99.... Keluarga misterius

1K 45 1
                                    

Seharian ini Javas uring-uringan karena rasa bosan mulai melanda. Kesehariannya sekarang hanya duduk, tiduran, dan menatap langit-langit kamar. Tidak ada hal lain yang dilakukan kecuali itu semua. Paman Jhon belum mengizinkan Javas berlatih jalan karena baru kemarin operasi dilakukan.

"Ah shit!" maki Javas membuang bantalnya.

Javas frustasi dengan kondisinya saat ini tidak ada yang bisa dilakukan selain tiduran berteman sepi.

Tak lama pintu terbuka dari luar, Jeremy muncul dibaliknya. Arah pandangnya tertuju pada bantal yang tergeletak dilantai beralih ke pria yang duduk lemah diatas single bed.

"Kau sudah siuman?" tanya Jeremy pada sang putra.

"Dimana ponsel ku!"

Jeremy mendudukkan bokong memijat kaki yang berbalut perban.

"Auh!" lirih Javas mengerang karena sakit.

"Kau saja masih kesakitan bagaimana akan melindungi orang lain!" sindir Jeremy

Kedua alis Javas tentu terangkat tidak mengerti arti dari ucapannya.

"Maksud papa?"

"Lihatlah dirimu, lemah! dan kau masih ingin menghubungi Rinjani?"

"Ini tidak ada sangkut pautnya dengan penembakan Bram pah! Jadi biarlah aku menghubungi Rinjani."

"Kau terlalu bodoh Javas! Jika kau menghubungi Rinjani maka keberadaan mu akan terlacak oleh aparat kepolisian. Dan mereka akan menangkap mu kemari!"

Javas tersenyum remeh, lalu apa masalahnya? Jika pun polisi datang Javas dengan senang hati akan mengikuti prosedur yang ada dan mengatakan kebusukan Bram. Dengan begitu semua tamat!

"Bram sudah meninggal."

Javas terdiam, wajahnya menunjukan raut tidak percaya hingga Jeremy memberikan video kondisi di rumah sakit.

"Peluru itu mengenai jantung, meski operasi berhasil dilakukan tetapi jantungnya mengalami kebocoran."

Javas meletakan iPad diatas ranjang dengan sedikit membantingnya.
"Ini tidak sesuai yang aku harapkan!"

"Lantas apa yang kau harapkan!"

"Aku ingin Bram membusuk di penjara dan menanggung semua akibatnya."

"Ck! Kau pikir akan semudah itu?"

"Pah dengan meninggalnya Bram, semua kasusnya ikut mati. Dan barang penyelundupan itu akan selamanya jadi rahasia."

Jeremy terdiam, menatap Javas dengan kerutan. Ucapan Javas ada benarnya, dengan meninggalnya Bram barang penyelundupan akan selamanya jadi rahasia dengan begitu semuanya menjadi milik Jeremy dan Rahadi.

Sekarang Bram sudah tidak ada jadi Jeremy hanya tinggal menyingkirkan Rahadi karena dia sudah tahu rahasia mereka bertiga.

"Pah! Apa yang papa pikirkan?"

Jeremy menggeleng, "Javas, sudah jangan terlibat lagi dengan masalah ini. Kau tidak bisa membereskannya sendiri!"

"Ck! Padahal aku melakukan ini demi papa! Aku tidak rela papa menjadi budaknya Bram terus menerus!" tekan Javas dalam setiap intonasi.

Ucapan Javas membuat Jeremy tersentuh, sebenarnya maksud Javas baik tetapi dalam bertindak tidak memikirkan resiko kedepannya. Javas hanya mengandalkan emosi sehingga otaknya tidak bisa berfikir dengan baik.

"Papa minta ini terakhir kalinya kau buat kekacauan."

"Hmm."

"Tidurlah papa akan tunggu di luar."

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang