69.... Celaka

2.5K 91 4
                                    

Setelah dari bar Javas datang ke rumah Sinta sekitar pukul sembilan malam, sengaja ia berkunjung di waktu petang untuk menghindari bertemu dengan Rinjani. Masih dengan pakaian kantor, pria itu mengetuk pintu rumah.

Tok..tok..tok...

Tak lama pintu terbuka dari dalam, Sinta tampak mengenakan piyama menggulung rambut yang masih basah. Kedua mata Sinta terbelalak kaget melihat ada Javas disana. Arah pandangnya tak menentu celingukan ke kanan dan kiri seperti orang ketakutan.

"Kenapa dengan wajah mu." ucap Javas

Sinta menggeleng, ia hampir menutup pintu tetapi Javas berhasil menghentikan.

"Javas jangan...." ucap Sinta dengan wajah panik.

Tentu saja membuat kedua alis Javas terangkat, bagaimana bisa Sinta bersikap seperti ini padahal dia hanya berkunjung sebagai teman.

"Sayang siapa?" suara seorang pria dari arah belakang, tak lama pria itu melangkah mendekat.

Arah pandangnya bertatapan dengan netra biru milik Javas, hingga tidak ada kedipan diantara mereka berdua. Baik pria yang baru saja keluar dari kamar maupun Sinta mereka seperti syok dengan kehadiran Javas.

Pria itu adalah Rahadi, dia keluar tanpa mengenakan pakaian hanya celana boxer yang masih menempel. Javas mendesah pelan mengerjapkan mata menatap sekeliling ruang.

"Javas," lirih Rahadi

Rahadi mengikis jarak hingga posisi mereka berdekatan, ia pun sama dengan Javas mendesah panjang lalu mengusap wajahnya kasar.

"Eeeummmm...." Rahadi menggantungkan kalimatnya ia sedang mencari alasan tetapi Javas sudah menyela.

"Aku datang untuk kepentingan pekerjaan."

"Oh itu, Eeeummmm..... Ah Susan ajak Javas masuk."

Sinta mengangguk pelan, dia tidak mengatakan apa pun hanya anggukan kepala yang mewakili.

"Tidak perlu, aku bisa datang lain waktu."

"Javas, ada hal yang harus om bicarakan dengan mu."

"Om tenang saja, aku anggap kejadian hari ini tidak pernah ada."

Javas lalu pergi tetapi tangannya dicegah oleh Rahadi. "Javas please."

Kedua mata Javas menatap tangan yang saat ini dipegang Rahadi lalu beralih ke wajahnya. "Oke."

Rahadi mengangguk mempersilahkan Javas masuk, ia memilih menuju kamar mengambil pakaiannya. Sangat tidak sopan jika harus bicara dengan pakaian terbuka.
kini mereka duduk di ruang utama dengan Javas berada disebrang sedang Sinta dan Rahadi bersebelahan.

"Javas om tidak akan bicara panjang lebar. Keberadaan om disini hanya untuk mendiskusikan masalah beberapa bulan lalu yang melibatkan Barron."

Javas hanya tersenyum tipis, dia bukan lagi anak kecil yang bisa dibohongi begitu saja. Melihat penampilan mereka berdua saja orang lain akan langsung paham aktifitas apa yang telah mereka lakukan.

"Kamu juga tahu orang yang berperan andil dalam kasus kemarin adalah  om. Untuk itu om datang meminta maaf secara pribadi pada Susan, oh maksud saya Sinta."

"Tidak perlu menjelaskan apa pun karena saya tidak ada sangkut pautnya dengan masalah kalian."

"I--iya kamu benar, tapi bagaimana pun kamu adalah pengacaranya Susan."

Javas mendesah, ia memutar bola mata. "Tadi om bilang ada hal penting yang ingin om bicarakan, apa itu? Waktu ku terlalu berharga."

"Oh itu, tentang Barron om ingin Barron bebas."

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang