66.... 21+ Pengakuan

5.3K 110 6
                                    

Rinjani menggelinjang saat tangan Javas dengan berani memintir puting yang sudah menegang itu. Ciuman pun terlepas, Javas menghirup oksigen sebanyak-banyaknya merasa pasokan udara sangat kurang. Ditatapnya lekat-lekat bibir merah jambu itu, bibir yang semula tipis kini sedikit membengkak akibat ulahnya. Satu tangan menempel mengelap jejak saliva di sudut bibir.

Otak dan hatinya sedang berperang apakah mau melanjutkan permainan atau berhenti. Jika lanjut apa Rinjani tidak marah karena Javas menggunakan kesempatan memperkosa wanita mabuk? Lalu jika berhenti itu sangat menyiksa. Penisnya sungguh kesakitan bila terlalu lama ditahan.

Ah apa pun resikonya nanti akan Javas pikirkan, yang penting saat ini adalah kepuasan. Ya logika mengalahkan hati nurani, Javas melepas kaitan bra juga g-string yang dipakai Rinjani lalu melepas kemeja juga celana bahan.

Satu-satunya kain yang menempel pada tubuh Javas adalah boxer ketat, ia lalu menautkan kepala diantara dua payudara. Menyesapnya pelan memainkan penuh adil seolah tidak ada yang lolos dari genggaman.

Eeengghhhhhh

Rancauan tidak jelas yang keluar dari bibir Rinjani membuat Javas semakin berani menggigit puting. Apalagi tangan Rinjani yang ikut bekerja agar cecapan itu masuk lebih dalam. Rinjani juga menggelinjang merasakan geli sekaligus nikmat.

Aaahhhh Rinjani mendesah untuk pertama kali dengan posisi tidak sadar, Javas pun telah melepas bibirnya dari payudara. Ada jeda sekian detik untuk mengambil oksigen. Javas tersenyum merasa geli telah memanfaatkan wanita mabuk untuk menghangatkan ranjang.

Tanpa berlama-lama Javas membuka boxer ketat yang sedari tadi meminta untuk dikeluarkan lalu membuat penyatuan.

Aaaaahhhhsssssss desahan panjang keluar dari mulut Rinjani, mungkin ini adalah desahan kesakitan bukan kenikmatan karena milik Rinjani belum benar-benar basah. Pantas saja Javas mengalami kesusahan saat ujung miliknya masuk.

"Aaahhsss Rinjani, kamu benar-benar membuat ku bergairah." ucap Javas memuji kehebatan Rinjani.

Javas pun mulai menggerakkan pinggul seirama dengan hentakan miliknya. Pelan tapi pasti karena Javas tidak mau menyakiti Rinjani dihari pertama mereka kembali bercinta.

Rinjani terus merancau tidak jelas bahkan sesekali menarik rambut Javas sebagai pelampiasan kenikmatan.

"Kamu menyukai nya huh?" tanya Javas disela-sela cumbuan.

Rinjani hanya merancau sesekali menggigit bibir bawah.

"Oh fuck ini terlalu nikmat."

Javas mengalihkan tubuh Rinjani hingga posisi mereka saling tiduran dengan Javas berada dibelakang. Ia lalu memulai memaju mundurkan miliknya.

Terkadang Javas kehilangan kendali dengan mencekik leher namun setelahnya ia sadar ini akan membuat Rinjani sadar dari mabuknya.

Percintaan malam ini lebih menggairahkan dari malam-malam sebelumnya. Pasalnya Javas klimaks hanya hitungan menit, apa karena ia terlalu lama menahannya atau karena memang sengaja bermain cepat.

Javas mengeluarkan cairan cintanya di luar karena memang dia tidak memiliki pengaman. Ia juga tidak meninggalkan jejak apa pun sehingga saat nanti Rinjani tersadar dia tidak akan tahu apa saja yang telah mereka lewati.

"Thank you sayang, milik mu benar-benar membuat ku gila." Javas menakutkan kecupan singkat dikening.

Setelah klimaks Javas kembali merebahkan tubuh disamping Rinjani dengan memeluk dari belakang. Biarlah posisinya seperti ini sebelum Rinjani bangun. Javas merindukan tidur memeluk tubuh Rinjani bukan bantal guling. Javas juga rindu akan sapaan pagi serta senyum manisnya. Untuk itu biarlah malam ini Javas memuaskan diri tidur memeluk tubuh Rinjani.

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang