Bab 26

417 66 14
                                    

Win terlihat bersemangat di pagi hari, bahkan dia berteriak di depan pintu kamar orang tuanya yang tertutup rapat.

"Buna! Daddy!" teriak Win tak sabar, bahkan dia menggedor pintu.

Gulfie terbangun mendengar suara putra tersayangnya. Dia berusaha merayap sekitar ranjang untuk memungut rambut palsunya. Setelah ia dapat, Gulfie memakainya cepat sebelum Win menerobos masuk. Karena pintu kamarnya tak terkunci.

Tapi, saat dia ingin bangkit, lengan berurat dengan kulit tangan yang putih menahan pinggangnya.

"Phi, apa yang kau lakukan. Win sudah memanggil."

"Lima menit saja. Aku hanya ingin memelukmu sebanyak itu." Bible menarik tangan Gulfie sehingga dia kembali terjatuh.

"Kau sudah memelukku semalaman. Apa itu masih kurang?"

"Heum, aku hanya bisa melakukan itu, Gulf. Jadi biarkan seperti ini sebentar saja."

Ucapan Bible seketika membuat Gulfie kembali dalam rasa bersalah.

"Phi, maafkan aku belum bisa memberikannya. Namun aku berjanji setelah balas dendamku selesai, aku benar-benar akan kembali pada pelukanmu."

'Kau selalu mengatakan itu, Gulf. Apa aku harus mempercayaimu?' Tentu saja Bible mengatakannya di dalam hati.

"Astaga! Buna, Daddy! Kenapa masih tidur!" Win akhirnya menerobos masuk. "Apa kalian melupakan kalau Win harus bersekolah hari ini? Daddy ...! Ayo bangun, lepaskan Buna! Buna harus membantu Win bersiap."

"Minta bantuan pelayan Erika saja." Suara Bible serak.

"Tidak mau, Win mau Buna. Daddy, ayolah ... Daddy sudah menguasai Buna semalaman. Sekarang giliran Win!"

"Tidak mau! Daddy mau memeluk Buna lebih lama. Pergi sana, menganggu saja."

"Daddy ...," rengek Win

"Phi ...," sela Gulfie saat dia menjadi rebutan. Ini kerap kali terjadi.

"Baiklah." Akhirnya Bible melepaskan pelukannya pada Gulfie karena Win mulai menangis. "Alih-alih Buna yang membantumu, bagaimana kalau Daddy saja?"

"Benarkah? Tentu saja. Ayo, Dad. Win mau mandi dengan Daddy seperti biasa." Win selalu dengan mudah berubah mood.

"Baiklah, ayo naik ke punggung Daddy."

Dengan senang hati Win meloncat ke punggung Bubble. Dua lelaki beda usia itu segera berlari ke dalam bilik mandi.

Gulfie tersenyum melihat kemanisan mereka. Ia sangat bahagia, Bible benar-benar menerima Win.

Tak lama, mereka berangkat menuju sekolah di mana Win akan belajar di Thailand.

Saat mereka tiba di sebuah sekolah yang sangat besar di negara ini, tak sengaja mereka malah bertemu dengan Ketua Loni bersama istrinya.

"Owh, Nona menantu Loni," sapa Gulfie terlebih dahulu sehingga dua orang yang menggandeng seorang anak itu seketika menoleh.

"Nona menantu Tartapathu?" Lacyia terkejut begitupun Mew. Bahkan Win juga.

"Om Mew?" ucap Win senang. Dia bertemu lagi dengan seorang teman dewasanya.

Mew yang sedang memandang senyum Gulfie yang menyapanya berpindah pada Win yang menyapanya.

"Wah, Om. Ketika ternyata bertemu lagi. Apa Om juga tinggal di Thailand?" tanya Win sehingga Mew sedikit berjongkok untuk sekedar menyapa Win.

"Tentu saja. Apa Win bersekolah di sini?"

"Hem, iya kan, Bun?"

"Iya, sayang. Ayo masuk," suruh Gulfie. Karena para teacher sudah menunggu muridnya.

KilledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang