Sebuah keluarga pebisnis elite dengan julukan keluarga Loni, memiliki penerus Pin kekuasaan generasi ke-18 yang bernama Mewtasit Jonghefluk. Kekuasaan yang menjadi ketamakan tersebut menjadikan seseorang yang seharusnya mendapat pelukan hangat malah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kok makin hari makin sikit ya vote komennya? Hiks? Apa ceritanya membosankan kah?
Mohon di jawab, agar Nana dapat melakukan tindakan 🥺
4 tahun kemudian.
Seorang anak laki-laki tengah berlari ke pelukan laki-laki tinggi dengan perawakan tegas.
"Daddy ..." Anak laki-laki terlihat sangat senang. Ia mulai bercerita tentang hari pertamanya menjadi murid TK.
"Apa kau melupakan Mama, Pawat?" ucap seorang wanita yang berjalan di belakang mereka. Dia adalah Lacyia, putri bangsawan dari keluarga Lac.
"Pawat sudah menceritakan pada Mama semuanya saat kita masih di dalam mobil. Sekarang giliran Daddy," ucap anak laki-laki itu membuat sudut bibir Lacyia tertarik.
"Terlalu bersemangat." Dia mengusap kepala Pawat yang masih berada di dalam gendongan Mew.
Terlihat mereka seperti pasangan yang sempurna berjalan di sebuah lorong dengan untaian dedaunan hias yang membentuk atap.
"Apa Pawat menyusahkanmu?" tanya Mew pada Lacyia.
"Mew, kenapa kau selalu khawatir Pawat menyusahkan aku? Sama sekali tidak, anak kita anak yang baik, dia tidak nakal sama sekali."
"Benar, Daddy. Pawat tidak merepotkan Mama. Lagian jika Pawat merepotkan Mama, tidak apa-apa kan, Mama? Mama Cyia kan Mamanya Pawat."
Ucapan Pawat membuat Mew menatap jauh.
"Mew, tidak ada yang salah dari ucapan Pawat. Kenapa kau terlihat sedih?"
Pawat, Mew turunkan saat mereka baru saja tiba di taman. Anak itu berlarian ke dalam hamparan bunga yang mekar.
"Cyia. Selama lima tahun ini aku melihat ketulusanmu. Aku sangat bersyukur. Kau mau mener—"
"Mew, suttt!" Lacyia memotong ucapan Mew yang mau mengarah ke mana.
"Aku sudah katakan, Pawat anakku. Dan aku sangat menyayanginya. Jadi, jangan pernah ungkit lagi dia bukan anakku, Mew."
"Ya, aku tau itu, Cyia." Mew melihat Pawat yang kesenangan mengejar kupu-kupu di ladang bunga. Sehingga dia tiba-tiba teringat dengan Kana. Lelaki cantik itu lebih suka mengejar hewan yang terbang daripada memetik bunga.