Gun adalah pribadi yang mandiri. Begitu Off menilai. Omega-nya itu terbiasa melakukan segala hal sendiri. Bangun pagi-pagi, membuatkan kopi dan sarapan, membereskan rumah, dan mengerjakan apapun yang bisa ia kerjakan.
Off agak khawatir. Ia ingin Gun beristirahat, menyerahkan pekerjaan rumah pada orang lain akan jauh lebih mudah. Tetapi Gun dengan halus menolak, berucap bahwa tidak nyaman jika rumah mereka menampung orang luar. Gun kurang suka. Off menghargai keputusannya.
Suatu kali, Gun sedang kepayahan membawa sekeranjang cucian ke tempat menjemur baju. Off, yang saat itu baru pulang kerja, dengan sigap mengambil keranjang di tangan Gun, membantu membawanya ke tempat tujuan.
Gun memperlihatkan raut enggan. "Aku bisa sendiri, Alpha."
Off meletakkan keranjang di atas rumput. Ia mulai mengibas-ngibaskan satu pakaian sebelum menjemurnya.
"Aku tahu kau bisa." Off tersenyum hangat pada omega-nya. "Tapi aku ingin membantu."
Gun menatap Alpha-nya. Mengerjap. Satu kedip. Dua kedip. Ia lalu menunduk. Omega itu mengarahkan tatapannya kemana-mana.
"Kau sedang tersipu?"
Pertanyaan Off mengejutkan Gun. Ia buru-buru mengelak.
"T-Tidak." Gun turut mengambil baju-baju dalam keranjang, dengan tergesa menggantungnya di jemuran.
***
Dua minggu sekali, Off rutin menemani Gun mengunjungi kakeknya. Mereka datang pagi-pagi sekali dengan membawa beberapa camilan, Kakek akan menyambutnya di taman belakang rumah, bercerita tentang masa lalu sekaligus memberi petuah-petuah bijak, lalu mereka pulang saat matahari hampir terbenam. Selalu seperti itu.
Tapi hari ini aneh. Belum genap dua minggu sejak kunjungan terakhir mereka ke rumah Kakek, Gun tampak gelisah.
"Kakek menyayangiku." Gun bergumam sebelum tidur.
Off berbaring miring di sampingnya, dengan tekun menyimak apapun yang ingin Gun tuturkan.
"Ya, omega. Kakek mengatakannya padamu saat terakhir kali kita berkunjung."
Gun tidak tahu kenapa, tetapi dadanya terasa merosot, sesuatu seperti tercerabut dan meninggalkan kekosongan. Tiba-tiba, Gun merasa hampa.
"Alpha..."
Off mengusap alis Gun yang berkerut-kerut.
"Ya?"
"Aku..." Gun menggigit bibir. Besok bukan akhir pekan. Off memiliki segudang pekerjaan yang harus dia lakukan. "Maafkan aku."
"Hey..." Sebelah tangan Off menangkup pipi Gun dengan lembut. "Maukah kau mengatakannya padaku?"
"Tapi..." Off bisa menangkap kegelisahan di kedua mata Gun. "...aku akan merepotkanmu."
"Aku Alpha-mu, benar?"
Gun menatap Off dengan takut. Ia perlahan mengangguk.
"Aku mencintaimu, omega. Bergantunglah padaku lebih banyak. Repot dan tidak repot, aku sendiri yang akan memutuskannya." Tangan Off beranjak membelai lembut sisi kepala Gun. Gun menutup mata, meresapi sentuhan Off pada rambutnya. "Jadi, maukah kau memberi tahu Alpha-mu apa yang ada dalam kepala cantik ini?"
Gun terdiam cukup lama. Ia mengatur nafas, meyakinkan diri bahwa tidak apa-apa mengutarakan kegelisahannya. Off suaminya, Alpha-nya, mate-nya, separuh jiwanya. Tidak apa-apa mengandalkan Off, pun merepotkannya.
"Aku ingin mengunjungi Kakek."
Off tersenyum. Ia mencondongkan tubuh, mengecup dahi Gun penuh sayang.
"Terima kasih sudah mengatakannya. Aku akan menelfon sekertarisku untuk meminta cuti."
"Tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa."
***
Gun tahu firasatnya benar. Pagi hari saat ia dan Off bersiap-siap ke rumah Kakek, salah satu asisten Kakek menelfon, memberi kabar duka; Kakek meninggal dunia.
Gun paham tidak ada manusia yang berumur selamanya. Kakek sudah di usia senja sejak mereka pertama kali bertemu. Ia paham benar, salah satu alasan Kakek memintanya segera menikah adalah karena kondisi kesehatannya yang kian memburuk.
Kakek sudah mempersiapkan masa depan terbaik untuk Gun, untuk satu-satunya keluarga yang ia sayangi.
Gun mengerti. Ia bahagia bersama Off. Mereka hidup berkecukupan, membangun rumah tangga yang menyenangkan. Off mencintainya tanpa kurang. Kakek mempersiapkan segala yang terbaik untuk kebahagiaan Gun.
Tapi tetap saja, saat Kakek pergi, Gun merasa kosong.
Gun banyak diam. Sejak Off mengantarnya ke rumah Kakek, Gun tidak banyak berbicara. Gun termenung saja saat jenazah Kakek mulai dibersihkan, saat keluarga Off dan kolega Kakek datang, bahkan saat Kakek akhirnya diistirahatkan di tempat yang sudah dipersiapkan dengan matang.
Hingga mereka sampai kembali ke rumah. Tidak banyak percakapan yang berarti. Gun mengurung duka dalam kepalanya sendiri.
Off menggenggam tangan Gun saat mereka tiba di kamar.
"Kau baik-baik saja?"
Gun menatap Off dan melukiskan senyum tipis di bibirnya. Tidak ada jejak tangis. Yang terpancar di matanya hanya lelah, juga sepercik kekosongan.
"Aku tidak selemah itu, Alpha."
Off berjalan pelan mendekat ke arah Gun. Dengan gerakan yang hati-hati, Off membawa Gun ke dalam pelukan.
"Aku tahu kau omega hebat." Off mengusap punggung Gun dengan lembut. "Tapi aku ingin memelukmu. Aku mencintaimu, Gun. Aku ingin kau selalu ingat bahwa aku ada di sini bersamamu."
Gun mengerjap. Ada genangan yang tiba-tiba bergumul di pelupuknya. Gun kira, ia tidak perlu menangis. Rupanya, kedua bola matanya yang berair bersikap lebih jujur.
"Kakek menyayangiku..." Gun bergumam dalam rengkuh Off yang hangat.
"Aku tahu, Gun. Aku bersyukur Kakek menyayangimu. Kau tahu apa yang lebih ku syukuri?"
Gun menggeleng di dada Off.
"Aku bersyukur Kakek mengizinkanku menyayangimu juga. Kakek mempercayai aku untuk menjagamu. Aku bersamamu, Gun. Kau tidak pernah ditinggal sendirian karena aku akan selalu bersamamu."
Gun sedikit mendongak dalam pelukan. Kedua matanya yang basah mencari tatapan Off.
Off menawarkan kehangatan. Alpha itu menghapus jejak basah di pipi Gun.
"Kau tidak akan meninggalkanku, Alpha?"
Off tersenyum. Kedua matanya memancarkan keteguhan.
"Tidak akan pernah."
— ♡ ✿ ♡ —
![](https://img.wattpad.com/cover/361408915-288-k66902.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OCHRE [ OffGun ]
Hayran KurguABOVERSE - MPREG Gun, wali kelas X IPS, harus dibuat kewalahan oleh seorang murid alpha 16 tahun, Mix Sahaphap. Kenakalan remajanya yang membuat banyak guru berkeluh kesah membuat Gun bertanya-tanya tentang bagaimana Mix tumbuh. "Kamu tau kenapa Mix...