My First Love

11 0 0
                                    

Namaku Hesti Nuraeni, aku duduk di kelas 12 SMA. Kehidupanku biasa-biasa saja, orang tuaku bercerai sejak aku berusia tiga tahun, dan sekarang aku hidup bersama ibu kandung dan ayah tiriku. Dulu hidupku terasa menyedihkan, tetapi setelah kehadirannya membuat hidupku lebih berarti. Aku menjalin hubungan dengannya sudah hampir empat tahun lebih, pertama kali melihatnya aku sangat menyukainya yaitu pada saat aku melihat wajahnya melalui sosial media akun facebook milikku. Alis tebal, hidung mancung, pipi ramping, kumis tipis, dan bibir sedikit gendut. Itu yang membuatku tertarik kepadanya. Dan tak ku sangka ternyata pria yang aku maksud itu adalah teman dari temanku yaitu si Wulan.

Sore itu, matahari sudah menampakkan cahaya jingganya. Aku dan Wulan duduk dipinggir sawah yang hijau dan indah sedang mencari signal, karena didaerah kampungku susah akan adanya signal. Tak lama kemudian suara ponselku berbunyi "kring-kring", aku kira itu hanya sebuah pesan biasa dan aku mengabaikannya. Lalu ponselku berbunyi lagi, aku kesal karena suara yang berisik dari ponselku sangat mengganggu suasana kedamaian sawah. Setelah aku buka ponselku, aku sangat terkejut, pesan yang masuk lewat facebookku ternyata bukan pesan biasa tetapi pesan yang sangat luar biasa. Pria yang sangat aku idamkan mengirim pesan kepadaku, awalnya aku gak percaya tapi setelah aku selidiki ternyata memang benar dia, akupun merasa minder karena pria itu banyak dikagumi oleh wanita cantik, bahkan di cap playboy saking terlalu banyak wanita yang dia pacari, ya itulah dia Mahardika namanya.

"Hey" kata yang pertama ia lontarkan lewat akun facebooknya.

Dengan perasaan yang campur aduk antara senang dan kaget, akupun membalas dengan kata

"iya?"

"Kamu Hesti ya?" dia membalas lagi.

Sejenak aku berpikir,

"Apakah ini yang sebut dengan jodoh" ujarku dalam hati.

Mataku langsung kembali beralih ke ponsel, tak penting dia jodohku atau bukan, yang jelas dia sekarang ada dihadapanku.

"Iya, kamu Dika temen Wulan?" balasanku dengan rasa percaya diri.

"Iya aku Mahardika, salam kenal ya". Dia membalas lagi dengan menggunakan emoticon senyum.

"Iya" aku membalas dengan singkat.

Seminggu sudah kami saling mengenal, Sabtu malam pukul 08.00 aku duduk santai sambil mendengarkan musik, tiba-tiba dia menelponku.

"Halo, assalamu'alaikum?" ucapku

"Wa'alaikumsalam" ujarnya dengan senyuman kecil

"Tumben nelpon, gak malam mingguan nih" ucapku dengan sedikit candaan

"Emm, malam mingguan sama siapa? Pacar juga kagak punya" jawabnya

"Boong ah" ucapku

"Bneran eh, masa iya aku punya pacar tapi masih nelpon sama kamu" ucapnya dengan heran

"Hehee gak deh bercanda" ucapku sambil ketawa

"Hes aku mau ngomong serius nih" ujarnya

"Mau ngomong apaan?" ucapku dengan sedikit heran

Kami pun terdiam sejenak. Eh tiba-tiba dia bicara dengan nada gugup.

"Hes, setelah aku pikir-pikir mungkin sekarang waktu yang tepat buat aku utarakan semua isi hati ini. Jadi gini Hes, semenjak aku kenal sama kamu semenajak itu pula rasa cinta ini semakin bertumbuh. Aku harap kamu ngerti apa maksud aku"

"Aku belum paham Dik apa maksud kamu" jawabku dengan penuh rasa pura-pura

"Yaudah aku langsung ke intinya aja deh. Kamu mau gak jadi pacar aku?" ujarnya

Seketika aku mulai deg-degan, hembusan nafasku semakin kencang, dan badanku gemetar seakan-akan aku tak berdaya. Kemudian perasaanku mulai campur aduk, senang, bingung, dan syok itulah yang saat itu aku rasakan. Bagaimana gak syok, orang yang sangat aku sukai tiba-tiba menembakku. Ini mungkin suatu keajaiban. Tetapi aku harus berfiikir matang, aku gak mungkin menyia-nyiakan kesempatan ini.

Akupun terdiam sejenak agar ada jeda untuk menjawabnya, supaya dia tidak curiga hehe.

Tak lama kemudian aku menjawab

"Iya aku mau, asal aku minta sama kamu lupain semua tentang masa lalu kamu" ucapku dengan nada serius

"siiiaapp, itusih gampanggggg banget, jadi sekarang kita pacaran yahh??" ucap Dika dengan nada gembira.

"Yagitu deh" jawabku sambil tersenyum.

Sejak itu kamipun resmi berpacaran. Kami melewati hari-hari bersama, menghadapi tantangan dan rintangan yang menghadang hubungan kami, bertumbuh dewasa bersama dengan saling mensuport dan menjaga. Hari demi hari sikap dia yang playboypun menghilang dan menjauh dari dirinya. Tak pernah ku sangka aku mendapat hadiah yang begitu luar biasa dari tuhanku, sebuah hadiah yang ternyata malah bisa menuntunku ke jalan yang benar. Setiap tanggal 19 Oktober 2014 kami selalu merayakan hari spesial dalam hubungan kami, dan setiap pagi dia selalu ada depan rumah untuk pergi ke sekolah bersama, alasannya simpel

"Aku mau jadi pacar sekaligus joki kamu, asal kamu baik-baik aja"

kata-kata itu yang dia lontarkan dan aku selalu mengingatnya, huaahhh sosweetnya dia, saking gamau aku kenapa-napa. Aku berharap setelah lulus nanti hubungan kami tetap terjaga walaupun kita terhalang oleh jarak karena cita-cita maupun pendidikan dan aku berharap dia adalah jodohku yang telah Allah titipkan kepadaku, semoga dia cinta pertama dan terakhir untukku. J

Perbedaan Penuh Warna: Antologi Cerpen Kelas XII IPA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang