Perasaan memang tak dapat ditebak. Sebuah rasa bernama cinta itu sulit diartikan. Begitu pun dengan cewek yang kini tengah berdiri di pinggir lapangan di mana kini kelas 11 tengah melaksanakan pelajaran PJOK. Niat hati ingin melihat si tampan Osean, namun yang kini menarik perhatiannya malah Cakra, si cowok baik hati yang dengan tangan terbuka membantunya di hari pertamanya menginjak sekolah ini.
Cowok itu tampak sesekali melukiskan senyum saat sang guru memberi penjelasan. Hati Jasmin yang dulu berbunga layu, kini seolah kembali hidup. Apalagi saat tiba giliran Cakra melakukan praktek lompat jauh. Jasmin ingin berlama-lama di sana. Dan memang keberuntungan ada di pihaknya karena memang kelasnya sedang jam kosong.
Matanya masih tetap fokus pada Cakra yang berlari dengan cepat untuk mendapatkan lompatan yang sejauh mungkin. Sorak menyambut keberhasilan lompatan Cakra menggema. Mau tak mau membuat Jasmin ikut tersenyum.
"Ganteng," gumamnya pelan.
Namun dalam sekejap cewek itu menggelengkan kepalanya. Menyadari kesalahan apa yang telah ia lakukan.
"Jasmin, inget Kak Osean, please."
Kini Jasmin mencoba fokus pada kekasihnya sendiri yang menunggu giliran untuk melakukan praktek lompat jauh. Osean tampak tampan dengan setelan seragam olahraganya. Sikap fokus Jasmin kembali buyar saat matanya menangkap pemandangan yang membuat hatinya sedikit tergores.
Dalam pandangan matanya, ia melihat Cakra yang tengah mengobrol serius dengan seorang cewek. Bahkan ia menangkap cewek itu tengah mengelap kening Cakra.
Entah kenapa pemandangan itu membuatnya jengkel sendiri. Jasmin lantas lebih memilih kembali ke kelasnya sembari dalam hati menggerutu.
"Ck, sadar Jasmin. Masih ada Kak Osean."
***
Osean berulangkali berdecak kesal. Cowok itu tak berhenti melihat presensi Cakra yang kini berdiri di sampingnya. Mendengarkan arahan dari Pak Yudha tentang materi lompat jauh.
"Duduk di sana aja, Cakra. Ini demi kebaikan lo."
Bagaimana Osean tak panik saat wajah Cakra sudah pucat pasi. Seharusnya memang sang sahabat hanya mengikuti prakteknya saja. Namun dengan keras kepalanya Cakra nekat mengikuti pemanasan dengan berlari mengelilingi lapangan beberapa kali.
"Gue masih kuat, Osean. Nggak usah khawatir."
Cakra memang sekeras kepala ini, apalagi didukung dengan absennya Gentala karena sang adik demam di rumah.
"Terserah deh. Tapi abis lo praktek, lo langsung neduh aja. Oke?"
Cakra hanya mengangguk sekenanya karena Pak Yudha yang telah menyerukan namanya. Cowok itu bersiap untuk melakukan lompat jauh setelah sebelumnya sang guru telah terlebih dahulu mempraktekkan.
"Kamu fit?"
Pak Yudha menanyai Cakra sebelum melakukan lompatan karena tahu riwayat kesehatan sang anak didik. Bahkan seluruh teman sekelasnya pun tahu. Cakra yang mendengarnya pun mengangguk mantap.
Cowok itu mengembuskan napas pelan sebelum bersiap melakukan lompatan. Cukup gugup mengingat ia memang jarang ikut pelajaran PJOK secara fulltime.
"Oke, Cakra. Bersedia?"
Cakra yang mendengarnya pin mulai menempati posisi belakang garis start. Ia bersiap melakukan awalan. Dengan berdiri sementara kaki membentuk kuda-kuda, sementara kaki lainnya lurus dengan punggung membentuk sudut 45 derajat dari tanah.
"Siap?"
Cakra menempatkan kaki kiri di depan dengan posisi menekuk, sementara kaki kanan ditempatkan di belakang dengan posisi lurus. Kedua tangannya dibiarkan tergantung dengan pandangan fokus menatap ke depan. Jantung Cakra berdetak dua kali lebih cepat saat ia mulai bersiap untuk melarikan tungkainya secepat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara Berkabut Nestapa [END]
Novela Juvenil"Cak, nggak capek pura-pura bahagia?" Dalam hidupnya, Cakrawala hidup bagai tanpa beban. Punya keluarga yang menyayanginya, sahabat yang selalu ada untuknya, dan kekayaan yang melimpah. Namun setiap makhluk Tuhan tak pernah menggenggam kesempurnaan...