80.... Penjelasan

1.7K 69 3
                                    

Setengah dari kesadarannya mulai membaik, Javas mengambil ponsel menghubungi Rinjani untuk menanyakan kebenaran dari ucapan papanya. Sialnya nomor Rinjani sedang diluar jangkauan membuat Javas semakin frustasi. Pikiran Javas bercabang, banyak pertanyaan yang hinggap dikepala. Tentang siapa ayah dari bayi yang dikandung Rinjani juga banyak hal lain yang sedang menari diotak.

Javas tidak mungkin mendatangi Rinjani ke kantornya sebab pekerjaan hari ini membuatnya menjadi orang sibuk. Untung lah kinerja otaknya bekerja dengan cepat, terlintas dalam hati menanyakan langsung pada Sinta.

"Ya benar, Sinta pasti tahu." lirih Javas

Pria itu mencari nomor Sinta lalu menelfonnya. Dalam dering pertama langsung mendapat jawaban.

"Halo."

"Sinta, dimana kamu sekarang?" ucap Javas basa-basi

"Eumm kenapa?"

"Katakan saja dimana, ada hal penting yang ingin aku tanyakan."

Suara Sinta terdengar berbisik. "Sedang bersama om Rahadi."

"Shit!" Javas mengerang memutus panggilan sepihak. Tidak ada gunanya dia bicara sekarang selama masih ada Rahadi.

Tidak ada lagi yang bisa Javas hubungi selain Sinta, orang-orang kantornya pun tidak ada yang tahu tentang rahasia ini.

"Arrghhh!" Javas berteriak mengacak rambut.

Tok..tok..tok...

Pintu diketuk dari luar, Javas menoleh ternyata orang yang baru mengetuknya adalah Armand. Pria itu langsung masuk setelah Javas melihatnya.

"Tuan Javas, pesan dari tuan Jeremy agar anda tetap fokus pada pekerjaan."

Javas tidak menjawab, dia malah berjalan menuju kursi hitam yang biasa ditempati.

"Masalah yang tadi akan diurus oleh tuan Jeremy tugas anda sekarang ke kantor polisi menemui Claudia." lanjut Armand lagi.

Javas masih tidak peduli, urusan Claudia bukan lah bagiannya. Biarlah pengacara lain yang mengurus. Armand mendekati kursi sedikit mencondongkan tubuh.

"Saya tahu ini sulit, tapi bagaimana pun kita akan tetap bergantung pada Bram."

Mendengar ucapan Armand Javas menaikan dua alis menatapnya dengan seribu tanya.

"Bergantung?" ulang Javas dan itu mendapat anggukan dari Armand.

"Selama Bram masih hidup, kita tidak bisa berbuat apa-apa."

Setelah mengatakan kalimatnya, Armand bergegas keluar ruangan. Tersisa Javas seorang diri didalam ruang. Mungkin benar kata Armand selama Bram masih ada baik Javas dan Jeremy tidak bisa berbuat banyak. Baiklah Javas akan mempertimbangkan masalah ini setelah urusan dengan Rinjani selesai.

Huft.... Javas menutup mata menarik nafas dalam-dalam, itu dilakukan berulang kali untuk mengembalikan konsentrasinya. Setelah lebih rilexs Javas kembali pada pekerjaan.

***

Malam hari...

Javas baru selesai menyelesaikan pekerjaan, dia bergegas mengemasi barang-barang dan bersiap pulang. Lebih tepatnya menemui Rinjani sebelum benar-benar pulang ke rumah.

Langkah panjangnya menggema mengisi koridor kantor, banyak pegawai yang sudah pulang dua jam lalu tersisa Javas seorang diri di gedung tiga puluh lantai. Sampainya di basemen Javas melihat mobil milik papanya masih nangkring disana, kemungkinan papanya masih lembur mengerjakan kasus lain. Javas hanya menatap sekilas lalu melajukan mobil dengan cepat. Ia sudah tidak sabar bertemu dengan Rinjani dan menanyakan perihal yang membuatnya penasaran.

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang