78.... Buket bunga spesial

1.7K 66 0
                                    

Ada senyum kegembiraan saat Rinjani mengajaknya mampir ke apartemen. Bukan pikiran kotor yang Javas pikirkan saat ini melainkan wajah berbunga sebab selama mereka perang dingin Rinjani tidak pernah mau bicara dengannya. Jadi ini lah alasan kenapa Javas begitu gembira saat Rinjani menawarkan mampir.

Sepanjang jalan dari basemen hingga sampai di depan unit, tidak ada percakapan apa pun. Baik Javas dan Rinjani sama-sama diam dengan segala fikirannya.

Rinjani melempelkan kartu akses tak berselang lama pintu terbuka, Rinjani juga mempersilakan Javas masuk. Ia lalu menuju dapur mengambil gelas beserta botol wine yang memang tersedia dalam deretan minuman beralkohol.

Saat tangan Rinjani membuka penutup botol terlihat kesusahan, Javas membantu dengan mengambil botol lalu membukanya. Posisi mereka saat ini berdekatan dengan Javas berada disamping. Rinjani menjadi salah tingkah ketika Javas menyunggingkan senyum setelah berhasil.

Javas pula lah yang menuangkan wine kedalam gelas. "Chers." tawar Javas setelah dua gelas terisi.

"Aku tidak minum."

Kedua alis Javas terangkat, sejak kapan Rinjani menolak minuman beralkohol? Padahal sebelum mereka saling mengenal Rinjani adalah peminum yang pro.

"Aku sedang diet." ucap Rinjani berbohong.

Padahal alasan sebenarnya adalah untuk kesehatan tetapi Rinjani tidak mau memberitahu pada Javas. Akan sangat merepotkan jika Javas mencari tahunya.

Rinjani lalu menuangkan air putih yang tersedia diatas meja makan, meneguk setengah dari isinya. Tidak ada rasa haus sama sekali itu hanya pelampiasan karena Javas sejak tadi terus menatapnya sehingga setengah air dalam gelas bisa ia tenggak.

"Sejauh ini apa ada client yang pernah kurang ajar sama kalian?" tanya Javas meletakan gelas diatas meja.

Rinjani menggeleng, "Hanya ada satu client yang tidak menaati peraturan."

"Oh iya? Siapa?"

"Kamu." ucap Rinjani to the point.

Memang benar, Javas adalah client yang tidak mematuhi peraturan.

"Why?"

"Pertama menggunakan akun orang lain, yang kedua tidak melakukan sesi curhat padahal kamu tahu ini platform curhat."

Javas merasa tidak melanggar sehingga dia hanya memamerkan senyum lebar.

Dering ponsel menggangu obrolan mereka, notifikasi dari ponsel Javas yang mana memunculkan nama papa dalam layar. Javas melirik kearah Rinjani seperti meminta persetujuan apakah ia boleh mengangkat telfon atau tidak.

"Angkat aja, siapa tahu penting." ucap Rinjani

Javas menekan tombol jawab tak berselang lama deheman dari balik telefon bersuara.

"Hallo Javas, kamu dimana?"

Lagi-lagi Javas melirik ke Rinjani, gadis itu pun memutar bola mata menandakan kalau Javas bebas berbicara apa saja.

"Aku di apartemen Rinjani pah."

Hening... Suara dari seberang sana tidak terdengar hanya helaan kasar yang mewakili.

"Begini saja, kebetulan papa masih ada di kantor. ajak Rinjani makan malam di rumah."

"Aku tidak yakin dia akan mau." arah pandang Javas masih ke Rinjani,

"Berikan ponselnya. Papa ingin bicara sama Rinjani."

Javas menjauhkan ponsel, "Papa ingin bicara dengan mu."

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang