102... Calm down

1.4K 52 0
                                    

"Tuan, bukankah hubungan pertemanan anda dan pak Rahadi sangat dekat? Mengapa anda tidak mau membelanya padahal dia adalah teman baik anda."

Kedua alis Jeremy terangkat, untuk ukuran anak muda yang notabenenya adalah selingkuh Sinta terlalu berani mengatakan hal demikian. Sinta terlalu jauh ikut campur urusan yang bukan urusannya.

"Anak muda, saya sudah katakan tadi bahwa saya masih menjadi pengacara Bram. Dalam sumpah jabatan, pantang bagi saya mengingkari apa yang sudah saya ucapkan."

Sinta kembali duduk dilantai tertunduk memegang kedua kaki Jeremy. "Saya mohon, saya akan lakukan apa pun asal anda mau membebaskan pak Rahadi."

Huft... Jeremy memijat pelipis, menurut pengalaman lebih baik menghadapi seorang penjahat dari pada seorang wanita lemah yang terus memohon. Jeremy tidak bisa seperti ini.

"Bangun, tidak perlu memohon karena saya tidak akan berubah pikiran."

Sinta mendongkak menatap wajah Jeremy, "Tuan, jika anda tidak mau melakukan untuk pak Rahadi tolong lakukan itu untuk saya. Saya dan Rinjani berteman dekat, bagaimana jadinya kalau dia tahu anda tidak mau membantu saya?"

Jeremy menyunggingkan senyum tipis, bisa-bisanya Sinta membawa nama Rinjani dalam masalah pribadinya.

"Rinjani tidak akan ikut campur yang bukan urusannya. Anak muda sebaiknya kamu pulang saya masih banyak urusan."

Dua rencana gagal padahal Sinta sudah memohon dengan wajah memelas merendahkan harga diri demi secuil belas kasihan tapi nyatanya semua itu tidak mampu merubah keputusan Jeremy.

Sinta berdiri dan pamit pulang, pikirannya terus berputar mencari pengacara hebat untuk membebaskan calon suaminya.

--

Ditempat berbeda Javas dan Armand berada di basemen duduk diatas kap mobil.

Armand melirik kemobil Sinta, "Sinta  datang pasti ingin meminta bantuan hukum untuk calon suaminya yang sekarang dipenjara."

"Calon suami?" ucap Javas yang kaget mendengar itu.

"Hmm, satu minggu lagi mereka akan menggelar pesta pernikahan."

"What the fuck! Setelah bercerai dari tante Amelia dia menikahi jalangnya?" Javas mengacak rambut tidak habis pikir dengan jalan pikiran Rahadi.

"Armand menurut mu papa akan menuruti permintaan Sinta atau tidak?"

Armand tersenyum tatapannya lurus kedepan. "Tidak akan, apalagi setelah tuan tahu perlakuan jalang itu pada non Rinjani."

"Perlakuan seperti apa?" ulang Javas.

"Ya, jadi jalang itu meminta sugar dady nya yang berprofesi sebagai dosen untuk menolak skripsi milik non Jani sehingga non Jani tidak bisa wisuda tahun ini."

Javas mendelik tidak percaya tangannya mengepal, padahal berita sepenting itu ia sampai tidak tahu. Astaga! Javas terlalu fokus melenyapkan Bram hingga akhirnya Rinjani mengalami kesulitan ia tidak ada disampingnya.

"Lalu bagaimana sekarang?"

"Non Jani berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri."

"Papa yang meminta mu mengawasi Jani?"

Armand mengangguk, "Tuan tidak ingin anak-anaknya dalam bahaya, dan itu semua demi kebaikan bersama."

Javas tersenyum seraya menepuk pundak Armand, "Thanks dude, aku berhutang banyak pada mu."

"Hmm sudah menjadi tanggung jawab saya."

"Tidak tidak, kau selalu menyelamatkan dan membela ku dari amukan papa."

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang