bab 22

481 88 48
                                    

selamat Malam ....

masih nungguin KILLED up kan?

semoga masih, selamat membaca dan jangan lupa jejaknya ....

.

.

Mew cukup lama diam. Mereka telah naik pesawat untuk kembali. Bayangan Gulfie sedang berpagutan dengan seseorang sangat mengganggunya. Entah mengapa Mew merasakan nyeri pada sudut hatinya.

"Phi, apa yang kau pikirkan?" Lacyia mengejutkan lamunan Mew. Dia sejak tadi memanggil suaminya. Namun Mew tak menggubris.

"Ah, anu. Aku .... Ada apa, Cyia?" Mew sedikit tergagap karena keterkejutannya.

"Tidak ada apa-apa. Aku hanya memanggilmu, tapi kau tak menjawab sedikit pun. Apa sesuatu mengganggumu?" tanya Lacyia sekali lagi.

"Tidak ada yang menggangguku. Aku hanya memikirkan tentang keluarga Tartapathu dalam menjaga keamanan ketika menyambut kita. Meskipun insiden buruk terjadi pada cucunya."

"Ah, kau memikirkan hal yang sama denganku, Mew. Aku juga memikirkan hal tersebut. Keluarga itu begitu luar biasa. Pantas saja mereka sangat disegani. Hmm ..., aku juga ingin menyambut tamu dengan aman seperti keluarga Tartapathu, Mew."

"Itu tidak mungkin terjadi, Cyia. Jika kita melakukan itu, aku sangat yakin tidak ada yang ingin menginjakkan kaki di mansion kita. Mengingat, bagaimana kejamnya kita berkuasa."

"Kita bisa mengubah kebiasaan itu, Mew. Apa kau ingin keluarga kita selalu di cap sebagai keluarga kejam?"

"Sejak dulu aku tidak menyukainya, Cyia. Karena itu aku sangat ingin meninggalkan beban ini. Tapi ..." Mew kembali mengingat Kana.

Lacyia tau apa yang suaminya pikirkan. "Mew, kau tak perlu meninggalkan kekuasaanmu. Kau yang memiliki hak untuk memimpin, maka kau juga berhak menentukan cara kepemimpinanmu itu. Kau orang yang adil dan sangat bijaksana."

Mew menggeleng. "Tidak, Cyia. Aku sudah berubah menjadi seorang monster saat aku membasmi seluruh anggota keluarga Fanho. Bahkan semua pelayannya meskipun mereka sudah memohon untuk pengampunan. Aku tidak bisa melupakan kejahatan itu."

"Mew, kau hanya membalaskan apa yang sudah mereka lakukan terhadap Ayah mertua, bahkan ..." Ucapan Lacyia tergantung. Dia tak ingin membahas kekasih laki-laki suaminya yang berharga itu. "Kekasihmu dan juga keluarganya terbunuh oleh keluarga Fanho," lanjutnya, menoleh untuk melihat reaksi Mew.

Pria itu mengepalkan tangannya tentang kemalangan yang sangat luar biasa terjadi pada Kana-nya.

"Mew ..." Lacyia menggenggam tangan Mew yang mengepal. "Aku akan selalu mendampingimu untuk berjalan di atas kebenaran. Jadi, mari melupakan masa lalu dan hidup untuk kebaikan," ucap Lacyia membuat kepalan tangan Mew mengendur.

"Maafkan aku, Lacyia. Aku masih saja meratapi dia."

"Aku mengerti, Mew. Kana—pria yang sangat beruntung karena selalu mendapatkan cintamu."

Mew menggeleng. "Tidak, Cyia. Aku yakin hatimu tergores saat mengatakan itu."

"Mew, aku memang sakit hati saat suamiku masih mencintai prianya yang telah mati lima tahun yang lalu. Tapi aku selalu menyadarkan diriku untuk memaklumimu. Aku tau, dia lebih dulu bersamamu. Aku tidak berhak menghapus dia di hatimu."

"Kau berhak, Lacyia. Maafkan aku, aku berjanji padamu untuk menggantikan cintaku ini terhadap Kana untukmu saja sekarang." Mew membawa Lacyia ke dalam pelukannya.

'Aku yakin kau tak akan bisa melakukan itu, Mew. Kana akan selalu menguasai hatimu meskipun si berengsek itu sudah mati!' Suara hati Lacyia mengutuk.

KilledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang