3.desa konoha

712 75 2
                                    

Saat kereta meluncur melalui malam yang hening, Name terus memandang keluar jendela, menikmati pemandangan yang terhampar di sepanjang perjalanannya menuju Desa Konoha. Cahaya bulan menerangi pemandangan yang berubah-ubah, dan bayangan pepohonan dan rumah rumah yang melintas di bawahnya seperti kilatan memori yang tak terlupakan.

Namun, perjalanan yang berlangsung selama dua hari itu semakin menuntut kesabaran Name. Ia merasa bosan, terjebak dalam rutinitas yang monoton. Untuk menghilangkan kebosanan, Name mengambil buku yang ia bawa dari rumahnya. Halaman-halaman yang bergulir menjadi teman setianya, membawa cerita-cerita yang menjauhkannya sejenak dari kenyataan.

Dalam kegelisahan dan keheningan kereta, kata-kata di halaman buku menjadi pelarian bagi Name. Ia tenggelam dalam dunia imajinatif yang dibangun oleh tulisan-tulisan, menciptakan jalan keluar dari perjalanan yang terasa membosankan.

 Ia tenggelam dalam dunia imajinatif yang dibangun oleh tulisan-tulisan, menciptakan jalan keluar dari perjalanan yang terasa membosankan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sampai akhirnya, kereta itu memperlambat laju dan berhenti di stasiun Desa Konoha. Name menghela nafas lega melihat pemandangan megah dan damai di hadapannya. Cahaya lampu jalan menyoroti jalanan yang ramai, dan senyum warga desa menciptakan aura kehangatan yang begitu berbeda dengan malam-malam gelap di tempat asalnya.

Name melangkah keluar dari stasiun, merasakan udara segar pagi yang menyambutnya. Untuk sejenak, ia memutuskan untuk berkeliling desa, merasakan denyut kehidupan yang berbeda dari tempat yang pernah ia singgahi sebelumnya.

Namun, tatapan tidak suka beberapa warga Desa Konoha menyadarkan Name bahwa dirinya adalah seorang asing di sini. Pakaian yang lusuh dan terlihat usang memancing pandangan tak setuju dari beberapa mata yang meliriknya. Jaket putih yang mulai menguning, celana hitam yang sobek di bagian lutut, dan tas yang telah menjadi saksi bisu perjalanannya memperkuat kesan seorang pengembara yang membawa cerita gelap.

Namun, Name memilih untuk tidak terpengaruh oleh pandangan-pandangan itu. Dengan langkah mantap, ia memutuskan untuk mencari penginapan tempat ia bisa bermalam beberapa hari. Meskipun mendapat tatapan yang merendahkan, tekadnya tetap utuh.

Setelah berkeliling sejenak, Name menemukan sebuah penginapan kecil yang tenang di sudut desa. Dengan senyuman ramah, pemilik penginapan menyambut kedatangannya.

"Selamat datang di  penginapan Desa Konoha. Bagaimana saya bisa membantu Anda?" Samput pemilik penginapan

"Saya butuh tempat untuk bermalam beberapa hari."

"Tentu, kami punya kamar yang nyaman untuk Anda. Hanya perlu membayar di muka." Jawab pemilik penginapan

Name mengangguk, dan memperikan sejumlah uang,namun pemilik penginapan menolak karna mata uang nya berbeda

Name memperlihatkan sejumlah uang yang ia bawa, namun pemilik penginapan menolaknya dengan tatapan heran. Mata uang yang Name bawa ternyata berbeda dari yang diterima di Desa Konoha.

"Maaf, tapi mata uang ini tidak berlaku di sini. Apakah kau punya mata uang desa ini?"ucap pemilik penginapan

Name, meskipun tampak dingin, mengangguk pengertiannya. Ia mencari kembali dalam tasnya, menemukan beberapa uang desa Konoha yang ia dapat dari orang yang menyuruhnya. Ia meletakkannya di meja resepsionis.

" seharusnya ini cukup untuk beberapa malam."

"Baiklah, kamar nomor 4 adalah milikmu. Semoga kau betah." Ucap pemilik penginapan

Name hanya mengangguk sebagai tanggapan, memasuki kamar dengan perasaan lega. Meskipun pertemuan pertamanya di desa ini tidak begitu mulus, namun ia merasa bisa bernapas dengan tenang di tempat yang baru ini.

Ketika pintu kamar terkunci di belakangnya, Name melepas penutup putih mata kanannya. Mata kanannya yang buta kini terpapar oleh cahaya lembut kamar. Ia duduk sejenak di tepi tempat tidur, memikirkan tugas berat yang menunggunya di Desa Konoha ini.

Karna ia akan melaksanankan tugas nya saat malam hari ia memutuskan untuk membeli pakaian baru agar dapat berbaur dengan warga sekitar untuk tidak menimbulkan kecurigaan.

Ketika Name tiba di toko pakaian, ia langsung menuju rak-rak dengan berbagai pakaian yang menggantung. Dalam sekejap, ia memilih baju kaos lengan panjang dan rok biru malam yang tampak nyaman untuk dipakai dalam perjalanan. Penutup mata putih yang menjadi ciri khasnya ditempatkan dengan hati-hati, melengkapi penampilannya yang misterius.

Saat melangkah keluar dari toko pakaian dengan pakaian baru, pandangannya tertuju pada sekelompok chuunin yang berdiri di dekat sebuah toko makanan. Salah satunya, berambut kuning dan bermata biru laut, menarik perhatiannya.

Rasa lapar yang mulai menghampirinya membuatnya memutuskan untuk mendekati mereka.

" Maaf, apa aku boleh tahu rekomendasi makanan enak di desa ini?" Tanya name berusaha sopan

Tatapan curiga tergambar di wajah sekelompok chuunin itu, terutama Shikadai dan Mitsuki yang merasa ada yang tidak biasa dengan Name.

"Oo, kau orang baru. Kau mau ikut kami? Kami ingin makan burger."ucap seorang berambut kuning dan bermata biru laut itu yang bernama boruto

Ucapan Boruto terdengar ramah, meskipun curiga, dan Name dengan hati-hati mengiyakan ajakan itu. Mereka bersama-sama menuju toko burger, namun dalam benak Name, rencananya yang gelap terus berdenyut menanti saat malam menjelang.

Name mengangguk sopan, mengikuti sekumpulan chuunin ke tempat mereka mengarahkan. Dalam perjalanan menuju toko burger, Name merasa ada sorot mata yang cermat memperhatikannya, terutama dari Shikadai dan Mitsuki yang masih merasa ada sesuatu yang aneh.

"Jadi, kau orang baru di sini, huh? Nama aku Boruto. Itu Shikadai, dan dia Mitsuki. Siapa nama mu?" Tanya boruto

"Nama ku... name.....kurasa...."jawab name mencoba ramah

Boruto mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Name. Namun, ia memilih untuk tidak bertanya lebih jauh.

"Jadi, apa yang membawamu ke Desa Konoha?" Tanya boruto lagi

"Sebuah misi pribadi."

"Misi pribadi, hm? Sepertinya ada yang kau rahasiakan." Ucap shikadai curiga

"Mungkin"

Mitsuki hanya diam, tetapi matanya yang tajam sepertinya menelusuri setiap gerak Name.

Setelah beberapa saat berjalan, mereka tiba di toko burger. Bau harum dari masakan memenuhi udara, dan suasana hangat toko itu membuat Name merasa lebih nyaman. Mereka memesan burger dan duduk di sebuah meja bersama.

"Jadi, ceritakan lebih banyak tentang dirimu. Kau datang dari mana?" Ucap boruto

"Dari tempat yang jauh."

"Tempat yang jauh? Itu sangat umum." Ucap shikadai sambil mengangkat sebelah alisnya curiga

Mereka berbicara dan tertawa bersama sambil menikmati hidangan mereka. Suasana semakin menghangat, seolah-olah Name adalah bagian dari kumpulan ini yang tak pernah terpisahkan.

"Ada sesuatu yang berbeda tentangmu." Ucap mitsuki sambil mengamati name

"Setiap orang punya rahasia mereka, bukan?" Jawab name sambil meminum minumannya

Boruto mengangguk "Tapi di sini, kita adalah teman. Jadi, apa pun yang kau sembunyikan, tak perlu dikhawatirkan."

"Teman?.tapi kita baru kenal?

💫

WADAH  (Boruto: Naruto Next Generations x reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang