bab 20

476 96 22
                                    

Mari biasa kan untuk Vote dan meninggalkan jejak juga, agar author ini semangat sikit up-nya

.

.

.

Terima Kasih

Selamat membaca ...

.....

Mateo, Ardie. Anak buah Mew, pergi berlawanan arah. Mew mengatakan agar mereka berpencar saja untuk mempermudah pencarian. Namun sudah berkeliling, Mew atau pun anak buahnya masih belum menemukan apa pun.

"Berpikirlah, Mew! Berpikirlah!" Monolog Mew pada diri sendiri.

Dia ingin berlari lagi untuk mencari. Namun ia merasakan sesuatu di bawah kakinya. Pijakannya tak sama datar. Mew menyingkirkan karpet permadani tersebut sehingga ia melihat lantai terpotong. Seperti sebuah jalan. Mew mencari apa pun untuk memecah teka-tekinya. Ia melihat tombol yang tak biasa. Mew menekan dan benar saja lantai itu bergerak.

Saat Mew ingin turun, ternyata Gulfie tiba-tiba datang.

"Nona! Apa yang kau lakukan di sini?" kaget Mew. "Tempat ini sangat berbahaya, bahkan suamimu sudah dilumpuhkan."

"Apa!" Gulfie kaget.

"Lalu apa ini? Apa jalan rahasia?"

"Sepertinya, Nona. Kembalilah, aku akan memeriksa—" Belum sempat Mew menyelesaikan ucapannya. Gulfie sudah dulu turun.

Dia hampir saja terjerembab di tangga terakhir ketika terburu turun. Mew menangkap, Gulfie tak jadi jatuh. Dengan angkuh, Gulfie menghempaskan tangan Mew yang bergelayut di pinggangnya.

Dia kembali turun.

Gulfie menyisir pandangannya. Jantungnya semakin berdebar. Ia begitu takut jika sesuatu terjadi pada Win—nya.

"Aku akan memeriksanya," ucap Mew namun lagi-lagi Gulfie mendahuluinya.

Di tempat lain. Di sebuah kamar di dalam kapal yang tak terlalu luas.

Zai sedikit panik, ia bahkan menyesal telah melakukan penculikan pada Win—perwaris Tartapathu. Kepercayaan dirinya terasa diserap saat sekarang ia sudah dikepung. Meskipun dia dengan mudah menundukkan Bible. Namun ia yakin sebentar lagi dirinya akan ditangkap.

Zai menatap anak laki-laki yang masih pingsan. Kepanikannya terasa teratasi melihat tubuh kecil Win.

Dia seorang penyodom pedofil.

Anak-anak selalu membuatnya bergairah.

"Persetan akan tertangkap, anak ini sepertinya sangat lumayan. Aku akan menikmatinya sebentar lalu setelah itu berpikir bagaimana ke depannya." Pria gendut itu memang sudah gila saat nyawanya menjadi taruhan.

"Nona! Itu sangat berbahaya!" Teriakan seseorang membuat Zai kembali menaikkan celananya. Padahal dia sudah menurunkan celana Win.

"Sial! Apa mereka menemukan tempat ini!" Zai semakin panik. Dia kembali menggendong Win. Bersamaan pintu terbuka. Gulfie telah dulu masuk.

"Win!" teriak Gulfie. Putranya dalam pengawasan pria gendut.

"Jangan mendekat! Jika kau mendekat aku akan melempar anak ini ke dalam laut." Pria gendut itu berdiri di dekat balkon kamar ini.

"Beraninya kau!" Gulfie melebarkannya mata. Menyisir matanya pada Win. Putranya tak sadarkan diri dengan celana terbuka.

"Apa yang kau lakukan, bajingan!" teriak Gulfie.

Mew yang berada di belakang segera masuk juga. Dia sama terkejutnya seperti Gulfie.

"Ahuy! Ternyata kau menangkapmu bersama selingkuhanmu, Nona?" Zai tertawa melihat kedatangan Gulfie dan Mew bersamaan.

KilledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang