Masa Lalu

439 41 10
                                    

Special for u, aku jadi semangat bikin part ini karena dikomen kapan update. Komen sederhana, tapi bikin ideku langsung ngalir gitu aja @glystaa mention a user

TW // harsh word , kata kasar , kekerasan fisik ⚠️

★★★

"Cak, s-sorry baru ke sini."

Semua teman sekelas Cakra telah pergi satu jam lalu. Hanya tersisa Harsa dan Nero yang masih setia menemani Cakra. Padahal kedua sahabatnya telah ia minta pulang. Dan kini sahabatnya yang lain datang. Namun kali ini kedatangannya membuat Cakra harus kembali menelan bulat-bulat rasa sakit hatinya. Pemandangan Osean yang datang bersama Jasmin membuat sudut hatinya seolah tergores. Apalagi saat mendapati tangan mungil itu merangkul lengan Osean.

Jika Cakra hanya mampu memendam, maka beda halnya dengan si termuda. Nero hampir saja akan menghadiahi sebuah tinjuan jika saja Harsa tak buru-buru menahannya. Hati kedua sahabat Cakra itu meradang. Osean telah berjanji tak akan menunjukkan kebersamaannya dengan Jasmin. Namun sepertinya menaruh harap pada sesama manusia memang sangat salah.

"Nggak apa-apa. Kayak sama siapa aja lo."

Cakra berniat ingin duduk bersandar pada kepala ranjang. Hanya saja rasa pening itu selalu datang setiap kali ia ingin mengangkat kepala. Cowok itu meringis pelan sembari memijat keningnya.

"Ck, Raden Cakrawala Gemilang. Udah berapa kali gue bilang buat rebahan aja?"

Harsa kembali mendekat. Duduk di samping ranjang sembari menahan tubuh sang sahabat yang kini telah sepenuhnya bersandar padanya. Tangannya dengan telaten memijit kepala Cakra.

"Nggak enak rebahan terus pas ada yang jenguk, Sa."

Mata Cakra terpejam sembari menikmati pijatan lembut Harsa pada kepalanya. Napasnya mulai bergerak teratur.

"Ya lo lagi sakit, Bang. Nggak usah pecicilan dulu."

Bibir Nero terus mengomel sementara tatapannya masih menajam ke arah tangan Jasmin yang masih bertaut di lengan Osean. Keduanya duduk tak jauh darinya. Dan Osean pun menyadari arah tatapan Nero. Cowok itu segera melepas pelan tautan tangan sang kekasih padanya.

"Gimana keadaan lo, Cak?" Osean mulai membuka obrolan.

"Lo nggak lihat? Abang masih sakit gitu."

"Cil, jangan ketus gitu," Cakra menegur si termuda, "udah baikan. Paling juga besok sembuh."

Nero mendengkus kesal. Baikan apanya, dah? Mau duduk aja langsung kliyengan.

Tak beda jauh dengan Nero, Harsa pun malas menanggapi. Cowok itu hanya memutar bola matanya malas. Selalu seperti ini. Cakra tak akan mau mengeluh pada siapa pun. Bahkan jika itu pada keluarganya sendiri.

"Jasmin."

Osean menatap dalam Cakra yang kini telah bersandar pada kepala ranjang dengan bantuan Harsa. Cukup berdebar karena takut dengan apa yang akan Cakra ucapkan.

"Makasih udah jenguk, ya."

Cakra tersenyum hangat hingga mata itu membentuk bulan sabit. Pemandangan itu sempat membuat Jasmin terpana sesaat. Namun secepatnya cewek cantik itu menggeleng.

"Iya, sama-sama, Kak. Cepet sembuh, ya. Yakin Kakak pasti sembuh!"

Jasmin mengangkat satu tangannya, membentuk gestur mengepal dengan semangat. Namun lagi-lagi ucapan pasti sembuh itu membuat Cakra terhenyak. Bahkan Cakra tak yakin ia mampu menggenggam kesembuhan. Anemia Aplastik adalah penyakit yang cukup sulit untuk sirna dalam tubuh manusia.

Bumantara Berkabut Nestapa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang