101... 21+ i'm back

2.4K 65 6
                                    

Malam hari Rinjani baru bisa makan  sejak pagi hingga siang ia disibukan dengan pekerjaan. Sengaja Rinjani lakukan itu semua demi menghilangkan pikiran tentang Javas. Rinjani sangat frustasi tidak bisa menghubungi Javas meski papa angkatnya selalu mengatakan Javas baik-baik saja di Amerika.

Sambil makan Rinjani menyalakan televisi hal pertama yang dilihat adalah penangkapan Rahadi terkait kasus pembunuhan Bram. Rahadi ditetapkan sebagai tersangka dengan barang bukti berupa sidik jari dari cek yang diberikannya pada dokter spesial jantung.

Dan penyebab kematian Bram adalah gagal jantung. Rahadi tampak menundukkan kepala tidak berani menatap kamera yang tengah menyorotinya. Satu hal yang Rinjani tidak suka dari wajah Rahadi adalah raut tidak bersalahnya seolah-olah dia mengerti akan seperti apa hukuman yang diterima. Sungguh menyebalkan memang.

"Ck! Kalau Rahadi sudah ditangkap bagaimana kabar Sinta? Bukankah satu minggu lagi mereka akan menikah?" ucap Rinjani bermonolog.

Mie instan yang semula masih panas menjadi dingin karena Rinjani tidak kunjung memakannya. Dia masih tidak menyangka Rahadi bisa melakukan itu padahal mereka berteman.

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu membuatnya menoleh, ada kerutan pada dahi menatap kearah pintu. Siapakah orang yang bertamu malam hari? Jika biasanya Sinta lah orang yang sering berkunjung tapi itu tidak mungkin mengingat hubungan pertemanan mereka yang sedang merenggang.

Dari pada menduga-duga Rinjani putuskan membukakan pintu tanpa mengintipnya lebih dulu.

Bau parfum ini? Batin Rinjani

Saat wajahnya mendongkak hal pertama yang dilihatnya adalah wajah tampan tunangannya itu. Javas berdiri didepan Rinjani dengan wajah yang masih sama seperti saat dia pergi ke Amerika.

Rinjani mencubit pipi memastikan ini bukan halusinasi, aish! Ia merasakan sakit yang artinya orang didepannya adalah Javas. Rinjani langsung memeluknya mencurahkan kerinduan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata.

Dalam pelukan itu juga terdengar tangis sesegukan, Rinjani menangis merasa bahagia dengan kembalinya Javas.

"Hei," Javas memegang kedua bahu mengusap pipinya lembut dengan tatapan sayu. "Kenapa kamu menangis huh?"

Rinjani menggeleng, untuk apa lagi dirinya menangis jika bukan karena pria didepannya ini.

"Kamu benar-benar jahat! Mengapa selama dua minggu tidak ada kabar!"

Javas tersenyum mengelap jejak air mata yang tadi mengalir.

"Jadi kamu sedang mengkhawatirkan ku?"

"Ngga!"

Bugh!.. Rinjani memukul pelan dada bidang itu sebagai pelampiasan kekesalan. "Menurut mu!"

Javas tidak bisa tidak senang, akhirnya setelah sekian lama menunggu kalimat aku khawatir tentang keadaan mu akhirnya terucap juga dari bibir merah jambu ini. Javas kembali membawa Rinjani kedalam pelukan. Sudah lama ia tidak merasakan pelukan hangat ini.

Mereka berdua berpelukan hingga didalam unit apartemen tidak ada satu pun yang ingin melepas hingga akhirnya keduanya jatuh diatas sofa.

Javas nyengir menahan sakit dibagian dada ketika Rinjani ambrug diatasnya.

"Kamu kenapa?"

Hanya gelengan pelan, Javas lalu mencium bibir dengan sedikit gigitan kecil.

"Eeumppphhhhh Javas!"

Teriakan Rinjani saat bibirnya mulai membengkak akibat ulah Javas. Ciuman pun terlepas mereka duduk bersama dan tetap saling bermanja ria.

Sorot mata Javas teralihkan pada televisi yang menyajikan berita penangkapan Rahadi kemarin. Tampak dari wajah itu tidak terlihat kaget atau apa pun sepertinya Javas memang sudah tahu akan hal ini.

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang