Pesawat berhasil mendarat di Bandar Udara Budiharto. Kondisi pesawat dalam keadaan rusak berat di bagian ekor, untungnya pesawat masih bisa mendarat dengan aman...
Para penumpang langsung dievakuasi menuju rumah sakit terdekat guna mengecek kondisi tubuh mereka. Begitupun dengan para crew maskapai penerbangan. Termasuk Captain Timo yang sudah tidak sadarkan diri langsung dibawa menuju ruang ICU untuk diberikan perawatan lebih lanjut...
Jaemin dan Jeno sedang diperiksa oleh seorang Dokter ahli di bangsal darurat. Mereka berdua diminta untuk menginap dirumah sakit untuk memantau kondisi mereka...
Sore itu pukul dua pagi, Jaemin terbangun, pelipisnya penuh dengan keringat, matanya mengarah pada jam dinding yang menunjukan pukul dua lewat lima menit. Terlihat, Jeno juga masih senantiasa menutup matanya...
Jaemin bangun dan mengambil segelas air putih disebelahnya, meneguknya sampai habis...
"Ngga bisa tidur?" suara Jeno sedikit membuat Jaemin terkejut, laki laki itu hanya berdehem pelan menjawab pertanyaan Jeno...
"Bukan urusan lo" ucap Jaemin lalu menatap Jeno dingin...
"Tanpa gue, pesawat itu mungkin nggak akan mendarat"
"Bukan lo, tapi kita semua, semua crew pesawat punya peran penting dalam penerbangan kita tadi malam"
"Tapi tanpa gue, lo nggak akan bisa mengendalikan pesawat itu sendirian"
"Stop Jen!! Lo nggak berubah ya, selalu meninggikan diri lo sendiri, seolah lo yang berkuasa dan hebat, anak memang nggak bisa jauh dari orang tuanya!!"
"Lo jangan bawa bawa orang tua kalo orang tua lo sendiri juga nggak bisa menghargai anaknya!! Selama ini lo tersiksa kan punya orang tua kaya ibu Roselia!!" jawab Jeno tidak mau kalah..
Keduanya mulai tersulit emosi ketika membawa nama orang tua kedalam percakapan mereka. Namun Jeno lebih mampu mengendalikan emosinya, kemudian berjalan mengambil koper miliknya. Diambilnya sebuah berkas lalu diberikannya kepada Jaemin...
"Kita pernah sama sama hancur, jadi jangan pernah merasa bahwa lo adalah orang yang paling tersakiti dan menyedihkan diantara kita"ucap Jeno, kemudian dia memilih untuk meninggalkan ruang rawat inap...
Begitu Jeno membuka pintu, dirinya dikejutkan oleh dua sosok yang pernah menjadi bagian penting dalam hidup Jeno..
"Jen, kok lo bisa ada disini? Lo habis jenguk Jaemin juga?" tanya Haechan, namun Jeno tetap diam dan memilih untuk meninggalkan mereka. Seseorang yang berdiri disamping Haechan pun menghembuskan nafasnya pelan, dia terlihat khawatir dengan kondisi Jaemin, namun disisi lain dia juga mengkhawatirkan kondisi Jeno..
"Menurut informasi, Jeno ambil alih posisi kursi Kapten karena Kapten Timo pingsan di tengah tengah penerbangan"
"Chan, lo sama Yujin dulu aja ya yang jengukin Jaemin, gue mau ngobrol sebentar sama Jeno"
"Yujin? dia nggak ada disini Jun"
Terlihat seorang gadis berlari menuju kearah mereka berdua, lalu menerobos begitu saja hingga tubuh Haechan kehilangan keseimbangan karena Yujin mendorongnya terlalu keras. Begitu mendengar bahwa pesawat Jaemin mengalami peristiwa luar biasa, gadis itu khawatir dan segera menemui Jaemin. Yogyakarta - Jakarta bukan apa apa dibandingkan dengan rasa takut dan khawatirnya...
"Gue udah bilang kan" ucap Renjun ketus..
"Iya gue percaya, udah lo temuin Jeno aja, Jaemin aman sama gue" jawab Haechan sebelum masuk ke dalam ruang rawat inap Jaemin..
Haechan kembali dikejutkan oleh adegan romantis dua insan yang ada didepannya ini, bagaimana tidak, Yujin memeluk tubuh Jaemin erat, sampai sampai Jaemin meminta pertolongan Haechan karena pelukan Yujin membuatnya merasa sesak...
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] 8 Minute Before Landing | NJM
Fanfiction[Aircraff Series : Book 2] [ONGOING] Sequel Critical Eleven Takdir membawa mereka untuk bertemu kembali di dunia penerbangan. Jaemin bertemu dengan seorang gadis bernama Yujin yang menyimpan sebuah kenangan buruk di masa lalunya. Mereka berjump...