sudut ruangan, di sana terdapat cctv. Jisung tersenyum miring, lalu ia mengeluarkan pistol yang tadi ia bawa dan langsung menembak kamera cctv di sana.
Dor!
Lucy berteriak ketakukan mendengar suara tembakan yang berasal dari Jisung. "Kenapa kau menembak cctv?" tanya Minho.
"Jangan biarkan dia memantau kita dari sana." jawab Jisung. Sementara itu Liam sibuk menenangkan kekasihnya yang menangis. Minho sedikit bingung dengan apa yang dimaksud Jisung, namun ia memilih bungkam daripada bertanya.
"Katakan di mana dia atau aku akan membunuh kekasihmu?" ancam Jisung yang mengarahkan pistolnya ke arah Lucy yang bersembunyi di belakang tubuh Liam.
Liam meneguk ludahnya panik, ia tidak bisa membiarkan kekasihnya mati tertembak oleh orang asing di hadapannya ini. "Siapa yang kau maksud? Apa mau kalian sebenarnya?!" balas Liam dengan suara yang sedikit bergetar ketakutan.
"Aku ingin kau mengaku bahwa kau yang telah membunuh ayah kandungmu sendiri." jawab Minho yang berjalan mendekat membuat Liam dan Lucy bertatapan dan mundur perlahan. "Bukan aku pelakunya, jika sudah takdirnya untuk mati maka kau tidak bisa menyalahkan orang tak bersalah sepertiku!!" balasnya tak terima.
"Kekasihku benar. Kalian tidak seharusnya menuduh seorang anak membunuh ayahnya sendiri, itu tidak masuk akal!" timpal Lucy membela kekasihnya.
Jisung berdecih, ia mendekat dan dengan sekali gerakan menarik tubuh Liam lalu mendorongnya pada Minho. Minho yang paham langsung menahan tubuh besar laki-laki itu.
"Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan dasar orang aneh!! Jangan lukai Lucy ku!" teriak Liam meronta-ronta ketika melihat Jisung mencengkram wajah kekasihnya yang kini menahan tangis.
"Berhenti berpura-pura polos dasar kau wanita licik. Aku mengetahui semua permainan mu, termasuk orang yang kau bayar. Aku tau, kau adalah otak dari semua kebusukan ini." ujar Jisung tepat di hadapan Lucy.
Lucy yang awalnya terlihat ketakukan sehingga hampir menangis tiba-tiba merubah ekspresinya, ia nenatap Jisung tajam dan tersenyum kecil. Senyum licik yang dapat Jisung rasakan.
"Ah, ternyata sudah ketahuan ya..." gumam Lucy yang masih dapat Jisung dengar dengan jelas. "Baiklah kalau begitu, ucapkan selamat tinggalmu sekarang" lanjut Lucy, Jisung mengernyitkan dahinya bingung.
Tiba-tiba, sebuah peluru dari arah belakang tubuhnya melayang entah dari siapa, dan..
Dor!
"Argh!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ᵗʰᵉSPY'SSASSIN • MINSUNG
FanfictionBagaimana jika seorang pembunuh bayaran dan seorang mata-mata dipertemukan dalam sebuah misi yang saling berhubungan? Dan berakhir dengan menetap di satu rumah yang sama. Warning! - B × B⚠︎ - Bahasa semi baku - Kata kasar - Sorry for typo. start: 16...