Off merasakan sakit pertama kali saat usia Mix baru menginjak 9. Di pagi hari yang cerah saat hendak berangkat kerja, perut bagian bawahnya terasa seperti tertusuk jarum-jarum kecil. Awalnya, sakitnya tidak terlalu terasa. Namun lama-kelamaan, dengan intensitas kegiatan hariannya yang melelahkan, Off mulai perlu duduk beberapa menit untuk meredakan rasa nyerinya.
Satu tahun kemudian, di ulang tahun putranya yang ke-10, Off tumbang karena tidak kuat menahan perih. Perutnya seperti dikoyak paksa, digerogoti dengan sadis oleh sesuatu dari dalam. Off dilarikan ke rumah sakit. Itu adalah kali pertama ia tahu bahwa ia mengidap kanker langka yang hanya dialami oleh segelintir Alpha.
Kala itu, ibunya menamparnya.
"Sudah Ibu bilang ceraikan omegamu dan menikahlah dengan seorang alpha female yang sempurna. Keluargamu akan sempurna. Kau tidak akan sakit seperti ini."
Ibunya tidak mengerti. Di mata Off, tidak ada bayangan keluarga yang lebih sempurna dari keluarga yang pernah dimilikinya bersama Gun.
Dokter sudah menyarankan untuk melepas ikatannya. Ibunya sudah memaksa. Tapi Off bersikeras tidak akan melepaskan satu-satunya omega miliknya.
Tahun-tahun berikutnya Off jalani dengan mengabaikan bujukan ibunya, juga mengabaikan rasa sakitnya yang kian hari kian luar biasa. Off beberapa kali terbangun di malam hari hanya untuk merintih kesakitan. Di saat terlemahnya, Off menutup mata, mengingat kembali kenangan-kenangan dengan omeganya.
Off adalah alpha yang egois. Sejak awal, sejak ia memutuskan untuk mempertahankan ikatan sakralnya dengan Gun, Off sama sekali tidak tahu bahwa hal ini akan melindungi omeganya. Tujuannya bukan itu. Off hanya bersikap egois. Keras kepala mencintai omeganya walau mate-nya sudah pergi sejak lama. Off hanya tidak ingin melepas satu-satunya hal yang membuat ia terhubung dengan mate-nya.
Off mencintai Gun.
Off mencintai omega-nya sendirian.
Bertahun-tahun. Tanpa menuntut untuk dicintai juga.
Off ingin menanggung perasaan egois ini walau tau ia bisa saja mati.
Kalaupun ikatan ini terlepas, Off ingin Gun sendiri yang melepasnya. Off ingin Gun sendiri yang memilih kebahagiaannya, memilih seorang alpha, lalu melakukan sumpah ikrar baru untuk memutus ikatan lama. Off ingin, jika ia memang harus berhenti mencintai, itu karena sudah tidak ada harapan lagi.
Tapi bertahun-tahun, hingga putranya masuk usia remaja, Off masih saja terhubung.
Gun adalah omega yang cantik. Mengesampingkan kepercayaan dirinya yang kurang, Off yakin, siapapun yang melihat Gun, sekali lihat saja, orang-orang tidak akan memungkiri kecantikannya.
Walau begitu, bahkan sampai belasan tahun, Off tidak menemukan satupun tanda-tanda bahwa Gun menemukan alpha baru.
Off kesakitan. Tapi ia bahagia dalam sakitnya yang semakin tidak tertahan. Off akan sangat bahagia bila sampai akhir khayatnya ia hanya mencintai Gun saja.
Hingga akhirnya, takdir membawa Gun melangkah kembali ke arahnya.
Gun masih sama. Omega yang tegas, sosok yang mandiri, berkepribadian tangguh, dan berparas cantik. Walau tahu Off sudah berada di ambang batas, dipertemukan lagi dengan Gun tidak membuat perasaannya goyah. Off jatuh cinta lebih lagi, semakin dalam lagi.
Beberapa waktu sebelum ia bertemu kembali dengan omeganya, Off sudah tau bahwa penyakitnya sudah terlalu terlambat untuk ditolong. Bahkan, kembalinya ikatan istimewanya dengan Gun tidak akan banyak membantu. Itu hanya mengurangi rasa sakitnya saja. Sama sekali tidak menyembuhkan penyakitnya.
Kecuali mereka berhubungan intim.
Tapi Off bertekad tidak akan melakukannya. Off sudah cukup menyiksa Gun. Off sudah cukup melukai perasaannya. Off bertekad dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi kesalahannya.
Oleh karena itu, Off sudah tidak terkejut lagi saat akhirnya tubuhnya benar-benar lemas dan tumbang.
Ketika Off bangun dan tidak merasakan sakit yang membersamainya belasan tahun belakangan, Off tahu, ia tidak benar-benar sedang bangun. Mungkin kesadarannya sedang melayang di antara batas kehidupan dan kematian. Sakitnya tidak terasa. Yang Off tahu, ia merasa begitu lega bisa terus mencintai Gun seumur hidupnya.
Off tidak begitu mengerti. Ia merasa sedang berpijak, tapi tidak ada apa-apa di bawah kakinya. Ia merasa sedang melayang tapi tidak ada hembusan angin di sekitarnya. Off hidup tapi tidak bernafas. Ia seperti terjebak dalam tempat tanpa ruang dan tanpa waktu.
Di sana, Off melihat dua pintu. Satu pintu bercahaya dengan kehidupan menyenangkan yang terlihat mengintip di dalamnya. Tanpa rasa sakit. Tanpa kesedihan. Tanpa duka dan lara. Sebuah entitas keabadian yang menjanjikan kebahagiaan selamanya.
Satu lagi pintu yang tertutup kabut, keberadaannya buram, entitasnya dipenuhi ketidak pastian. Hanya memandanginya saja, ada perasaan menusuk di perutnya. Seolah seluruh sakit dan perihnya berada di sana.
"Mungkin sudah saatnya aku pergi." Off bergumam sendiri.
Ia melangkah tenang, meninggalkan pintu buram menyakitkan di belakangnya. Lalu kemudian, sebuah isak lirih yang familiar terdengar. Off menghentikan langkah.
"Alpha..."
Off menoleh. Tusukan tajam terasa di perutnya.
"Aku mencintaimu."
Suaranya lirih, hampir tidak terdengar. Tapi Off tidak mungkin salah. Ia mengenali suara Gun. Ia sangat mengenali suara omega yang dicintainya begitu banyak.
"Aku selalu mencintaimu."
Off membeku. Perut bawahnya sakit luar biasa. Tubuhnya berat. Nafasnya tersengal. Ia tidak boleh memandangi pintu buram itu terlalu lama. Tapi Off tidak bisa berpaling dari suara yang dicintainya.
"Kumohon, kembalilah kepadaku..."
Off melangkah. Baru satu langkah, tubuhnya ambruk. Seluruh tubuhnya sakit. Ia merangkak sebisanya menuju suara omega-nya.
Off akhirnya mengerti. Hidup memang menyakitkan dan tidak pasti. Untuk jiwa yang selalu mengemban lara sendiri, pilihan yang menyenangkan adalah mati. Tetapi, walau semenyakitkan apapun, ia menemukan cinta di sana. Ia menemukan cinta dalam 'hidup'-nya. Maka, walau Off masih harus menanggung segala sakitnya lebih lama, Off akan menuju ke sana. Walau terseok-seok, walau seluruh tubuhnya perih dan berdarah, Off akan ke sana. Off akan hidup dan menemui cintanya.
Off harus hidup.
***
Off merasa letih luar biasa. Ia seperti baru saja melakukan perjalanan yang sangat panjang. Ia berusaha membuka mata, tapi tenaganya terkuras habis. Off terlalu lemas untuk menggerakkan kelopaknya sendiri.
Sayup-sayup bising terdengar. Walau tidak sanggup menggerakkan satu inci pun tubuhnya, Off berusaha memaksimalkan fungsi indra pendengarnya.
"Aku mencintaimu, Alpha. Cepatlah kembali..."
"Aku?"
"Iyaaa. Aku mencintaimu juga, Alpha kecil."
"Hehe."
Off merasa lega kembali mendengar suara yang dirindukannya. Off juga sama. Off juga ingin segera kembali kepada mereka. Off ingin segera membalas ucapan cinta yang dilontarkan orang yang amat dikasihinya.
Saat tersadar lagi, Off mencoba mengerahkan seluruh tenaga untuk membuka mata. Tapi rasa lelah membuatnya kembali ingin beristirahat. Sayup-sayup, ia mendengar Gun bercerita. Suaranya tidak terlalu jelas. Atau fungsi pendengarannya yang tidak terlalu baik. Sepertinya tentang keseharian Gun di sekolah. Entahlah. Yang jelas, Off merasa begitu senang mendengar Gun lagi-lagi berucap bahwa omega itu mencintainya dan menunggunya kembali di sela-sela ceritanya. Off ingin sembuh. Ingin segera kembali kepada keluarganya. Sebelum Gun mengakhiri cerita, Off sudah lebih dulu jatuh dalam lelapnya.
— ♡ ❀ ♡ —
KAMU SEDANG MEMBACA
OCHRE [ OffGun ]
Hayran KurguABOVERSE - MPREG Gun, wali kelas X IPS, harus dibuat kewalahan oleh seorang murid alpha 16 tahun, Mix Sahaphap. Kenakalan remajanya yang membuat banyak guru berkeluh kesah membuat Gun bertanya-tanya tentang bagaimana Mix tumbuh. "Kamu tau kenapa Mix...