Ketakutan Harsa dan Nero

609 49 26
                                    

How do I get my readers to show up and comment and vote? 😔

♡♡♡

Bunyi alat medis menggema. Menyapa rungu sosok sahabat yang menjadikan Cakra sebagai prioritas utamanya. Ruangan ini sudah sering ia kunjungi. Tapi setiap langkahnya selalu terasa berat. Harsa datang dengan perasaan kembali hancur. Padahal kemarin sang sahabat masih terlihat sehat.

"Cakrawala."

Harsa duduk di kursi yang telah disediakan. Pakaian steril telah terbingkai pada tubuhnya. Cakra masih berada di ruang ICU karena keadaan cowok itu belum stabil.

"Gue kan udah sering bilang ke lo. Kalau lo capek tuh istirahat. Kalau lo butuh bahu buat bersandar, bahu gue ini selalu buat lo."

Harsa merasakan dadanya semakin sesak. Rasanya ia seolah kesulitan mengambil napas. Air matanya telah berderai membasahi pipi. Ketika Gentala meneleponnya, memberitahu bahwa Cakra dilarikan ke rumah sakit, dunianya seolah berhenti. Siapa pun mungkin akan menganggapnya aneh karena terlihat terlalu berlebihan terhadap sahabat. Namun kenyataannya Cakra adalah salah satu alasan Harsa untuk hidup. Cowok yang kini terpejam dengan beberapa alat medis yang menempel di tubuhnya ini telah menyelamatkan hidupnya di masa lalu. Memperbaiki benang yang hampir putus.

"Lo boleh istirahat, tapi jangan kelamaan ya. Maaf egois. Tapi gue bakal marah banget kalau sampai lo nyerah."

Harsa memejamkan matanya ketika cairan bening itu tak juga berhenti menetes. Cowok itu tak bisa membayangkan hidup tanpa sahabat sesempurna Cakra.

"Gue keluar dulu ya. Inget, lo harus cepet bangun."

Tak ada sahutan dari setiap kata yang ia keluarkan. Hanya ada suara alat medis yang menyapa rungunya. Sang sahabat masih terpejam dengan dada yang naik turun dengan pelan.

"Cepet sembuh. Maaf. Maaf banget gue udah jadi sahabat yang nggak guna."

Harsa melangkahkan kakinya ke luar ruang ICU dengan gontai. Begitu ia keluar, ada keluarga Cakra yang duduk dengan lesu. Ada pula Nero dan mamanya.

"Osean belum bisa dihubungi?"

Harsa bertanya dengan nada lirih seolah tanpa tenaga pada Nero sembari mendaratkan bokongnya di kursi, di samping Nero yang tengah menunduk.

Mendengar nama salah satu sahabatnya, amarah si termuda seolah ingin meluap. Raut sendu itu terganti oleh amarah yang terlukis jelas di sana.

"Udah. Tapi nggak dijawab. Dia lagi pacaran."

Suara bernada dingin itu keluar dari bibir Nero. Napasnya memburu karena rasanya ia ingin meluapkan amarahnya. Teringat tadi saat berulang kali ia berusaha menghubungi Osean, namun hasilnya nihil. Sambungan teleponnya tak diangkat. Puncak dari rasa jengkelnya saat ia melihat postingan instagram yang menunjukkan figur sang sahabat dengan Jasmin.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bumantara Berkabut Nestapa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang