Hati Yang Patah

436 47 18
                                    

Happy reading

Kejanggalan itu semakin ia rasakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kejanggalan itu semakin ia rasakan. Ada perbedaan yang terlihat jelas di matanya meski sang terkasih mencoba untuk bersikap seperti biasa. Awalnya Osean mencoba untuk tetap berpikir positif. Cowok itu masih dikungkung oleh rasa bimbang awalnya. Antara memilih tetap bersama Jasmin atau merelakan cinta pertamanya demi sang sahabat. Namun sebuah suara yang familier di telinganya membuat tubuhnya seolah melemas.

"Iya? Iya! Gue ngaku. Gue juga suka Kak Cakra sampai sekarang. Dia cinta pertama gue."

Ada sengatan tak kasatmata yang menghantamnya. Niat hati ia ingin memberi kejutan pada Jasmin dengan datang tiba-tiba ke rumah cewek itu. Namun nyatanya dialah yang terkejut. Bodohnya ia tetap menyangkal setiap kali ia mendapati Jasmin mencuri pandang ke arah Cakra.

"Terus kenapa lo malah nerima Kak Osean, Jas? Jangan egois, Jas."

Osean memilih diam. Menyandarkan tubuhnya di tembok depan kamar sang kekasih. Ingin mengetahui seberapa jauh ia dibohongi.

"Gue ... Kia, gue nggak bisa bohong, gue juga suka Kak Osean. Mereka tuh idaman semua cewek."

"Itu bukan cinta, Jas. Tapi cuman kagum. Lo nggak bener-bener cinta sama mereka. Nggak denial, tapi remaja kayak kita ini suka labil sama perasaan sendiri. Termasuk lo."

Tanpa sadar Osean mengepalkan kedua tangannya. Ada amarah yang siap meluap, namun cowok itu masih mencoba menahannya.

"Terus gimana, Kia? Gue nggak bisa lepasin Kak Osean gitu aja. Dia ganteng, perhatian banget sama gue."

Osean terkekeh lirih. Wajahnya telah keruh. Padahal cintanya begitu tulus untuk cinta pertamanya. Namun nyatanya sang terkasih hanya tertarik karena wajah tampannya. Cinta nyatanya tak seindah yang ia bayangkan.

"Putusin Kak Osean, Jas. Lo nggak bisa terus bohongi dia."

Cukup sudah. Osean sekali lagi menghela napas panjang, lalu mengembuskannya kasar. Berharap rasa sesak yang mengendap di hatinya sirna. Tangannya dengan kasar membuka pintu kamar, hingga membuat dua cewek yang sejak tadi mengobrol serius sontak terkejut. Apalagi Jasmin yang kini refleks membulatkan matanya. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.

"Nggak perlu, Kia. Bisa lo keluar dulu? Gue mau ngobrol sama dia."

Dia

Sebutan itu terdengar asing di rungu Jasmin. Biasanya Osean akan memanggilnya dengan sebutan yang teramat manis seperti Sayang, Jas-mine, cintaku. Tatapan itu juga tak kalah asing. Tajam dan penuh amarah.

Setelah Kia keluar dari kamar, Osean melangkah lunglai ke arah sang terkasih. Sesak bukan main saat hanya dengan menatap wajah itu.

"K-Kak--"

"Gue cinta lo dengan tulus."

Gaya bicara Osean mampu membuat Jasmin terluka. Tanpa sadar air matanya lolos membasahi kedua pipinya. Dengan sisa keberanian, Jasmin mencoba meraih tangan Osean. Namun cowok itu dengan kasar menepisnya.

Bumantara Berkabut Nestapa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang