86... She say.....

1.9K 57 6
                                    

Javas kembali ke kantor setelah jam makan siang, ada beberapa hal yang harus diurus sehingga ia baru bisa kembali.

Tok..tok..tok..

Ketukan tiga kali baru mendapat jawaban dari dalam, tampak Jeremy tengah sibuk memeriksa lembaran kertas diatas meja. Bahkan pria itu hanya menoleh sekilas setelahnya kembali pada fokusnya.

"Pah, ini masih jam makan siang. Kenapa masih sibuk?"

Jeremy tidak menggubris, baginya fokus pada lembaran kertas lebih penting dari pada mendengar ucapan putranya.

Merasa tidak dihargai kehadirannya, Javas meletakan amplop coklat yang ia bawa dari rumah sakit.

"Hasil lab tentang riwayat penyakit Rinjani."

Mendengar nama Rinjani barulah Jeremy mendongkak melirik amplop cokelat tersebut.

"Rinjani tidak bohong, dia memang mengidap kista pada mulut rahimnya. Tetapi dokter sudah menyatakan sembuh dan kemungkinan Rinjani bisa hamil."

Helaan nafas panjang dari Jeremy setelah mendengar penjelasan Javas. Dia sedikit menggeser lembaran kertas menyangga dagu sambil mengetuk-ngetukan bolpoin diatas meja.

"Javas, untuk apa kamu mendatangi dokter? Apa kamu tidak percaya dengan semua ucapan Rinjani?"

Javas sedikit menelantangkan kepala lalu mengusap wajahnya. "Aku hanya ingin berjaga-jaga saja pah, agar kedepannya tidak memaksa Rinjani dalam hal apa pun."

"Itu bagus, memang seharusnya kamu tidak perlu memaksanya."

Padahal yang gencar memaksa Javas dan Rinjani segera menikah adalah papanya tetapi kenapa sekarang Jeremy seolah tidak merasa memaksa mereka berdua?

"Oh iya aku sudah bertemu Roni dan pemilik perusahaan kontraktor, bulan depan pembangunan akan dimulai."

"Oke, kata Merrine semalam kamu kesana tidak bersama Rinjani?"

"Hmm. Dia tidur dimobil."

"Silahkan kembali kalau tidak ada lagi yang penting."

Javas menghela nafas kasar, memutar bola matanya malas. Selalu seperti ini jika bertemu dengan papanya. Tidak ada pembahasan tentang keluarga yang ada hanya pekerjaan dan pekerjaan. Javas lalu pergi sedikit membanting pintu.

Didalam ruangan, Javas duduk menengadahkan kepala sambil terus membayangkan aktifitas semalam bersama Rinjani. Dia merasa puas dengan semua servis yang diberikan, apalagi sekarang Rinjani sudah lebih pintar dibanding pertama mereka melakukannya.

Seharusnya Javas merekam setiap kali aktifitas panas yang dilakukan untuk sekedar koleksi pribadi, agar saat dia bosan bisa memutarnya kembali.

Tapi tunggu! Javas juga memiliki rekaman aktifitas seks bersama Rinjani yang ia rekam diam-diam. Javas lalu membuka laptop mencari folder pribadi.

Ada senyum mengembang saat melihat rekaman itu masih tersimpan rapi dalam berkas pribadinya. Ia lalu memutarnya kembali untuk melihat apakah hasilnya baik atau tidak, jika memuaskan kemungkinan Javas akan kembali merekam dengan persetujuan Rinjani.

Sialnya baru dua detik pintu sudah diketuk dari luar dan seorang wanita cantik asisten pengacara Steve berada dibalik pintu.

"Siang tuan Javas."

Javas masih menatap cengo pada wanita itu, pasalnya posisi saat ini dia sedang memutar video panas yang mana king kobra juga ikut berdiri tegap.

Wanita berkulit  putih berjalan pelan menyerahkan dokumen. "Ini profil client baru kita,"

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang