17. Scar

373 49 7
                                    

[ 2023 ]

Gun memegang dadanya yang berdebar. Sejak semalam, entah mengapa jantungnya berubah menjadi drum set, berdetak tidak karuan setiap kali eksistensi Off berada di sekitarnya.

Saat bangun tidur tadi pagi, Gun tidak bisa berhenti gugup begitu membuka mata dan menemukan dirinya berada dalam dekapan Off yang hangat.

Namun, walau semalu apapun perasaannya, Gun tidak boleh melupakan tujuan utamanya kembali ke rumah ini. Ia sudah menunggu kesempatan berdua dengan Off cukup lama. Maka, di Minggu pagi yang cerah ini, Gun harus melancarkan aksinya untuk menyembuhkan Off.

Gun menatap cermin di kamar mandi, memandang bayangan dirinya sendiri yang hanya mengenakan bathrobe. Hanya bathrobe.

Gun menunduk. Wajahnya memerah sampai telinga. Bagaimana ia akan menghadapi Off setelah ini? Membayangkannya saja sudah membuat Gun luar biasa malu.

Tapi Gun tidak boleh ragu. Ia melakukan ikrar ulang, menyetujui untuk kembali kepada Off karena untuk menyelamatkannya. Bukan yang lain.

Gun membuka pintu kamar mandi. Saat ia melangkah, bagian bawah bathrobe-nya tersingkap hingga paha. Gun berusaha mengeratkan bathrobe di tubuhnya sebisanya.

Off sedang duduk di sisi kasur, tengah fokus berkirim pesan di handphone. Mungkin sedang berkabar dengan putranya.

"Alpha."

Off mendongak dari layar handphone. Kemudian, alpha itu membeku. Ada kekaguman yang terpancar begitu kentara dari kedua matanya yang membola tanpa berkedip.

"Kau sibuk, Alpha?"

Gun menahan rasa malunya. Ia duduk di sisi Alphanya, berusaha sedekat mungkin. Bathrobe di paha Gun tersingkap. Off terlihat mati-matian menahan diri untuk tidak melirik ke sana.

"Oh, tidak." Off berdehem. Berusaha tidak canggung. "Aku berencana mengajakmu jalan-jalan hari ini. Kau ingin pergi ke suatu tempat?"

Gun menunduk. Membulatkan tekad. Memantapkan hati.

"Hari ini, aku tidak ingin pergi kemana-mana."

"Oh..." Gun tahu Off kecewa. "Bagaimana kalau kita—"

"Alpha..." Gun mengangkat wajah, menatap Off yang berada di sampingnya. "Bolehkah aku menginginkan sesuatu?"

Off mengerjap. Gugupnya semakin kentara.

"Ya. Tentu. Katakanlah."

Gun mengambil handphone di tangan Off, meletakkannya di atas meja samping tempat tidur. Ia lalu membenahi posisi duduk. Ingin berhadapan dengan Alpha-nya.

"Aku..." Gun memberanikan diri menatap Off tepat di mata, menyelami lautan cinta dan kasih sayang yang alpha itu punya. "...menginginkanmu, Alpha."

Off balik menatapnya terkejut. Seolah tidak percaya. Gun tahu Off menahan nafas saat Gun meletakkan sebelah tangannya di atas paha Off yang terbalut celana kain.

"Gun..."

Gun merasa wajahnya panas. Ia terlihat seperti seorang penggoda. Tapi ini demi Off. Ia melakukan ini demi kesembuhan Off. Agar ia tidak terus menerus dihantui rasa bersalah karena telah meninggalkannya.

"Cium aku, Alpha."

Gun meminta dengan rautnya yang paling mendamba. Gun awalnya ingin akting saja. Namun entah mengapa seluruh tubuhnya bergerak seolah memang inilah yang diinginkan hatinya.

Mendamba. Mengharap. Menginginkan Alphanya.

Off tidak mungkin bisa menolak keinginan setulus itu.

Off mendekatkan wajah. Saat bibir mereka akhirnya saling pulang, keduanya tidak dapat menahan perasaan yang membeludak. Rindu mereka terkuak. Menyebar ke seluruh lapisan kulit. Tidak memberi celah untuk berbohong, lebih-lebih berakting. Yang terlumat hanya kejujuran. Yang melesak hanya ketulusan.

OCHRE [ OffGun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang