#26. Titik Kritis

43 9 0
                                    

Suara gemuruh petir terdengar begitu keras, hujan deras mengguyur area Bandara sampai membuat landas pacu digenangi oleh air. Tidak ada satupun pesawat yang diijinkan untuk terbang, pihak Bandara menutup semua akses penerbangan...

Jaemin kecil sedang menunggu ayahnya yang masih berada di ruangan. Mata sipit itu terus saja memperhatikan air yang mengalir di dinding kaca. Hujan mengguyur tanpa ampun dengan kilatan cahaya yang begitu nyata di depan mata...

Jaehyun yang masih mengenakan seragam Pilot Maleo Airlines dengan sigap menggendong anak semata wayangnya itu. Dia tersenyum kepada Jaemin kecil dan mengusap pucuk rambut anak laki lakinya...

"Nunggu lama ya?"

Jaemin menggeleng kemudian menunjukan senyum polosnya..

"Ayah, kenapa pesawat ngga ada yang terbang? Memangnya berbahaya?" tanya Jaemin..

Jaehyun tersenyum mendengar pertanyaan anaknya ini. Kemudian dia membawa Jaemin untuk duduk dan memandang deretan pesawat yang berjejer rapi di area Apron...

"Singkatnya, jika terjadi hujan lebat seperti ini, pesawat tidak diijinkan untuk melakukan lepas landas"

"Kenapa tidak diijinkan" tanya Jaemin lagi, yang membuat ayahnya makin gemas...

"Sebelum ayah jawab, boleh ngga ayah minta permen kamu?"

"Boleh" Jaemin tersenyum, kemudian merogoh saku celananya. Jaehyun terkejut dengan jumlah permen yang ada di saku celana Jaemin. Jumlahnya sangat banyak, dia heran siapakah yang memberikan permen sebanyak ini kepadanya..

"Jaemin, ini terlalu banyak" jawab Jaehyun sembari menahan tawa, semua permen yang dimiliki Jaemin diberikan kepada Jaehyun. Permen yang jumlahnya hampir puluhan itu sekarang sudah berpindah kepemilikan..

"Semua permen Jaemin udah dikasih ke ayah, jadi ayah harus jawab pertanyaan Jaemin tadi"

"Baiklah" Jaehyun mengusap pucuk kepala Jaemin dan membawanya untuk duduk dipangkuannya..

"Langit itu luas Jae, banyak sekali hal yang belum kita tau tentang mereka"

"Maksudnya kata mereka itu, langit?"

Jaehyun mengangguk, mencubit pelan pipi gembul itu. "Ayah!" seru Jaemin namun hanya dibalas dengan tawa kecil..

"Jae, akan sangat berbahaya jika terbang disaat hujan deras seperti ini, di atas sana kita tidak tau apa yang sedang terjadi, langit itu sangat misterius"

"Misterius? Langit itu bukan teman kita ya?"

"Hmm, jika mereka sedang baik, mereka akan sangat membantu pesawat untuk terbang, semua penumpang akan senang. Tapi jika mereka sedang tidak baik baik saja, seperti sekarang, mereka akan menjadi musuh bagi kita"

"Kalo gitu kita harus baik sama langit, nanti langit bisa baik sama kita"

Untuk kesekian kalinya Jaehyun begitu gemas dengan anaknya. Diapun membenarkan tubuh Jaemin agar berhadapan dengannya..

"Iyaa benar sekali"

"Jae, berbaiklah kepada alam, dan alam akan memberikan yang terbaik untuk kamu"

Jaemin tersenyum dan mengangguk kecil. Kemudian Jaehyun membawa anak itu kedalam pelukanya..

"Ingatlah selalu bahwa profesi ayah dan bunda memiliki resiko yang tinggi, ayah berharap kamu tidak terpengaruh dengan profesi ayah dan bunda. Kamu bisa menentukan masa depanmu sendiri" lanjut Jaehyun, kemudian tangannya mengusap punggung Jaemin dengan penuh kasih sayang...

[2] 8 Minute Before Landing | NJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang