[ 2006 ]
Pernikahan berlangsung mewah. Seluruh tamu hening khidmat. Menunggu kedua mempelai mengucap ikrar pasangan jiwa. Di atas altar yang megah, Gun merasa gugup. Off tidak berhenti mengulas senyum menenangkan dan memberi bisikan 'jangan takut' berulang-ulang. Tetapi entah mengapa, dengan dua tangan yang digenggam Off, Gun justru tidak bisa berhenti gugup.
"Kau merasa nyaman digigit di bagian mana?"
Jantung Gun seperti merosot ke lantai. Bagaimana Off bisa melemparkan pertanyaan ini dengan raut setenang itu?
"Ti—Tidak tahu."
Gun menunduk. Disaksikan ratusan tamu besar dari kolega dua keluarga besar, Gun tidak bisa membuat tubuhnya berhenti gemetar.
Off mengusap kedua tangan Gun dengan lembut.
"Di bibir saja, boleh?"
Gun tidak terlalu fokus. Juga tidak terlalu mengerti. Ia berakhir mengangguk saja.
Gun terkejut saat Off melepaskan genggaman tangannya. Ia sudah sebegini takut. Kalau Off melepasnya, ia bisa runtuh. Gun mendongak, menatap Off tepat di mata.
Off tersenyum. Bahagia merekah tanpa dusta di wajahnya. Ketika Off berkata bahwa ia senang bertemu Gun dan diizinkan menikahinya, Off benar-benar tulus mengucapkannya.
Satu tangan Off meraih tengkuknya hati-hati, sementara satu tangan yang lain meraih pinggangnya. Gun, dengan debar takut dan gugup yang semakin tidak karuan, refleks meletakkan kedua tangannya di bahu Off.
Off mendekatkan wajah, membuat Gun menutup mata dengan nafas yang tertahan. Lalu, saat bibir mereka hanya berjarak satu senti, Off berbisik lirih. Lirih sekali.
"Aku mencintaimu, Gun. Jangan takut... Aku akan selalu bersamamu."
Kemudian, Off melabuhkan bibirnya pada bibir Gun, mengecup kenyal yang menyenangkan. Satu kecup... dua... lalu pada kecupan ketiga, Off membasuh bibir Gun dengan saliva, melumatnya hingga berkilau basah, merasakan manis bibirnya di lidah. Perlahan, Off bisa merasakan tangan Gun meremat bahunya, sebelum beranjak melingkari leher. Off membawa Gun ke dalam dekapan, merajut ciuman yang lebih dalam.
Saat Gun terlarut dalam ciumannya, Off mengusap pinggang Gun untuk memberi aba-aba. Namun sepertinya Gun tidak menangkap signal itu, karena saat Off menggigit bibir Gun hingga berdarah, Gun memekik tertahan.
Off menjauhkan wajah beberapa senti, memperhatikan darah yang merembes keluar di bibir bawah Gun. Off tersenyum.
"Ma ochre yuu."
Gun mengerjap, sedikit linglung mendengar ucapan Off. Gun terlalu larut dalam ciuman, hingga ia lupa bahwa keduanya masih berada di tengah altar pernikahan. Kesadarannya pulih saat melihat Off menggigit bibirnya sendiri hingga darah keluar dari lukanya. Lalu, keduanya berciuman lagi, membaur anyir yang perlahan menjadi manis, membaginya ke dalam dua mulut masing-masing, lalu menelannya, menjadi ikrar bahwa mereka akan hidup berdampingan selamanya.
Off melepaskan ciuman, menunggu. Pipi Gun merona, ia menunduk malu.
"Ma ochre yuu." Ucap Gun dalam keberanian yang melayu.
Riuh tepuk tangan dan sorak para tamu bergema, menyambut ikrar pasangan jiwa yang telah terucap. Mulai saat ini, mereka resmi menjadi sepasang suami.
***
"Kau gugup?"
Gun ingin sekali memukul suaminya. Bagaimana bisa pemuda itu mempertanyakan kegugupannya saat tubuh Gun sudah jelas gemetar di bawah kukungannya.
Ini adalah malam pertama mereka. Begitu acara usai 3 jam yang lalu, Off menuntunnya ke kamar, menciumnya tanpa henti, dengan lembut merebahkannya di atas kasur, lalu menelanjanginya. Gun bahkan tidak tahu kalimat apa yang bisa mendefinisikan perasaan malu dan takut namun juga antusias yang menyerangnya sejak tadi.
"Kau ingin aku berhenti?"
Mereka sudah sama-sama telanjang, sudah sama-sama tegang, Gun tidak tahu lagi bagaimana cara membuat Off berhenti menanyakan omong kosong itu.
"A—Alpha..." Gun menyengguk, hampir menangis. "Aku..."
Off mendekat, memberi seratus persen atensinya pada omega miliknya. Ia mendengarkan dengan tekun. "Ya?"
"Aku tidak ingin punya anak."
Off tersenyum di atas wajah Gun. Alpha itu membelai rambut lepek omeganya dengan sayang.
"Aku memakai pengaman."
Tatapan sayu Gun yang termakan nafsu terlihat ragu.
"Apa kau marah?"
Off tersenyum lebih tulus. Ia mengecup bibir Gun, dengan lembut membisikkan kalimat penuh hati-hati.
"Memilikimu saja sudah cukup. Segala hal yang tidak kau inginkan, adalah yang tidak akan aku lakukan. Aku mencintaimu. Aku menunggumu mencintaiku juga."
Gun tersenyum kecil. Ia melingkarkan lengannya di leher Off.
"Kalau kau begini terus, aku akan mencintaimu dalam waktu dekat..." Perlahan, Gun membuka kedua pahanya. "Aku siap, alpha... Lakukanlah dengan baik..."
— ♡ ❤ ♡ —

KAMU SEDANG MEMBACA
OCHRE [ OffGun ]
FanfictionABOVERSE - MPREG Gun, wali kelas X IPS, harus dibuat kewalahan oleh seorang murid alpha 16 tahun, Mix Sahaphap. Kenakalan remajanya yang membuat banyak guru berkeluh kesah membuat Gun bertanya-tanya tentang bagaimana Mix tumbuh. "Kamu tau kenapa Mix...