00

2K 73 13
                                    

Untuk Cakrawala, apa kabar?
Pasti sekarang udah bahagia ya? Di sana gak ada lagi yang jahatin lo. Lo terlalu berharga untuk dunia yang kejam ini. Eh, tapi gue juga pemeran antagonis di hidup lo, ya? :)

Bahkan di detik terakhir pertemuan kita pun, gue masih bisa nyakitin lo. Jahat banget, kan?

Cakrawala, maaf buat semua hal buruk yang lo alamin selama lo kenal gue.

Sekarang, gue harus hidup dalam penyesalan. Meski dia sekarang jadi belahan jiwa gue, tapi gue masih belum bisa nerima dia.

Kira-kira dia bakal mundur gak, ya?

Cakrawala, gue jahat gak kalau gue minta lo doain gue dari atas sana? Doain biar penyesalan ini lepas dari hidup gue.

Tapi ... apa gue pantas bahagia di saat gue ikut andil dalam derita yang lo alami selama ini?

From your Friend, Osean

***

Dia menggulung kertas berisi tulisan tangan yang sejak tadi ia genggam. Matanya menatap sendu pada benda mati itu. Helaian rambut hitamnya tersapu oleh angin.

"Maaf ...,"

Embusan napas kasar keluar dari bibirnya. Membaca kertas berisi beberapa untaian kata hati membuatnya kembali merasakan sesak yang mendalam. Pikirannya terbayang sosok teduh yang kini telah damai dipeluk bumi.

"G-Gue minta maaf, Cakra."

Dia melanjutkan kegiatannya yang tertunda karena untuk menghalau rasa menyengat yang mendera hatinya. Diselipkannya gulungan kertas itu di balik kaki seekor merpati putih yang sejak tadi berada dalam genggamannya.

Lantas setelahnya, ia melepas merpati itu, membawa gulungan kertas itu terbang setinggi mungkin. Berharap sosok yang kini telah pulang tahu bahwa ia menyesal.

"Sean, ayo pulang."

Dia menoleh ke belakang. Menatap sendu sosok lain yang kini mengulurkan tangan ke arahnya. Mendadak hatinya seolah tergores perih. Namun dengan sekuat tenaga, ia meneguhkan hati bahwa ia siap untuk memeluk penyesalan seumur hidupnya.

Tbc








Bumantara Berkabut Nestapa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang