85.... 21+ Tiga ❌

3.5K 61 1
                                    

Mobil sampai digedung tiga puluh lantai, Javas masih diam tidak tega membangunkan gadis yang tidur terlelap ini. Wajah lelahnya yang membuat Javas sungkan, hari ini pasti menjadi hari paling melelahkan terlihat dari raut wajah dan dengkuran halus.

Javas hanya bisa memandang tanpa berniat membangunkan, ditatapnya lekat-lekat hingga sekian menit Rinjani membuka mata. Ada senyum terukir dari bibir merah jambu itu, Javas ikut tersenyum.

"Sudah sampai ya?"

"Hmm."

Huam.... Rinjani mengorek pinggang ke kanan dan kiri menata rambut yang sedikit berantakan.

"Kalau begitu aku masuk dulu, kamu ngga mau mampir?"

Javas tidak bergeming dia masih fokus memperhatikan wajah cantik tanpa polesan makeup. Mendapat tatapan tidak biasa membuat Rinjani salah tingkah, tangannya memegang pipi lalu turun ke bibir sedikit membenarkan penampilan.

"Kenapa kamu liatinnya gitu?"

Javas menggeleng melepas seatbelt sedikit menggeser tubuh juga memajukannya agar tidak ada jarak diantara mereka. Javas juga memberanikan diri memegang kedua pipi lalu tangannya beralih kebelakang telinga.

Cup... Ciuman yang hanya menyatukan bibir bukan ciuman ganas seperti yang biasa dilakukan. Sejauh ini tidak ada penolakan hingga Javas memberanikan diri memperdalam ciuman. Rinjani pun menerima membuka mulutnya sedikit lebih lebar agar lidah Javas bisa masuk.

Mereka beradu ciuman saling melumat dan mencecap satu sama lain, satu tangan bekerja meraih tengkuk leher agar ciuman tetap imbang sedang tangan yang satu mulai mengelus bagian bahu. Dielusnya perlahan lalu turun ke dada. Javas membelainya lembut penuh buaian sesekali meremas hingga siempunya menggelinjang.

Ciuman pun terlepas baik Javas dan Rinjani sama-sama berebut oksigen. Tangan Javas menempel mengelap bekas saliva pada bibir Rinjani. Dengan gerakan sensual ini tentunya membangkitkan gairah lagi. Javas menuntun tangan Rinjani untuk meremas bagian paha yang sejak tadi sudah mengembang sempurna.

Rinjani pun menurut tanpa memprotes, Javas lah yang membukakan geser juga resletingnya sehingga Rinjani tinggal mengeluarkan isi dalam boxer.

"Mainkan." bisik Javas disertai desahan juga gigitan kecil pada telinga.

Awalnya Rinjani sungkan tetapi Javas menuntun tangannya untuk memainkan king kobra.

"Uuhhhh." desahan kecil keluar dari bibir Javas kala tangan Rinjani mulai meremasnya.

Sengaja Javas duduk melebar agar Rinjani bebas dalam memainkan king kobra. Sedang tangan Javas tidak mau kalah ia menyusupkan kedalam rok mini lalu meremas kuat buah dada yang masih terbungkus rapat.

"Terus sayang." pinta Javas

Kali ini tangannya menuntun kepala agar lidahnya yang bergerilya disana, Rinjani pun menurut kembali memainkan seperti yang ia lakukan pada bibir Javas. Mencecap dan memainkannya penuh andil. Javas sampai menggelinjang tidak karuan dengan permainan lidah. Itu sangat nikmat sampai ke ubun-ubun.

Bunyi cecapan itu mengisi ruang sempit pada mobil sport, Javas yang merasa akan sampai menarik pelan rambut Rinjani hingga dia menengadah lalu menciumnya ganas. Javas juga menyingkap rok mini melorotkan g-string mengangkat tubuh Rinjani agar duduk diatasnya.

"Javas, tapi ini sempit." Rinjani memprotes saat kepalanya terbentur atap mobil.

Tanpa banyak bicara Javas menekan handrest dan seketika jok sedikit terlentang. Dari bawah sana Javas mulai penyatuan. Karena milik Rinjani yang belum sepenuhnya basah dia merasa kesulitan.

"Aaasshhhh Javas sakit." rintihan Rinjani kala miliknya hampir terjebol.

"Tenang sayang hanya sebentar nanti juga nikmat. Tahan!"

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang