Ibu Terhebat

22 0 0
                                    

Aku adalah Deyustika, lebih tepatnya Deyustika Wina Suciyati, tapi kenapa di absensi cuma tercantum Deyustika? Nanti aku akan ceritakan. Nama panggilanku yaitu Dedey, bisa juga Tika, ditambah IT jadi ya Tikait, sadis banget kan? Itu temen ngasi nama panggilan, tapi it's ok, tidak keberatan. Lahir di Sukabumi, 15 November 2001, tentunya usiaku sekarang 17 tahun. Tempat tinggalku di sebuah desa yang cukup ramai, Jalan Surade, Dangdeur Tengah. Sekarang aku duduk di kelas 3 SMA, yang mana disini masanya teman-teman semua akan merasakan kegalauan yang haqiqi untuk menentukan kehidupannya masing-masing di masa depan nanti. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Ibu harus bekerja sekeras mungkin untuk mengcukupi kehidupan dan menyekolahkanku karena Ayah harus pergi meninggalkanku bersama Ibu dan Kakak-kakakku untuk bertemu sang Maha Kuasa dan ditempatkan di sisi-Nya, Allah Swt, di waktu usiaku 8 bulan setelah lahir. Inilah ceritaku dari kecil hingga sekarang.

Aku berbaring di atas tempat tidur sambil menatap langit-langit.

"Apakah besok akan baik-baik saja? Ibu akan pergi jauh untuk bekerja di luar kota, terpaksa aku harus tinggal bersama kakak dan memilih untuk pindah sekolah ke MIN TEGALKEPUH, juga memulai semuanya dari awal untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingku nanti, sedangkan aku orangnya pendiam, tidak mudah bergaul dengan orang yang baru," ucapku dalam hati.

Tapi apalah daya, aku hanya seorang anak kecil yang masih membutuhkan bimbingan orang tua dan aku tak bisa menolaknya.

Keesok harinya, Ibu telah berangkat tadi pagi dan aku sudah berada di rumah kakak untuk membereskan pakaianku dan dimasukkan ke dalam lemari. Tiba-tiba Kakak datang dan bertanya,

"De, jadi nggak pindah sekolahnya?" ucap Kakak.

"Iya, Kak, jadi," jawabku.

Dalam relung hatiku, sebenarnya gak mau karena sudah nyaman dengan sekolah yang dulu, begitu juga dengan teman-temanku di sana, tapi aku mencoba untuk menerimanya. Kasihan Kakak kalau harus mengantar jemput aku sekolah, jarak sekolahku yang dulu sangatlah jauh dari tempat tinggal Kakakku, lagi pula sekolahku yang baru tidak jauh dari tempat tinggal Kakakku.

Akhirnya, akupun pindah sekolah dari kelas 3 SD semester 2 dan sudah tiga tahun aku sekolah di sini, sekarang aku duduk di kelas 6 SD semester terakhir dan harus siap tempur untuk Ujian Nasional. Nah, disinilah terjadi kesalahan pada namaku saat akan menjalankan Ujian, aku bertanya kepada seorang guru,

"Bapak, kalau namanya kepanjangan gak muat di kolom gimana?" ucapku.

"Emang namanya siapa?" tanya Bapak guru yang sedang berjalan mendekat.

"Deyustika Wina Suciyati," jawabku sambil menunjukkan lembar jawaban. Lalu, Bapak itu menjawab,

"Yaudah, tulis aja di kolomnya Deyustika doang," sambil membalikkan badan dan berjalan menuju keluar ruangan.

Ya, aku nurut aja. Aku kira gak bakalan mempengaruhi di Ijazah nanti, taunya itu mempengaruhi dan sangat fatal karena kedepannya pasti begitu kalau diganti membutuhkan waktu yang lama.

Waktu perpisahanpun tiba, Ibu tidak bisa pulang untuk menemaniku di hari perpisahan ini. Untungnya, ada seorang kakak dan anaknya yang lucu yang selalu menemani kemanapun aku pergi dan menjagaku, tapi aku tidak memikirkannya, mungkin pemikiranku belum dewasa sehingga Ibu tak pulangpun aku tidak begitu peduli padanya, karena aku berpikir Ibu tidak sayang anaknya, makanya Ibu tidak pulang. Hari sudah semakin siang dan acarapun sudah ditutup sekaligus pembagian Raport sudah dilaksanakan. Perpisahan itu berjalan dengan lancar dan aku bergegas untuk segera pulang bersama kakakku dan juga anaknya. Setelah sampai di rumah, kami cepat-cepat mengganti pakaian dan makan, lalu Kakak menyuruhku untuk segera melaksanakan shalat ashar. Dia sangat sayang kepadaku, dia selalu menuntunku ke jalan yang benar dan dia selalu mengajarkanku akan hal-hal yang baik karena itu aku sangat sayang dia sampai sekarang.

Perbedaan Penuh Warna: Antologi Cerpen Kelas XII IPA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang