Cahaya Bagi Harsa

265 37 6
                                    

Ini brothership ya. No bxb. Di rl ada juga kok persahabatan yang erat banget gini

Selama ini hidupnya jauh lebih baik karena ada sahabat yang selalu ada untuk menariknya keluar kubangan luka. Harsa meyakinkan diri bahwa semua baik-baik saja asal Cakra tetap berada di sisinya. Namun kini ketakutan itu kian mendominasi. Waktu Cakra semakin terkikis karena takdir dari Tuhan.

"Ya Allah, aku nggak bisa kehilangan sahabatku."

Cowok itu melangkah di pelataran rumah dengan gontai. Harsa pulang ke rumah setelah 2 jam duduk di pinggir jalan. Waktu telah menunjukkan pukul 11 malam, namun Harsa tak peduli.

Begitu ia menginjakkan kaki di lantai rumah, seorang wanita paruh baya melangkah ke arahnya dengan raut wajah khawatirnya.

"Harsa, Nak. Kenapa baru pulang?"

Harsa menatap mamanya dengan pandangan mengabur. Melihat presensi wanita yang melahirkannya membuatnya kembali teringat pada Cakra.

"Mama, Cakra ...,"

Rani mulai paham. Wanita paruh baya itu membingkai wajah sayu putra tunggalnya. Rani sangat mengenal Cakrawala. Penyelamat keluarganya dari kehancuran di masa lalu. Berkat sahabat dari putranya ini, ia dan sang suami mulai menekan ego masing-masing dan kembali bersama. Dan mulai memperbaiki semua kesalahan yang terjadi.

"Harsa, kamu nanti pilih ikut siapa? Mama atau Papa?"

Seorang anak tak mungkin bisa memilih ketika kedua orang tuanya berpisah. Begitu pun dengan Harsa. Bocah itu dihadapkan pada keadaan yang sulit. Air matanya seolah telah kering. Hanya ada tatapan kosong dan bibir kering yang tertutup.

"Lebih baik kamu ikut Mama, Nak. Kamu nggak akan kekurangan--"

"Kamu mending ikut Papa. Kalau kamu ikut mamamu, hanya pengaruh buruk yang akan kamu dapetin."

Mereka kembali berdebat. Bahkan tak peduli pada Harsa yang mulai berjongkok dengan kedua tangan yang menutup telinga. Berusaha mengenyahkan suara-suara teriakan kasar dari kedua orang paruh baya itu.

"Om! Tante!"

Pandangan Arga dan Rani pun beralih pada bocah yang sebaya dengan Harsa. Cakra melangkah cepat hingga kini ada di samping sang sahabat.

"Kalian egois!"

Harsa menatap sahabatnya dalam. Bocah itu masih tenggelam dalam isakan. Jurang keputusasaan ada di depan matanya. Bahkan pikiran untuk mati kembali berputar di otaknya.

"Cakra, saya tahu kamu sahabat Harsa. Tapi kamu nggak berhak ikut campur. Kamu cuman orang luar."

Cakra tentu merasakan sakit hati. Tubuh bocah itu hampir terhuyung ke depan jika saja Harsa tak menahannya. Wajah sang sahabat terlihat pucat. Harsa merutuki tindakan yang dilakukan Cakra.

"Cak, kamu lagi sakit. Kenapa ke sini?"

Cakra mengabaikan. Kendati berbagai rasa sakit bersatu menyiksa tubuhnya, bocah itu tak memedulikan. Mata sayunya memandang ke depan di mana kedua orang paruh baya itu terdiam.

"Kalian orang tua gagal. Kalian egois. Lihat Harsa."

Cakra menarik lembut pergelangan tangan sang sahabat. Dan hal yang mengejutkan bagi Arga dan Rani adalah saat Cakra membuka lengan hoodie Harsa yang penuh bekas sayatan.

"Cakra, kenapa dibuka?!"

Tentu saja tindakan Cakra memantik amarah dalam diri Harsa. Rahasianya akhirnya terbongkar. Sejujurnya bocah itu takut mendapat amukan dari kedua orang tuanya karena melakukan selfharm. Harsa sudah mulai suka menyakiti tubuhnya sendiri beberapa minggu lalu. Dan hanya Cakra yang mengetahui kala itu.

Bumantara Berkabut Nestapa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang