109... Graduation

1.3K 51 2
                                    

Malam hari...

Rinjani baru kembali setelah seharian menemui client, ia mendatangi kantor mengambil beberapa barang yang tertinggal. Tibanya di lobi, Mariana berlari kecil menghampiri.

"Bu, tadi siang ada kurir makanan mengantar ini untuk ibu."

"Dari siapa?"

Mariana menggeleng, "Saya kurang tahu bu,"

"Ya sudah terima kasih."

Jika dilihat dari paper bag makanan tersebut berasal dari salah satu restauran yang Rinjani kenal. Ia membukanya setelah sampai diruangan.

Ummm aromanya sudah tercium meski belum dibuka semuanya. Ada secarik tulisan juga setangkai bunga yang tersemat didalam.

Happy lunch baby,

Javas Smitt

"Javas?" ucap Rinjani dengan kedua mata melotot.

Biasanya Javas tidak pernah melakukan ini sebelumnya tapi semenjak Rinjani hamil, Javas over perhatian. Sayangnya Rinjani sudah makan sehingga perutnya tidak mampu lagi mencicipi menu yang selalu menjadi favoritenya.

Ponsel berdering dan nama Javas muncul dalam layar. Ia langsung menggeser tombol hijau.

"Hallo."

"Sayang, aku sudah didepan kantor kamu."

"Seriosly?" Rinjani melirik arlojinya. Jarum jam menunjuk diangka tujuh.

"Hmm, kamu yang kesini atau aku masuk kedalam?"

"Eumm Javas, aku masih harus lembur."

"Tidak, aku tidak mengizinkan kamu lembur. Masih ada hari esok untuk menyelesaikan pekerjaan."

"Iya tapi ini banyak dan tidak bisa selesai dalam sehari."

Panggilan terputus sepihak, Javas tidak suka negosiasi. Hanya helaan panjang kala menatap layar ponsel yang telah mati.

"Ck, kenapa si ini orang. Biasanya aja cuek!" omel Rinjani membuka laptop menyelesaikan pekerjaan.

Tak lama suara pintu terbuka dari luar, muncul Javas bersidakep dada menatap tajam kearahnya. Lirikan tajam itu beralih ke paper bag yang baru dibuka.

"Sayang, aku mengizinkan mu bekerja tapi bukan untuk memforsir pekerjaan."

Huft.. Rinjani memijat pelipisnya. Akan ada perang dingin lagi, pikir Rinjani dalam hati. Untungnya Rinjani berusaha mengontrol emosional.

"Ini sudah diluar jam kerja, sebaiknya kita pulang dan selesaikan besok lagi."

"Hmm aku sudah katakan..."

"Ssssttttt tidak ada penolakan." Javas mematikan laptop menuntun tangan Rinjani keluar.

Rinjani menurut saja membiarkan Javas membawanya keluar. Barang bawaan yang seharusnya dibawa akhirnya tidak jadi dibawa pulang karena Javas sudah dalam mode marah. Jika dipikir tidak seharusnya Javas melarang karena mereka belum resmi menjadi pasangan suami istri.

Tapi Javas tetap lah Javas yang semua permintaannya harus dituruti. Terkesan egois memang tapi itulah Javas.

Mobil melaju, Rinjani hanya diam sepanjang jalan tidak mengeluarkan satu patah kata. Terlalu muak melihat wajah pria disampingnya ini.

"Kenapa makanan yang aku kirim baru dibuka hmm!" ucap Javas sedikit menaikan intonasi suara.

Rinjani tidak menjawab memilih diam memalingkan wajah.

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang