"Kak Cakra!"
Suara seseorang yang masih menguasai seluruh bagian dari hati menyapa rungu Cakra. Cowok yang tengah fokus mengerjakan tugas PJOK itu mendongak. Jasmin melangkah cepat ke arahnya dengan senyum merekah. Siapa pun yang mendapat senyum itu bisa saja mampu menghangatkan perasaan. Termasuk Cakra. Cowok itu sempat tersenyum tipis sebelum akhirnya kembali mengatur raut wajahnya menjadi sebiasa mungkin. Sadar bahwa Jasmin milik Osean.
"Kakak."
"Kenapa, Jasmin?"
Jasmin tersenyum. Hatinya sontak menghangat mendengar nada lembut Cakra untuknya. Sudah lama ia ingin mencoba memperbaiki hubungan pertemanan keduanya. Cewek itu mengulurkan sebuah bekal dengan wadah berwarna merah jambu padanya.
"Buat gue?"
Cewek itu mengangguk semangat. Namun sayangnya hatinya yang seolah berbunga kini dipaksa layu saat Cakra menolak pemberiannya.
"Maaf, Jasmin. Mending bekal ini buat Osean. Dia kan pacar lo."
Cakra merasa jika Jasmin terus memberinya perhatian, ia akan semakin kesulitan move on. Cinta yang bersemi itu harus segera sirna karena ia seolah tengah menggenggam luka. Apalagi cewek di hadapannya ini adalah sumber kebahagiaan sahabatnya.
"Lagian, pacar lo bisa salah paham. Pahami batasan, Jas."
Kedua tangan Jasmin saling meremat. Baru kali ini cowok yang memberikan perhatian di awal menginjak sekolah ini berkata padanya dengan nada dingin. Rasa takut bercampur perih menggelayutinya. Bahkan mata cewek itu tanpa disadari telah memerah.
"I-Iya, Kak. Maaf."
Jasmin berbalik arah meninggalkan Cakra yang kini juga tengah menghalau lara yang membelenggu hatinya. Cowok itu menghela napas panjang. Mencoba mengenyahkan perasaan sesak yang menerjang.
"Allah aja mengharamkan, jadi buat apa gue ngelawan kehendak-Nya?"
***
"Lo berubah, Bang!"
Nero tengah bersitegang dengan Osean. Sosok sahabat yang selalu ada di kala susah maupun senang nyatanya berubah. Cakra bisa saja hanya diam melihat Osean yang kian menjauh. Namun tidak bagi si termuda Nero dan si kalem Harsa.
"Gue pikir setelah lo lupa perform waktu itu, lo nggak akan bikin kecewa lagi. Nyatanya apa?"
"Nero, gue minta maaf."
Semua ketegangan ini tak akan terjadi jika saja Osean tak lupa dengan janji latihan band yang rutin dilakukan 2 kali dalam seminggu. Jika saja hanya sekali-dua kali, sang sahabat akan memaklumi. Namun sudah beberapa kali Osean lebih mementingkan quality time bersama Jasmin dibanding Enheaven Band.
"Kita nyoba nunggu 2 jam. Bang Harsa bahkan udah puluhan kali telepon lo."
Cakra mengusap bahu Nero sembari menggumamkan kata sabar, berharap si termuda mampu mengatur emosinya. Biarpun tubuhnya telah benar-benar lemas, namun cowok itu masih bisa menahannya. Apalagi ia telah menunggu hingga matahari telah berada di ufuk barat. Senja telah menyambut.
"Gue minta maaf. Tadi Jasmin minta anterin ke Gramed. Jadi gue kepaksa anter."
Mendengar jawaban Osean cukup melukai hati Cakra. Ia menjadi sahabat Osean sejak keduanya masih memakai popok. Namun kini posisinya telah tergeser karena cinta yang hadir di antara keduanya pada seorang cewek.
"Jadi posisi kita tergeser sama Jasmin? Kenal lo dari kita sama-sama pakai popok, dan sekarang lo lebih mentingin cewek?"
Cakra akhirnya angkat bicara. Kini ia melangkah sedikit menjauh demi meraih gitar listriknya. Cukup melelahkan hari ini. Apalagi tubuhnya yang memang kurang fit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara Berkabut Nestapa [END]
Novela Juvenil"Cak, nggak capek pura-pura bahagia?" Dalam hidupnya, Cakrawala hidup bagai tanpa beban. Punya keluarga yang menyayanginya, sahabat yang selalu ada untuknya, dan kekayaan yang melimpah. Namun setiap makhluk Tuhan tak pernah menggenggam kesempurnaan...