65..... 18+ Teka-teki

4.4K 108 4
                                    

Huft....

Mobil tiba di depan gedung pencakar langit tiga puluh lantai. Javas dan Rinjani masih diam tidak ada yang ingin beranjak atau pun memulai obrolan. Sunyi sepi itulah keadaan didalam mobil saat ini.

"Eummmmmm." Javas baru akan bersuara tiba-tiba Rinjani melepas seatbelt, mengambil ponsel lalu keluar dari mobil.

Gadis itu lupa jika saat ini mobil yang mereka gunakan adalah miliknya bukan milik Javas.

"Tunggu!" Javas keluar menyusul langkah panjang itu.

Tiba didepan lobi, Javas meraih tangan Rinjani hingga keduanya saling berhadapan dan bertatapan.

"Terima kasih." Rinjani berucap singkat lalu kembali melangkah menuju lift.

Sebenarnya bukan itu yang Javas harapankan, tapi entah mengapa lidahnya mendadak sulit digerakkan untuk sekedar mengucapkan hai atau kata apa pun sebagai pembuka obrolan. Apa karena Javas tidak memiliki keberanian untuk menatap wajah Rinjani? Atau karena alasan lain? Tetapi apa pun alasan Javas, ia tetap mengikuti Rinjani hingga tiba di lantai dua puluh.

Disana unit milik Rinjani berada, sepanjang koridor hingga didepan pintu keduanya tetap irit bicara.

Huft... Rinjani menghela nafas panjang berkacak pinggang menatap Javas dengan tajam.

"Sebenarnya apa mau mu hah! Imbalan? Kata terima kasih? Atau apa?" maki Rinjani yang kesal diikuti Javas terus.

"Jas yang kamu pakai, itu milik ku!"

"Shit!" Rinjani memaki, raut wajahnya semakin kesal mendengar hal itu. Rinjani buru-buru melepas jas lalu menyampirkannya dipundak.

Ia lalu masuk kedalam tanpa meminta Javas untuk masuk kedalam.

Brak... Suara pintu tertutup cukup keras membuat Javas menghela nafas kasar. Bisa-bisanya dia diperlakukan tidak sopan padahal Javas sudah berbaik hati menolongnya.

"Ash! Apa yang ku lakukan disini?" lirih Javas ia pun memilih kembali.

Saat langkah kaki sudah menapaki lima lantai Javas berbalik badan dan kembali berdiri didepan unit. Tangannya mengetuk pintu entah dapat keberanian dari mana yang pasti Javas tidak yakin Rinjani akan membukakan pintu untuknya.

Pintu terbuka, Rinjani menghela nafas kasar melihat Javas masih berdiri disana. Ia pun merogoh beberapa lembar uang dari dalam dompet menyerahkannya pada Javas.

"Ini cukup untuk membayar jasa mu." Rinjani kembali menutup pintu tetapi tangannya dicegah.

Javas nyelonong masuk mengalihkan tangan Rinjani yang ada di hendle pintu. Tentu saja hal ini membuat Rinjani terkejut sekaligus tidak siap hingga membuat tubuhnya hampir terpental.

Didalam, Javas hanya diam mengamati setiap ruang. Ternyata ayahnya menepati janji untuk memberikan Rinjani tempat tinggal yang layak dan nyaman.

Arah pandang Javas tertuju pada bungkus makanan yang ada di atas meja. Itu adalah makanan favorit mereka berdua, chiken katsu dan steak beef.

"Ternyata dia masih sama." batin Javas.

Sikap Rinjani menunjukan kalau dia membenci tetapi bungkus makanan itu membuka mata Javas kalau sebenarnya Rinjani masih mengingat momen-momen kecil mereka berdua. Dalam diamnya Javas tersenyum tipis, Rinjani tidak benar-benar membencinya.

"Kau tidak ada lagi yang perlu di lihat silahkan keluar, pintu ada disebelah sana!" Rinjani menunjuk kearah pintu.

Javas masih diam, ia berbalik badan dan tersenyum tipis sembari meraih tangan Rinjani. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Javas ia hanya memberikan kunci mobil. Tapi anehnya hal ini membuat Javas tenang hanya dengan memegang tangan. Ia pun menariknya lalu memeluk tubuh ramping itu.

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang