Suasana di ruangan menjadi hening setelah Naruto dan Shikamaru meninggalkan ruangan Name. Kakashi, yang tetap berada di samping ranjang tempat Name dirawat, terus mengupas apel dengan pisau kecilnya. Ekspresi wajahnya tetap tenang, seolah-olah merenungkan kejadian yang baru saja terjadi.
Sambil melihat pisau yang terus dipergunakan oleh Kakashi, Name tiba-tiba menyadari sesuatu.
Name bertanya dengan rasa penasaran "Di mana pisauku!?"
"Di simpan, sebagai barang bukti." Jawab kakashi
"Apa?"
Kakashi melihat mata Name yang penuh pertanyaan. Namun, tanpa banyak kata, ia menyodorkan sepiring apel yang sudah di kupas dan dipotong dengan rapi ke arah Name. Meskipun tertahan oleh rantai yang merangkai tangannya, Name menerima apel tersebut.
Kakashi, dengan pandangan lembut, melihat bagaimana Name memakan apel tersebut. Namun, ada kasihan yang terpancar dari matanya saat melihat tangan muda itu terbatas oleh rantai, mengingatkan Kakashi pada masa lalunya yang penuh dengan pertempuran dan pengorbanan.
Name terus makan apel, dan tanpa disadari, Kakashi memusatkan pandangannya pada kepala Name. Dalam keheningan yang hampir menyentuh ketidak nyamanan, Kakashi dengan lembut menyentuh kepala Name, sebagai bentuk kelembutan yang jarang diberikan.
dengan suara pelan kakashi bicara "Kau pasti memiliki alasanmu sendiri."
Name, meskipun masih ragu, merasa ada kehangatan dalam sentuhan dan kata-kata Kakashi. Mungkin, di antara semua misteri dan ketegangan, ada ruang untuk pemahaman dan penyembuhan yang perlahan-lahan mulai terbentuk.
Namun, keheningan yang seharusnya memenuhi ruangan setelah pertukaran kata-kata tiba-tiba terpecah oleh suara pelan dari Name.
Name menundukkan kepala "Maaf."
Kakashi merasa getaran dari kata-kata tersebut, dan tanpa ragu, ia memberikan pelukan yang lembut kepada Name. Seakan ingin menghibur gadis muda ini, Kakashi merangkulnya dengan hangat, menciptakan ruang aman di antara ketidakpastian dan kebingungan.
Saat Kakashi memeluk Name, sentuhan lembut itu mengingatkan Name pada masa lalunya di panti asuhan. Ibu panti, satu-satunya sosok yang selalu memberikan kebaikan tanpa syarat, dan yang selalu ada saat Name merasa kesepian atau sakit. Kakashi, dengan pelukannya, membawa kembali kenangan hangat tersebut.
Namun, tak disangka, pelukan tersebut membangkitkan emosi yang telah lama tertekan di dalam diri Name. Tanpa disadari, air mata mulai mengalir di pipinya, dan suara isak tangis memenuhi ruangan.
"Maaf..."Ucap Name sambil menangis
Dalam keadaan yang rapuh, Name terus meminta maaf, menggambarkan betapa besar beban yang selama ini dia pikul sendirian. Kakashi, meskipun tak sepenuhnya memahami semua yang terjadi, tetap berada di sana sebagai pendukung yang teguh, menawarkan pelukan dan pendengaran tanpa syarat.
Mungkin, di tengah semua kebingungan dan ketidakpastian, kehadiran Kakashi dan pelukannya memberikan sedikit cahaya bagi Name, membantu gadis muda ini melepaskan beban yang terlalu berat untuk dipikul sendirian.
Setelah membiarkan Name melepaskan emosinya melalui tangisannya, Kakashi melepaskan pelukannya dengan lembut. Ia mengusap air mata yang masih tersisa di pipi Name dengan lembut, memberikan ketenangan pada gadis itu.
Kakashi dengan suara lembut "Sudahlah, Name. Tidak perlu minta maaf."
Kakashi kemudian memutuskan untuk mengalihkan suasana dengan mengajak Name bicara. Dalam upaya untuk membangun kepercayaan, ia ingin tahu lebih banyak tentang masa lalu Name, mungkin mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab.
"Bisakah kau ceritakan masa lalumu, Name? Apa yang telah kau alami?" Tanya kakashi
Dengan ragu namun perlahan, Name mulai menceritakan potongan-potongan masa lalunya. Ia membagikan kisahnya tentang panti asuhan, tentang ibu panti yang baik hati, dan juga tentang bagian yang lebih sulit dari hidupnya. Kakashi mendengarkan dengan perhatian, memberikan ruang untuk Name merangkai ceritanya tanpa tekanan.
Setiap kata yang keluar dari mulut Name seolah membawa beban emosional, dan Kakashi berusaha memahami setiap nuansa yang tersirat. Mereka berdua, di tengah kamar yang dipenuhi dengan kesunyian dan cahaya redup, terlibat dalam pertukaran cerita yang mungkin akan membantu mengungkap lapisan rahasia yang masih tersembunyi dalam diri Name.
KAMU SEDANG MEMBACA
WADAH (Boruto: Naruto Next Generations x reader)
Random"Kau Name bukan?" ucap pria itu dengan suara serak. "Siapa kau?" tanya Name dengan waspada, meski ketakutan terpancar jelas dari dirinya. "Panggil aku Jigen. Aku tahu segalanya tentangmu, Name. Apakah kau ingin keluar dari kehidupan yang kau jalan...