[ 2007 ]
Gun merasa dirinya aneh. Ia adalah seorang yang mandiri. Kakek selalu mengajarinya untuk berusaha tidak merepotkan orang lain. Terutama untuk hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan rumah.
Sudah hampir jam makan malam, tetapi Gun merasa malas luar biasa. Ia sejak sore hanya merebahkan diri di sofa dan menonton televisi. Tubuhnya terasa letih dan berat. Sofa yang didudukinya seolah merengkuh erat, mencegahnya beranjak.
"Makan di luar, mau?"
Gun menoleh terkejut pada Off. Gun berusaha melawan kemalasannya dan bergerak duduk.
Off baru selesai mandi sepulang kerja. Melihat sisi sofa kosong setelah Gun duduk, Off duduk di sampingnya.
"Tidak, Alpha. Aku bisa memasak." Gun bertekad.
Mereka jarang sekali makan di luar. Gun hampir selalu memasak. Kadang, Off perlu bersusah payah membujuk Gun untuk membeli makanan agar Gun tidak terlalu lelah.
"Aku tau kau bisa, omega." Off tersenyum hangat. "Tapi aku sedang ingin makan di luar denganmu. Bagaimana menurutmu?"
Off selalu seperti itu. Padahal kalau seorang Alpha memberi titah, Gun tidak mungkin bisa menolak. Tetapi Off selalu mengajaknya berdiskusi, menghargai pendapatnya, dan menghormati keputusannya. Off selalu berhasil membuat Gun merasa istimewa.
Gun mengangguk. "Baiklah."
Dan hal itu itu membuat Off tersenyum lebih cerah.
***
Off berjalan di koridor rumah sakit dengan gelisah. Mereka seharusnya melakukan makan malam yang romantis, lalu pulang dengan perasaan berbunga-bunga. Sayangnya, di tengah-tengah menikmati makan malam sambil bertukar cerita, Gun tiba-tiba berlari ke toilet. Off yang khawatir menyusulnya. Gun muntah-muntah, memuntahkan seluruh makan malamnya. Bahkan saat perutnya sudah kosong, Gun mengeluh masih ingin muntah. Off tidak tega melihat tubuh Gun melemah dan pucat. Ia berakhir menggendong Gun ke rumah sakit. Dan saat ini, dokter sedang memeriksanya.
Begitu pintu ruangan tempat Gun diperiksa terbuka dan seorang dokter keluar dari sana, Off menghampirinya dengan tergesa.
Dokter itu menghadap Off dengan tenang. Seulas senyum mengembang, namun terlihat dipaksakan. Off merasa was-was.
"Selamat. Omega anda sedang mengandung seorang Alpha."
Off menahan nafas. Rasa senang dan syukur meletup di dadanya.
Anaknya.
Anaknya dan Gun.
Off merasa antusias dan tidak sabar untuk segera menggendongnya. Apakah nanti akan mirip Gun? Betapa menggemaskan melihat Gun versi mini menangis dalam pelukannya.
"Tetapi..." Ucapan gelisah dokter itu membuyarkan bayangan Off. "Saya harap kalian bersedia berusaha."
Off menautkan alis. "Apa maksud anda?"
Dokter itu menarik nafas dalam-dalam, seolah sedang bersiap memberi kabar duka. Off berdebar takut melihatnya.
"Umumnya, para bayi hanya dapat diketahui statusnya setelah mereka lahir. Dokter atau siapapun tidak bisa mengetahui status seseorang ketika ia masih berupa janin."
"Tapi anda mengatakan..."
"Ya. Hanya ada satu status yang auranya dapat dirasakan sejak ia masih berada dalam kandungan." Dokter itu kembali memaksa sebuah senyum. "Alpha istimewa."
Off berusaha mencerna. Alpha istimewa adalah Alpha yang bisa memimpin para Alpha. Alpha yang diberkahi dengan banyak karunia. Alpha yang dipuja dan dihormati keberadaannya. Bukankah itu sesuatu yang membanggakan? Kenapa dokter itu terlihat sedih?
"Anda tahu, mengapa jumlah Alpha istimewa sangat sedikit?"
Off menggeleng.
"Karena hanya sedikit omega yang bersedia melahirkannya."
Apa maksudnya?
"Alpha istimewa memiliki hasrat yang kuat untuk menguasai, bahkan sejak mereka masih dikandung. Ia akan berusaha merebut apapun milik orang yang mengandungnya. Nutrisi, cairan, daya tahan, kebahagiaan, bahkan... darah. Saya mengerti, omega anda maupun calon anak anda sama-sama berharga. Namun jika suatu saat Alpha kecil anda membahayakan nyawa omega anda, saya sendiri yang akan menawarkan pilihan kepada anda. Saya harap, anda bersiap-siap untuk kemungkinan itu."
Pilihan...??
Off mencoba duduk di kursi tunggu depan ruangan. Kakinya terasa lemas. Letupan kebahagiaan atas kehadiran bukti cintanya dengan Gun telah memudar, berganti dengan kekhawatiran dan ketakutan yang perlahan merambati tubuhnya.
Off takut. Gun dan Alpha kecilnya.
Off tidak siap memilih.
Off tidak akan pernah siap.
***
"Alpha..." Gun berucap begitu melihat Off masuk ke ruangannya.
Off tersenyum, rautnya tampak lebih tenang. Ia berjalan menghampiri Gun dan duduk di sisi kasurnya.
"Bagaimana keadaanmu?"
Gun terlihat berpikir. Mencoba merasakan tubuhnya sendiri.
"Sedikit kram di perut. Dan sedikit mual. Tapi saat kau menggendongku tadi, baumu membuat sakitku mereda."
"Bauku?"
Gun mengangguk, mengingat-ingat.
"Feremonmu menenangkanku."
Off tersenyum lebih lebar. "Kalau kau memelukku, kau bisa mencium feromonku lebih banyak."
"Ku pikir..." Gun merentangkan tangan ragu-ragu. "Ku pikir... aku menginginkannya... kalau kau tidak keberatan."
Off tertawa ringan. Ia menunduk, memeluk omega-nya yang masih berbaring.
"Kau tidak pernah membuatku keberatan, omega. Bergantunglah padaku lebih banyak. Aku mencintaimu."
Gun memeluk punggung Off erat-erat. Kedua kelopaknya tertutup, membaui feromon Alpha-nya yang membuatnya merasa lebih hangat.
"Beristirahatlah..." Off berbisik. "Aku akan selalu berada di sisimu."
— ♡ ꕥ ♡ —

KAMU SEDANG MEMBACA
OCHRE [ OffGun ]
FanficABOVERSE - MPREG Gun, wali kelas X IPS, harus dibuat kewalahan oleh seorang murid alpha 16 tahun, Mix Sahaphap. Kenakalan remajanya yang membuat banyak guru berkeluh kesah membuat Gun bertanya-tanya tentang bagaimana Mix tumbuh. "Kamu tau kenapa Mix...