27....

317 49 6
                                    

Boruto eps:172
Jangan lupa vote ya....






Perjalanan Menuju Rumah Sakit

Setelah memutuskan untuk ikut menjenguk Boruto, Name berjalan bersama Denki, Iwabe, dan Metal Lee menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, suasana terasa sunyi, dan mereka terlihat canggung karena tidak ada yang berani memulai percakapan.

Denki akhirnya memberanikan diri untuk berbicara, “Jadi… kau Name, kan?”

Name menoleh ke arah Denki dan mengangguk. “Iya, aku Name,” jawabnya dengan suara pelan tapi tegas.

Iwabe dan Metal Lee saling melirik, tampak bingung harus bertanya apa agar suasana tak canggung lagi.

Setelah beberapa saat, Iwabe akhirnya memberanikan diri, “Emm... Name, apa benar kau... anak angkat Hokage ke-6?”

Ia menoleh ke arah lain, berusaha menghindari tatapan langsung dari Name.

Name hanya mengangguk lagi, “Iya, benar.”

Setelah mendengar jawaban tersebut, keheningan kembali menyelimuti perjalanan mereka, dan tak ada yang melanjutkan pembicaraan.

Sesampainya di Rumah Sakit

Setibanya di rumah sakit, mereka langsung menuju ke resepsionis untuk menanyakan kamar tempat Boruto dirawat. Denki menjadi yang pertama berbicara dengan resepsionis.

“Selamat siang... kami ingin menjenguk teman kami, Uzumaki Boruto,” ucap Denki dengan nada sopan.

Resepsionis itu tersenyum ramah dan mengetik beberapa kali di komputer sebelum memberitahu, “Boruto ada di lantai dua, ruangan nomor lima.”

“Terima kasih banyak,” jawab Denki sambil sedikit membungkuk.

Tanpa membuang waktu, mereka segera menuju ke lantai dua. Sesampainya di depan kamar Boruto, Metal Lee yang melihat nomor ruangan langsung berteriak, “Ah, ini dia!”

Mereka berempat pun langsung memasuki kamar tersebut dengan hati-hati.

Di Kamar Boruto

Saat mereka masuk, terlihat Boruto yang masih terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit. Mereka mendekati tempat tidur dengan wajah penuh kekhawatiran, meski Iwabe mencoba mengalihkan suasana dengan candaan.

“Oi, Boruto! Kami membawakanmu sesuatu nih. Kalau nggak bangun-bangun, kumakan saja ya,” kata Iwabe sambil menyodorkan sebuah burger ke dekat wajah Boruto.

Denki tertawa kecil mendengar lelucon itu, tapi kemudian menggeleng. “Kalau burger petir kesukaannya sampai tak membangunkannya, berarti dia memang kelelahan.”

“Kelihatannya dia memang sangat kelelahan,” sahut Name dengan nada sedikit khawatir. Ia terus menatap Boruto, seakan mencoba mencari tahu apa yang terjadi padanya.

Denki yang berdiri di samping Name menjelaskan, “Boruto sering dirawat di rumah sakit. Dia suka memaksakan diri dalam latihan atau saat menjalani misi.”

Name tampak terkejut. “Berkali-kali masuk rumah sakit?” tanyanya, bingung.

“Iya,” jawab Metal Lee. “Dia selalu serius saat latihan, dan jurus-jurus yang dia latih itu tidak mudah. Kadang dia terlalu keras pada dirinya sendiri.”

Iwabe menambahkan dengan nada khawatir, “Tapi kali ini kelihatannya lebih parah dari biasanya.”

Denki pun menjelaskan lebih jauh. “Dia sedang mencoba menguasai jurus baru yang lebih kuat. Shojoji, seorang musuh kuat, bisa dikalahkannya hanya dengan sekali serang. Tapi mungkin akibatnya Boruto kelelahan seperti ini.”

Name terus memperhatikan Boruto yang terbaring lemah, dan kenangan lama tentang latihan keras Boruto tiba-tiba terlintas di pikirannya.

“Jangan-jangan…” gumam Name pelan.

“Ada apa, Name?” tanya Denki penasaran.

Namun, Name hanya menggelengkan kepala, menolak untuk menjelaskan apa yang ada dalam pikirannya.

“Jurus baru yang lebih kuat, ya?” tanya Metal Lee, mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Iya,” jawab Denki sambil mengangguk. “Jurus itu sangat kuat, tapi butuh banyak energi. Mungkin itu sebabnya dia sampai begini.”

Iwabe, yang dari tadi terus memandangi burger di tangannya, akhirnya tak tahan lagi. “Kalau Boruto nggak bangun-bangun, aku makan saja burgernya ya?”

“Jangan begitu, Iwabe!” Metal Lee menegur sambil tertawa. “Itu kita bawakan khusus buat Boruto, kan?”

Insiden Tak Terduga

Suasana di kamar tiba-tiba berubah ketika terdengar suara keras dari luar kamar.

“Tolong berhenti!”

Semua orang langsung menoleh dengan kaget ke arah pintu. Iwabe dan Name segera berjalan ke arah pintu untuk memeriksa apa yang sedang terjadi.

Begitu membuka pintu, mereka langsung melihat seorang anak kecil dengan tangan penuh balon saus tomat yang baru saja meledak. Name dengan sigap berhasil menghindar, tapi Iwabe tidak seberuntung itu. Balon tersebut pecah tepat di depannya, membuat saus tomat tumpah mengenai bajunya.

“Apa-apaan ini!” seru Iwabe kesal sambil berdiri, wajahnya penuh saus tomat.

Name menahan tawa kecil dan membantu Iwabe bangkit dari lantai. “Kau baik-baik saja?”

Sebelum Iwabe sempat menjawab, seorang anak kecil dengan wajah nakal berkata sambil tertawa, “Jurus ninja: Bom Saus!”

Seorang perawat segera datang dan meminta maaf atas insiden tersebut. “Maafkan anak ini. Dia sering membuat kekacauan.”

“Ini benar-benar di luar dugaan…” Iwabe masih berusaha menghapus saus tomat dari wajahnya.

Tiba-tiba, terdengar suara lain dari belakang. “Name?”

Name menoleh dan melihat seorang wanita berambut hitam pendek berdiri di sana. Wanita itu adalah Shizune, mantan asisten Hokage yang dikenal tegas namun ramah.

“ya,siapa ya?” jawab Name sambil tersenyum.

Shizune mendekat dengan senyum lembut. “aku shizune,mantan asisten hokage 6.Mau berjalan-jalan sebentar denganku, Name?” tawarnya.

Meski Name ingin tetap bersama teman-temannya, Shizune sudah memegang tangannya, mengajaknya keluar dari ruangan. Name pun tak bisa menolak dan akhirnya mengikuti Shizune untuk berkeliling rumah sakit.

Selama berkeliling, Shizune bercerita tentang berbagai hal, termasuk situasi di rumah sakit dan bagaimana perkembangan medis di Konoha semakin maju. Mereka berhenti sejenak di taman kecil rumah sakit, tempat banyak pasien yang sudah pulih duduk menikmati udara segar.

“Aku tahu kau pasti khawatir tentang Boruto,” ucap Shizune tiba-tiba, membuat Name sedikit terkejut.

“Ya, aku hanya tidak menyangka dia akan memaksakan dirinya sampai sejauh ini,” jawab Name, suaranya rendah.

Shizune tersenyum lembut. “Boruto sangat mirip dengan ayahnya, Naruto. Selalu mendorong dirinya lebih keras daripada yang lain. Tapi kau tahu, Boruto juga punya banyak teman yang peduli padanya. Termasuk dirimu.”

Name terdiam, memikirkan kata-kata Shizune. Meski ia tidak terlalu dekat dengan Boruto, ada sesuatu yang membuatnya merasa terhubung dengannya, seolah-olah mereka berbagi beban yang sama.

“Jangan khawatir, Name. Boruto akan baik-baik saja. Dan aku yakin, dia juga akan terus berjuang, seperti ayahnya dulu.”

Dengan kata-kata itu, Shizune menepuk bahu Name.

(JANGAN LUPA VOTE)

gak tau kenapa akhir akhir ini minat baca ku nurun gak kaya dulu🙃🙃

WADAH  (Boruto: Naruto Next Generations x reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang