110... Private party

1.3K 57 2
                                    

"Barron?"

Serentak mereka semua memanggil nama itu, Barron tersenyum tipis melambaikan tangan pada semua yang datang.

Sinta menjadi orang yang paling terkejut dengan kehadiran Barron tatapi rasa keterkejutan itu langsung diganti dengan wajah datar setelah Rinjani melirik wajahnya.

"Rinjani selamat atas kelulusan mu."

"Thank you Barron."

Giliran Barron yang mengulurkan tangan pada Sinta. "Selamat juga atas kelulusan mu Sinta."

"Te--terima kasih."

"Ngomong-ngomong kalian akan kemana?"

"Merayakan kelulusan." sanggah Rinjani.

"Oh ya bergabunglah dengan kami agar suasana semakin ramai." ajak Jeremy.

"Oh boleh, dengan senang hati saya ikut."

Javas menghela nafas kasar memutar bola matanya. Sebenarnya diantara mereka masih ada api permusuhan tapi sebisa mungkin ditahan agar tidak mengganggu suasana yang bahagia ini. Javas juga bersikap posesif dengan menarik pinggang Rinjani.

"Ayo silahkan." ucap Jeremy sehingga semuanya langsung jalan.

Javas, Rinjani, Barron dan Sinta menggunakan satu mobil sedang Jeremy dan Jasmine menggunakan mobil lain. Perjalanan kali ini sedikit canggung karena Barron yang duduk bersebelahan dengan Javas didepan. Hal itu sudah diatur oleh Rinjani karena ia tahu Sinta ketakutan duduk dibelakang dengan Barron.

"Barron kamu tahu darimana kalau hari ini acara kelulusan kita?"

"Hmm apa si yang tidak ku tahu huh."

Javas langsung melirik tidak suka, ada tatapan kebencian terlihat dari sorot retina biru itu.

"Ck! Tenang saja Javas aku tidak akan merebut Rinjani dari mu. Santai saja,"

"Kau pikir aku percaya?"

"Cih, dari sorot mata mu menunjukan ketakutan kalau kita bersaing seperti dulu hmm."

"Barron, jangan bahas masa lalu!" sanggah Rinjani tidak mau suasana yang tadinya adem ayem mendadak panas karena sindirannya.

"Ups, sorry." Barron terkekeh ringan.

Disana hanya Sinta yang tidak mengeluarkan kata-kata, dia lebih banyak diam dari pada ikut melontarkan kata.

Perjalanan kali ini tidak terasa atau mungkin karena perdebatan kecil tadi tapi tidak bagi Sinta yang merasa perjalanannya lama. Mobil pun sudah tiba didepan gedung empat lantai itu. Javas lebih dulu turun membukakan pintu untuk Rinjani, tak lupa ia meminta agar Rinjani menggandeng tangannya.

Hal serupa juga dilakukan Barron yang mana ikut-ikutan Javas membukakan pintu untuk Sinta. Tentu kedua alis Javas dan Rinjani terangkat melihat perlakuan Barron. Sinta pun sama dia hanya bisa diam melihat tingkah Barron yang memperlakukan Sinta layaknya pasangan.

"Barron are you okay?" ucap Rinjani tidak mengerti.

Barron hanya menimpali kedipan mata seraya menggandeng tangan Sinta. Dia lebih dulu berjalan sedang Javas dan Rinjani masih saja diam melihat kelakuan Barron.

"Javas, apa aku tidak salah lihat?"

"Sudah jangan dipikirkan, dia memang suka cari sensasi."

Keduanya berjalan mengikuti langkah Barron dan Sinta yang lebih dulu masuk lalu diikuti Jeremy dan Jasmine dibelakangnya.

Jeremy meminta keempat anak muda itu mengikuti langkahnya menuju lantai empat yang mana hanya tersedia rooftop. Tempat tersebut sudah disulap menjadi aestetik untuk pesta kelulusan mereka.

Cupid Lonestly 2 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang