16. Chance

568 68 7
                                        


[ 2023 ]

"Hari ini, aku menginap di rumah Nenek."

Off terkejut atas penuturan putranya yang tiba-tiba. Mix baru pulang sekolah, anak itu bahkan belum berganti baju, namun ia sudah mengemasi baju dan menaruhnya dalam ransel.

"Kenapa mendadak?"

Mix menatap ayahnya dengan senyum yang merekah.

"Besok Minggu. Aku sudah terlalu banyak memiliki Dadda. Ku pikir tidak ada salahnya aku memberikan Dadda-ku pada Ayah 24 jam ke depan."

Off memicingkan mata.

"Dadda-mu itu milikku."

Mix terkekeh ringan. Ia menutup resleting tasnya yang telah selesai dikemas.

"Kalau dalam 24 jam Ayah gagal merebut hati Dadda, ku pastikan kau tidak akan memiliki kesempatan lagi. Kau tahu aku tidak suka mengalah."

***

Pada ucapan terakhir Mix sebelum ia pergi, Off merasa tertantang. Walau belasan tahun berpisah, putranya itu berhasil membangun kedekatan dengan Dadda-nya. Kalau putranya bisa, seharusnya Off juga bisa.

Seharusnya...

"Gun, mau dinner romantis denganku?"

Off menepuk kedua pipi di depan cermin. Ia tidak boleh terlihat terlalu tegang. Wajahnya harus santai, dan sebisa mungkin... menawan.

"Malam ini begitu indah. Maukah kau dinner romantis untuk menikmati malam yang indah ini?"

Gun belum pulang dari sekolah. Semenjak tinggal dengan Off, Gun memutuskan untuk kembali mengajar. Di sekolah Mix. Masih sebagai wali kelas Mix.

Off mengeratkan rahang membayangkan omeganya dan putranya bermesraan di sekolah tanpanya. Off mengepalkan tangan. Berjanji pada diri sendiri tidak akan kalah.

Suara pintu depan terbuka. Gun sudah pulang. Off buru-buru keluar dari kamar mandi dan menghampiri omeganya.

"Gun."

Gun hampir beranjak ke kamarnya saat Off memanggil. Gun membalik badan untuk menghadap Alpha-nya.

Gun baru pulang sekolah. Ia terlihat rapi dengan setelan jas peach-nya. Rambutnya sedikit berantakaan. Liptintnya berkilau cantik.

Oh... Kenapa omeganya secantik ini?

"Ya?"

Suaranya lembut. Walau hanya satu kata yang terlontar, Off merasa telinganya sedang disapu alunan dari surga.

"Kau—" Oh, sial. Kenapa Off merasa begitu berdebar? Lidahnya kelu. Pikirannya kacau. Apa yang tadi ia latih berjam-jam di kamar mandi? Apa yang seharusnya ia ucapkan pada malaikat cantik ini?

"Kenapa, Off?"

Mungkin karena untuk pertama kalinya mereka ditinggal berdua serumah setelah berhari-hari diusik setan kecil. Off merasa begitu gugup. Ini bukan kali pertama Gun memanggil namanya, tapi Off tidak bisa mengendalikan detak jantungnya.

"Wajahmu merah, Alpha."

Alpha... Off meleleh. Kenapa ia begitu beruntung memiliki omega semenawan ini?

Off menutup wajah dengan punggung tangan. Ia melarikan pandangan, takut jantungnya merosot jika bertatapan dengan Gun terlalu lama.

"Mau makan malam berdua?"

Astaga, dimana kalimat 'romantis' atau 'denganku' yang ia latih berkali-kali sebelum ini? Kenapa kalimatnya terdengar biasa sekali? Sosok sesempurna Gun layak mendengar kalimat yang lebih elok.

OCHRE [ OffGun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang