108... Over protektif

1.5K 57 1
                                    

Selesai Sinta menyantap bubur, Rinjani membantunya mengupas obat. Ada empat macam yang harus ditelan bersamaan dan Sinta cukup berani memakan keempatnya tanpa bantuan. Rinjani hanya bisa menelan salivanya melihat cara Sinta memakan obat.

Ting... Sebuah notifikasi dari ponsel milik Rinjani. Ia mengambil dan membaca pesan tersebut. Isinya adalah daftar nama-nama mahasiswa yang lolos sidang skripsi, nama Rinjani menjadi salah satunya.

"Aaaa.." teriakan kebahagiaan kala melihat namanya menjadi daftar mahasiswa yang akan di wisuda tahun ini.

Rinjani memeluk Javas yang duduk disebelah lalu mencurahkan tangisan. Javas sampai bingung mengapa Rinjani tiba-tiba memeluk dan menangis.

"Sayang, hei ada apa?"

Pelukan terlepas Rinjani menghapus jejak air matanya. "A---aku lulus sidang skripsi, dan tahun ini bisa wisuda."

"Seriosly? Selamat sayang."

Keduanya kembali berpelukan tidak menghiraukan keberadaan Sinta disana. Namun mendengar Rinjani bersemangat mendapat pesan tersebut, Sinta ikut mengecek ponsel dan mencari namanya. Tidak hanya Rinjani, Sinta pun dinyatakan lulus sidang skripsi. Keduanya bisa wisuda tahun ini.

"Jani, aku juga lulus." ucap Sinta berlinang air mata.

"Oh ya?"

Keduanya berpelukan, akhirnya apa yang selama ini mereka impikan menjadi kenyataan juga. Sinta dan Rinjani sangat senang hingga melupakan kehadiran Javas.

Uhuk... Deheman ringan dari Javas meminta agar kedua sahabat ini berhenti saling berpelukan.

"Aku juga ingin dipeluk." ucap Javas.

"Ish!" hal itu membuat Javas mendapat pukulan ringan dipahanya.

"Sini aku peluk."

Pelukan kembali terjadi, Javas memeluk Sinta dan juga Rinjani tanpa adanya rasa kecemburuan dari Rinjani.

"Sekarang kalian sudah berbaikan, jadi kedepannya jangan ada yang saling menjatuhkan." ucap Javas setelah pelukan terlepas.

Sinta menjadi orang yang paling bersalah, dia mengambil tangan Rinjani dengan mata berkaca-kaca. "Jani, kamu mau memaafkan aku?"

Rinjani mengangguk, "Ya,"

"Thank you, kita jadi teman lagi kan kaya dulu?"

"Eummmmmm oke."

Sinta tidak bisa tidak senang, ia berterima kasih pada tuhan karena mengabulkan permintaannya begitu cepat.

"Oh iya, kamu kembali bekerja di cupid lonestly lagi kan?" tanya Rinjani.

"Iya. Aku akan menjadi pegawai yang rajin. Eumm apa kamu mau menerima pegawai yang sedang hamil?"

"Asal kehamilan tidak menganggu pekerjaan why not?"

"Thank you Jani."

"Kalau begitu aku dan Javas pamit dulu,"

"Ya, sekali lagi terima kasih."

Sebelum pulang Rinjani dan Sinta berpelukan lagi, mereka sudah berdamai dan saling memaafkan apa yang telah terjadi kemarin.

Mobil pun melaju membelah jalanan kota, Javas masih tidak menyangka sebentar lagi akan menjadi ayah sehingga senyuman itu tidak hentinya tercurahkan.

"Javas kamu kenapa?"

"Mood ku lagi bagus, hmm sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah. Kira-kira wajah anak kita akan mirip dengan siapa? Aku atau kamu?"

"Ck! Javas! Usia anak kita tuh baru dua minggu jadi masih belum terlihat dia mirip siapa."

"Semoga saja mirip dengan ku." Javas tersenyum diakhir kalimatnya. "Oh ya sayang aku antar kamu ke apartemen, sebaiknya hari ini tidak perlu ke kantor."

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang